Maknai Nyepi Umat Hindu di Tengah Pandemi Covid-19, PHDI Kota Kupang Minta Umat Hindu Patuhi Prokes

prosesi nantinya akan bisa dihadiri minimali 10 orang. Ini untuk mencegah klaster baru penyebaran virus covid-19

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM
Ngobrol Asyk pos Kupang : Maknai Nyepi Umat Hindu di Tengah Pandemi Covid-19 

Maknai Nyepi Umat Hindu di Tengah Pandemi Covid-19, PHDI Kota Kupang Minta Umat Hindu Patuhi Prokes

POS-KUPANG.COM|KUPANG-- Minggu, 14 Maret 2021 mendatang, umat Hindu akan menggelar upacara Nyepi. Tahun ini, hari raya Nyepi mengusung tema "Memaknai Nyepi Menuju Hidup Shanti dan Jagaditta".

Dalam acara ngobrol asyik di Pos Kupang yang dibawakan oleh host, Annie Eno, Wakil Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Kupang, Dr. I Gusti Made Budiana mengatakan, perayaan hari raya Nyepi tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya, karena digelar di tengah pandemi Covid-19

Sebagai wujud mentaati peraturan pemerintah soal penerapan protokol kesehatan, PHDI Kota Kupang telah mengeluarkan imbauan kepada seluruh umat Hindu terkait pembatasan pengumpulan massa. Dalam surat imbauan itu, PHDI mengintruksikan agar rangkaian prosesi Nyepi akan dihadiri terbatas umat Hindu. 

"Dalam rangkaian prosesi nantinya akan bisa dihadiri minimali 10 orang. Ini untuk mencegah klaster baru penyebaran virus covid-19," ujarnya. 

Ia menjelaskan, makna Nyepi tahun ini berarti semua manusia menginginkan kedamaian, kemakmuran, kebahagiaan dan kesejahteraan. 

Dalam prosesi tahun baru sapta, ada empat tahapan prosesi yakni, melasti, kaur kesang, nyepi dan dharma shanki.

Tahapan melasti digelar di laut yang bermakna pencucian alam seperti buang kotoran alam berupa kemiskinan, penyakit masyarakat lainnya.

"Diri kita dibersihkan melalui upacara di laut. Menyucikan diri kita karena selama setahun berdosa dan kita akan dibersihkan dengan tahapan terakhir mengambil sari laut," jelasnya. 

"Karena sangat rentan dengan pengumpulan massa, tahun ini kita lakukan melasti ngumpen di pantai Oeba dengan sederhana, dengan tidak kurangi maknanya," sambungnya. 

Tahapan kedua, kaur kesang yang artinya membayar. Tujuannya memberi persembahan kepada kekuatan negatif kepada alam sehingga lebur menjadi kekuatan positif yang mendukung kehidupan manusia.

"Menetralisir kekuatan negatif sehingga tercapai kekuatan positif dengan alam. Hubungan dengan Tuhan, dengan sesama dan manusian dengan alam, yang kita seimbangkan dengan kaur kesang," katanya. 

Tahapan ketiga, Nyepi yang selalu jatuh di bulan Maret dan dilakukan satu hari setelah kaur kesang. Umat Hindu yang melaksanakan nyepi, memiliki empat pantangan, yakni Amatigeni, yaitu tidak menyalakan api yang bermakna mematikan nafsu negatif.

Amatikharib, yaitu tidak boleh bekerja. Umat Hindu di hari Nyepi dilarang melaksanakan aktivitas apapun. Amati lewungan, yakni tidak boleh bepergian termasuk ke tetangga.

Selanjutnya, amatilelanguan. Di tahapan ini, umat Hindu dilarang membuka bunyi-bunyian, seperti televisi, radio dan lainnya. 

"Kita merenungkan diri terhadap apa yang dilakukan selama setahun dan apa yang dilakukan ke depan agar menjadi lebih baik di masa depan," katanya. 

"Di hari Nyepi, umat Hindu memahami makna kehidupan dengan melihat jati dirinya, bahwa Tuhan ada di diri kita.  Karena dalam agama Hindu, semua jiwa itu merupakan percikan dari Tuhan itu sendiri," tambahnya.

Setelah Nyepi tahapan keempat yaitu ngembageni. Tahapan ini merupakan momen silahturahmi atau dharmasanti. Umat Hindu tidak saja bersilahturahmi dengan sesama umat Hindu, tetapi juga dengan semua agama lain.

"Di tahapan ini, tercipta harmonisasi antara umat Hindu dengan sesama agama lainnya," terangnya.

Ia mengimbau seluruh umat Hindu agar terus taat terhadap anjuran pemerintah dengan terup menerapkan prokes.

Baca juga: AHP Dorong Pemerintah Perhatikan Penegerian PTS

Baca juga: Kampung Tangguh Nusantara di Desa Siru Kabupaten Manggarai Barat Diresmikan 

Baca juga: Panji Liga 3 ETMC Tiba di Lembata, Bupati Sunur : Persebata Harus Juara

"Apapun kebijakan pemerintah harus didukung . Mari kita menjalankan catur  penyepian kita dengan baik agar bisa mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin, sehingga tercapai keseimbangan antara diri sendiri dengan alam sekitar," tutupnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Amar Ola Keda)
 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved