Berita NTT Terkini
Sunday Morning Roastery NTT: Gede Roasting Kopi Berkualitas
Gede Widiantara dan Fikri Sobari merupakan pegiat kopi lokal NTT. Keduanya memiliki toko kopi, Sunday Morning di BTN Kolhua
POS-KUPANG.COM - Gede Widiantara dan Fikri Sobari merupakan pegiat kopi lokal NTT. Keduanya memiliki toko kopi, Sunday Morning di BTN Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang. Dalam mengembangkan usahanya, Gede dan Fikri mengacu pada Specialty Coffee Association of America ( SCAA).
Gede mengungkapkan mengenai penemuan nama dan filosofi nama. Menurutnya, Sunday Morning berawal dari kebiasaan mereka meroasting kopi dihari Minggu pagi. Sementara pada hari lain mereka mengerjakan pekerjaan utama.
"Awalnya ini hanya hobi dan usaha sampingan yang menghasilkan. Jadi kita ngumpul-ngumpul terus namanya Minggu pagi aja, lebih keren Sunday Morning," terang Gede dan Fikri dalam acara Ngobrol Asyik Bersama Pos Kupang, Selasa (2/3). Kegiatan dengan tema Kopi Lokal Berkualitas itu dipandu jurnalis Pos Kupang, Annie Eno Toda.
• Polres Nagekeo Olah TKP Kasus Kebakaran yang Menyebabkan Seorang Suster FMM Tewas
Gede mengatakan, alat roasting sendiri prinsipnya sama dengan sangrai manual. Namun kelebihannya adalah suhu dan panasnya bisa diatur. "Prinsipnya sama dengan sangrai manual cuma ini dengan mesin jadi kita tidak capek."
Pasar utama produk-produk dari Sunday Morning adalah kedai-kedai kopi dan juga teman-teman yang menyukai kopi. "Kadang mereka WA (WhatsApp) kak pesan ini dong, ya sudah kita roasting. Kita juga nggak terlalu banyak nyetok supaya segar terus," jelas Fikri.
• Dinda Shafay: Alami Pelecehan
Keduanya menerangkan bahwa kopi merupakan komoditas yang cukup diandalkan di NTT. Namun untuk menghasilkan minuman kopi yang berkualitas, diperlukan standar-standar tertentu.
"Kalau secara umum, kita biasa ngacu ke SCAA. Industri-industri kopi juga ngacunya ke standar yang di sana, mungkin kayak kualitas roastingan kopi warnanya kayak gimana tuh ada standar-standarnya," ujar Gede.
Untuk mendapatkan kopi dengan kualitas bagus, lanjut Gede, harus dilakukan pemilahan biji kopi. Kopi yang cacatnya sedikit, besar bijinya seragam, tidak boleh tercampur besar kecil, warnanya sama dan tidak bau apek atau masih berbau kopi segar.
"Itu memang standar acuannya ada untuk kopi yang berkualitas dan tidak," tandas Gede.
Produk Sunday Morning masih terbatas pada kopi lokal NTT. "Varietas lain dulu ada, cuma sekarang belum lagi karena memang kendala di pengiriman. Jadi kita masih fokus kopi lokal NTT," kata Gede.
Ia mengakui, pandemi Covid-19 berdampak pada penurunan omzet Sunday Morning. Namun Gede tidak kehilangan akal untuk menarik minat pembeli.
"Saya kadang buat promo-promo untuk teman-teman. Kita bikin promo diskon 10 persen," ujarnya.
Alat roasting yang sudah beroperasi sejak tahun 2019 lalu ini kapasitasnya satu kilogram dan yang diproduksi adalah kopi jenis arabika dan robusta. Untuk menjaga kualitas produk, biji kopi yang didatangkan juga disimpan dalam plastik kedap udara dan di ruangan yang tidak lembab.
"Itu untuk menjaga agar kopi tidak jamuran atau serangga sehingga untuk menyimpan harus dibuat kerap udara," katanya.
