Breaking News

Opini Pos Kupang

Menyambut Program Sekolah Penggerak

Program Sekolah Penggerak diberitakan secara khusus oleh Pos Kupang (Minggu, 6/3/2021) dengan tajuk Sekolah Penggerak Tak Kenal Sekolah unggulan

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Menyambut Program Sekolah Penggerak
Dok POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

Oleh karena itu, sekolah penggerak nantinya menjadi katalis untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia, yaitu sekolah yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, dan sekolah yang memiliki SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru).

Frasa pelajar Pancasila dalam visi sekolah penggerak ini sudah diuraikan oleh Anita Lie (Kompas, 29 Januari 2021) dan FX Adji Samekto (Kompas, 5 Februari 2021).

Anita Lie secara khusus mengetengahkan salah satu kerawanan dalam dunia pendidikan yaitu tindakan intoleransi dalam banyak aspek kehidupan yang ditunjukkan oleh guru dan siswa, atau dipraktikkan di satuan pendidikan.

Tindakan intoleransi dapat menimbulkan kerusakan pada taraf pribadi. Secara sosial, pribadi intoleran akan mengalami gegar budaya dan ketakutan pada yang berbeda. Intinya, praktik intoleransi yang nyata-nyata masih sering terjadi di lingkungan sekolah akan berdampak luas bagi situasi sosial kemasyarakatan dan kebangsaan kita di Indonesia.

Selain tindakan intoleransi, masalah akut lainnya yang harus dibersihkan di setiap satuan pendidikan adalah kekerasan seksual dan perundungan (bullying). FX Adji Samekto menegaskan pentingnya penguatan karakter yang bersifat keharusan dari nilai-nilai Pancasila.

Karakter yang dimaksud adalah religiositas dan semangat kebangsaan; penghormatan HAM; berprespektif jender; dan berwawasan lingkungan.

Tampak jelas bagi kita bahwa visi dan Profil Pelajar Pancasila itu sungguh luhur dan mulia. Lantas, apakah visi Kurikulum 2013 yang juga menekankan penguatan karakter ditinggalkan?

Apakah kegiatan penguatan karakter yang telah diterapkan di setiap satuan pendidikan selama ini berakhir dengan munculnya program sekolah penggerak ini?

Akan muncul sekian banyak pertanyaan ikutan yang terkait dengan kehadiran program sekolah penggerak ini. Kadis Dikbud K NTT, Linus Lusi menekankan, konsep sekolah penggerak ini tidak mengenal sekolah unggulan atau sekolah berakreditasi A atau lainnya.

Artinya, seluruh sekolah diberi ruang yang sama untuk melaksanakan berbagai program yang didampingi guru-guru penggerak yang lolos seleksi. Dengan itu, sekolah-sekolah di NTT diharapkan dapat menjadi tempat untuk pembibitan manusia menjadi unggul dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam semua sektor kehidupan.

Kesempatan pertama telah diberikan kepada kita, sekolah-sekolah di Kabupaten Rote Ndao, Manggarai Timur, Sumba Timur, Sumba Tengah, dan Kota Kupang, sebagai daerah pelaksana sekolah penggerak.

Satuan pendidikan (kita) masih harus melewati proses seleksi dalam beberapa waktu ke depan. Jawaban atas setiap kebingungan dan ketidaksiapan untuk melaksanakan program sekolah penggerak akan dijumpai sepanjang tiga tahun ke depan.

Mari, kita menyambut program sekolah penggerak ini sembari bercermin pada harapan Ki Hajar Dewantara yang tertulis pada laman masuk sekolah penggerak:

"Apa pun yang dilakukan seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia umumnya". *

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved