Berita NTT Terkini

Kisah Korban Bus Pariwisata Masuk Jurang: Mimin Merangkak Keluar dari Jendela

Kisah korban bus pariwisata masuk jurang: Mimin merangkak keluar dari jendela

Editor: Kanis Jehola
REUTERS via TribunSolo.com
ILUSTRASI - Sejumlah anggota polisi, petugas pemadam kebakaran dan tim penolong memeriksa sebuah bus tingkat pariwisata yang mengalami kecelakaan di dekat situs wisata San Cristobal di Lima, Peru, Minggu (9/7/2017) malam. 

Kisah korban bus pariwisata masuk jurang: Mimin merangkak keluar dari jendela

POS-KUPANG.COM - ISAK tangis mewarnai kepulangan korban kecelakaan bus masuk jurang di Tanjakan Cae di Jalan Raya Sumedang-Malangbong, Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Sejak Rabu (10/3/2021) malam korban luka ringan dan jenazah mulai dipulangkan ke Cisalak, Subang.

Suasana Desa Paku Haji, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang terlihat keluarga korban berjejer di pinggir jalan dan pekarangan rumah. Dengan penuh cemas, mereka menunggu kabar pasti mengenai peristiwa nahas tersebut.

Baca juga: Anastasya Poetri: Singel Terbaru

"Saya dapat kabar dari korban selamat telepon, bus yang dia tumpangi kecelakaan di Wado," ujar Wahyu, orangtua salah satu penumpang bus saat ditemui Kamis (11/3/2021).

Ikin, yang juga orangtua korban kecelakaan lainnya, tampak histeris. Ia menangis sejadi-jadinya, lantaran mendengar buah hatinya turut menjadi korban kecelakaan.
Menurut penuturan warga, Ikin bahkan sempat pingsan.

Kepala Desa Paku Haji Asep Komara membenarkan bahwa korban kecelakaan di Tanjakan Cae, Desa Sukajadi, Wado, Sumedang merupakan warganya. Hanya saja, ia tidak mengetahui kegiatan yang dilakukan sekolah itu. "Iya betul itu warga sini, Desa Paku Haji, kebetulan sekolah itu berdomisili di sini," kata dia.

Baca juga: Sampah Menumpuk di Drainase Bandara Ende

Kepala Seksi Operasi dan Siaga Basarnas Bandung Supriono mengatakan, total korban kecelakaan bus maut yang terjun ke jurang di Tanjakan Cae, Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang, sebanyak 62 orang.

Penumpang bus tersebut terdiri dari 59 orang rombongan SMP IT Al Muaawanah, Cisalak, Subang. Kemudian, 3 lainnya merupakan sopir dan kernet Bus Seri Padma Kencana. Sesuai data terbaru pada Kamis (11/3) pukul 02.18 WIB, dari total 62 orang di dalam bus, sebanyak 27 orang tewas.

Korban Bergelimpangan

Mimin Mintarsih, warga Desa Paku Haji, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang yang selamat dari kecelakaan maut tersebut menceritakan detik-detik peristiwa jatuhnya bus pariwisata di Tanjakan Cae, Sumedang, Jawa Barat. Ia menjadi korban selamat bersama kedua anaknya yang berumur 2 dan 11 tahun.

Mimin menceritakan kondisi sesaat kecelakaan maut terjadi. Awal mula bus oleng dan mencium kampas rem hingga akhirnya bus pariwisata itu masuk ke jurang.

Saat itu ia kebagian duduk di bagian depan jok kedua setelah sopir. Suasana ketika kecelakaan terjadi, seluruh penumpang tak berdaya dan hanya bisa berteriak mengucap takbir. "Semua orang teriak Allahu akbar. Takbir," ujar Mimin sembari terisak menahan tangis.

Tak lama setelah bus pariwisata itu jatuh, Mimin hampir tak sadarkan diri. Ia terjepit jok, sementara kedua anaknya terpental ke belakang.