Dengan penyimpanan yang seperti itu, biji kopi bisa bertahan dalam keadaan segar hingga 3 sampai 4 bulan. Kondisi kopi yang bau apek atau jamuran, kata Gede, akan berpengaruh pada aroma kopi yang dihasilkan.
"Saya tidak ambil stok banyak, jadi sudah mulai berkurang baru saya order lagi karena di sini (Kupang) kan lembab dibandingkan dengan Bajawa atau Manggarai di sana kan relatif dingin jadi nyimpan di rumah lebih awet karena dingin. Di Kupang ini meskipun saya simpan di karung sebulan saja sudah apek karena kondisi Kupang yang lembab," jelas Gede.
Fikri menambahkan, selama menjalankan usaha Sunday Morning, respon konsumen bagus. "Kalau saya pribadi, masyarakat senang sih. Wah ini nih memang butuh pemuda gitu," ucap Fikri.
Fikri yang mulai langsung turun ke kebun sejak setahun lalu awalnya dikira buyer (pembeli).
"Jadi tahap selanjutnya ya udah kita buat rumah jemur dulu. Saya minta desain dari senior. Saya bilang ini desainnya kayak gini tapi saya tidak memaksa, terserah bapak-bapak mau buatnya bagaimana yang penting ketika hujan tidak kehujanan ketika malam tetap suhunya terjaga," tuturnya.
"Kan dijemur tuh kita ratain nggak usah tinggi-tinggi, satu tumpukan aja nggak usah double, nanti malam dikumpulin lagi supaya suhunya itu terjaga, panas yang dijemur dari pagi sampai sore tetap terjaga pas malam soalnya kalau malam pasti dingin," tambah Fikri.
Gede mengungkapkan, pihaknya menerima banyak masukan dari customer. "Sejauh ini ada yang suka, ada yang memang memberi masukan, kurang ini kurang ini, semuanya saya jadiin masukan buat pembelajaran lagi bahwa ada yang perlu diperbaiki dimana, kurangnya dimana," imbuh Gede.
Mengenai harga produk Sunday Morning, Gede mengatakan, tergantung jenis ukuran yang disediakan. Ia menyebut kopi Arabica 200 gram Rp 60 ribu sampai Rp 75 ribu. Kalau kopi Robusta sekitar Rp 35 ribu sampai Rp 45 ribu yang kemasan 200 gram. "Kalau kemasan 1 kg lebih murah lagi," sebutnya.
Ia menjelaskan, konsumen produk-produk kopi Sunday Morning dari berbagai usia.
"Kalau di saya sih konsumen masih umurnya 20 sampai 30 tahun. Konsumen saya lebih banyak diangkatan millenial tapi angkatan yang lebih dewasa juga ada. Boleh dibilang 70 persen angkatan millenial," ujar Gede.
Fikri mengakui konsumennya ada yang berusia pelajar SMA. "Kalau ada yang mau belajar, kita sharing -sharing aja dari komunitas, ya udah kalau mau sharing tentang kopi silahkan. Itu umur dari 18 sampai 25, 26," kata Fikri.
Fikri menambahkan, jika ada anak-anak usia sekolah atau kuliah ingin belajar menjadi barista, dia juga memberikan kesempatan dengan mengarahkan mereka kepada teman-temannya yang memiliki kedai kopi.
Hingga saat ini, pemasaran kopi dari Sunday Morning masih seputaran Kota Kupang.
"Ada beberapa di Surabaya cuma karena pandemi ini agak kurang pesanannya. Skala produksi kita masih terbatas. Mungkin kedepannya," jelas Gede.
Menurutnya, Sunday Morning saat ini masih fokus di roast bean sementara untuk kopi halus bisa diproduksi tapi tidak banyak karena alat yang ada masih standar. Ukurannya mulai dari 200 gram, 500 gram dan juga 1 kilogram.
"Ada yang light roast, dark roast dan medium. Light itu rasanya lebih ke fruity, buah, kalau dark itu bitter, udah kita pakai untuk espresso," jelas Gede. Untuk pemesanan, bisa langsung di akun Instagram @sundaymorningroast atau WA 081339056000. (michaella uzurasi)