Setelah agar tersadar, ia langsung menyelamatkan diri dan mencari anaknya merangkak keluar dari kaca jendela. Bus pariwisata itu masuk ke jurang dengan kondisi terbalik. Beberapa bagian badan bus terlihat rusak berat.

Mimin mengatakan seorang penumpang sempat berbicara pada sopir. Sopir, kata Mimin, menjelaskan bahwa rem bus mengalami blong.

"Salah seorang penumpang sempat meminta sopir memeriksanya, sopir bilang remnya blong," ungkap Mimin.

Kepala Seksi Operasi dan Siaga Basarnas Bandung, Supriyono mengatakan, posisi para korban bergelimpangan. Menurut kesaksiannya kondisi sesaat kecelakaan, para korban kebanyakan terpental keluar bodi bus.

Sesaat setelah kecelakaan para korban langsung dievakuasi dan dilarikan ke RSUD Sumedang. Petugas gabungan melakukan evakuasi bus yang mengalami kecelakaan dengan menggunakan alat berat.

Aparat kepolisian menduga sopir bus yang mengalami kecelakaan maut di Jalan Raya Wado-Malangbong, Dusun Cilangkap, RT 01/06, Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang tidak memahami kondisi jalan.

Bus pariwisata Sri Padma dengan nomor polisi T 7591 TB itu dikemudikan Yudi Awan (42) warga Jalan Cikutra, RT 1/2, Desa Neglasari, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung yang mengangkut rombongan ziarah dan tour SMP IT Al Muawanah Cisalak, Subang.

Kapolda Jabar Irjen Pol Ahmad Dofiri mengatakan, kelihatannya sopir bus tersebut memang tidak terbiasa melintasi jalur itu karena dia merupakan sopir bus pariwisata. "Artinya bukan bus reguler. Saya yakin tidak paham juga jalur ini," ujarnya saat ditemui di lokasi kejadian, Kamis (11/3/2021).

Ahmad mengatakan, jalur ini memiliki turunan yang curam dan banyak tikungan tajam, sehingga jalur tersebut sebetulnya tidak diperuntukan untuk bus pariwisata sebesar itu atau berkapasitas 63 orang.

Terkait hal ini, pihaknya sudah membatasi kendaraan besar sejak dulu agar kendaraan seperti bus pariwisata seperti itu tidak melintasi jalur tersebut. "Jadi jalur ini hanya untuk kendaraan-kendaraan kecil biasa ya," kata Ahmad.

Kapolda juga memastikan, kecelakaan bus ini merupakan kecelakaan tunggal, namun untuk penyebabnya hingga saat ini belum bisa dipastikan.v"Sekali lagi (penyebab) secara menyeluruh, kita akan lihat dari hasil analisis mendalam," ucapnya.

Sementara itu, bus yang mengalami kecelakaan itu hingga saat ini masih berada di dalam jurang, sedangkan untuk semua korban sudah berhasil dievakuasi.v"Sekarang kita usahakan, mudah-mudahan bisa diangkat dengan menggunakan crane untuk mengangkat badan bus," ujar Kapolda.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat (Dirjen Hubdat) Kementerian Perhubungan RI Budi Setiyadi mengatakan, saat ini masih dilakukan investigasi terkait penyebab kecelakaan tunggal yang menimpa bus pariwisata Sri Padma Kencana.

Dirinya mengungkapkan bus yang terperosok di tanjakan cae perlintasan jalan Wado-Malangbong, Dusun Cilangkap RT 01/06 Desa Sukajadi Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang ini terlambat melakukan uji layak kendaraan (KIR).

"Penyebab kecelakaan masih dalam investigasi, sementara ini informasi yang didapat ada keterlambatan uji KIR," kata Budi.

Lebih lanjut, saat ini pihaknya tengah melakukan koordinasi dengan Dishub Provinsi Jawa Barat untuk pemasangan guard rail, atau bahkan pembuatan beton di sisi jalan. "Karena ini jalan provinsi, apakah dapat dipasang guard rail di jalan ini atau kalau jalan kelas 1 nanti mungkin bisa diganti beton," katanya menambahkan.

Budi tiba di lokasi pada Kamis dini hari tadi, dirinya menyatakan bahwa hingga pagi tadi masih berlangsung proses evakuasi korban dari kendaraan. Dalam proses evakuasi ini, pihaknya dibantu Kepolisian RI, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Jasa Raharja serta Basarnas.

"Dalam waktu dekat Satlantas Polres Sumedang akan mengirimkan crane sehingga mempermudah proses evakuasi. Jalan sekitar TKP juga akan ditutup sementara untuk kelancaran evakuasi," ujarnya. Lebih lanjut kata Budi, seluruh korban yang membutuhkan perawatan dari kecelakaan itu dievakuasi sementara ke Puskesmas Wado untuk mendapat perawatan intensif.

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, Hery Antasari, mengatakan, pembatas jalan atau guard rail di Tanjakan Cae sudah terpasang sebelum kecelakaan terjadi. Hal ini untuk mengantisipasi kecelakaan di kawasan yang memang dikenal jalur tengkorak tersebut.

"Tapi, guard rail ini tidak cukup kuat menahan laju bus, hingga akhirnya bus terjun ke jurang," kata Hery. Pihaknya melakukan olah tempat kejadian perkara untuk memastikan penyebab kecelakaan di jalur provinsi tersebut.

Olah TKP ini, katanya, akan menjadi bahan evaluasi dinasnya dalam mengambil langkah antisipasi selanjutnya agar kejadian serupa tidak terulang. Hery nengatakan pihaknya akan mengevaluasi semuanya untuk penanganan jangka pendek hingga jangka panjangnya, termasuk evaluasi keberadaan guard rail, kontur jalan, hingga rambu-rambu lalu lintas yang tersedia.

Pihaknya bahkan membuka opsi terkait rekayasa teknis penanganan Tanjakan Cae yang dikenal rawan kecelakaan itu. Bahkan, kata Hery, bila memungkinkan, ia akan mengajukan pembangunan jalur penyelamat di Tanjakan Cae seperti di Tanjakan Emen di Kabupaten Subang.

"Semua opsi teknis sedang kami dalami. Bahkan, kalau perlu, kami bangun gate away atau jalur penyelamat tadi. Kita juga akan perbanyak rambu-rambu lalu lintas di sekitar lokasi," katanya.

Mengenai penyebab peristiwa kecelakaan bus maut di Tanjakan Cae tersebut, katanya, masih didalami bersama Kepolisian, Ditjen Hubdat, KNKT, dan Jasa Raharja, melalui rekonstruksi. Hery mengatakan terdapat sejumlah indikasi terkait penyebab kecelakaan tersebut, salah satunya pemahaman sopir bus tentang kondisi Tanjakan Cae yang merupakan bagian dari jalur alternatif Malangbong-Sumedang.

Menurut Hery, indikasi awal tersebut tidak lepas dari status bus maut yang merupakan bus pariwisata yang tidak rutin melintasi jalur tersebut. Terlebih, kata Hery, jalur seperti Tanjakan Cae banyak terdapat di Jawa Barat, bahkan dengan kondisi yang lebih parah, seperti Tanjakan Panganten di Kabupaten Garut dan Tanjakan Emen di Kabupaten Subang.

"Biasanya, jika pengemudi memiliki pemahaman soal rute, mereka bisa mengantisipasi," katanya. Hery mengatakan, hal itu baru sebatas indikasi karena penyebab lainnya kini tengah diselidiki, mulai dari kondisi kendaraan hingga kontur jalan yang memang dikenal rawan kecelakaan itu.

"Jadi, selain faktor pemahaman pengemudi soal rute, kondisi kendaraan hingga kontur jalan pun kami evaluasi. Setelah olah TKP, nanti ada FGD, baru disimpulkan dan diumumkan penyebab kecelakaan," katanya. (tribun network/man/rif/ris/wly)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved