Berita NTT Terkini
Full Day Trip ke Labuan Bajo: Tuhan Cipta Alam Sambil Tersenyum
TAK jauh dari kubangan komodo, kami melihat tempat bertelur komodo (komodo nest)
Reptil yang hidup antara lain ular hijau, ular lidi, gecko, penyu hijau, dan penyu sisik. Rusa dan kalong buah juga ada di pulau ini. Tentu saja, komodo menjadi top predator yang hidup di Pulau Padar.

Aktivitas yang bisa dilakukan di Pulau Padar adalah tracking, adventure, dan bird watching. Kami memilih untuk tracking hingga ke puncak. Kata Rinus, untuk mencapai puncak kami harus menaiki 818 anak tangga dan melewati 4 titik pemberhentian.
Agus mengingatkan kami untuk berjalan di atas tangga dan jangan keluar jalur karena jalanan licin dan longsor akibat musim hujan.
Setiap titik pemberhentian dapat digunakan untuk istirahat dan berfoto. Karena tidak menyediakan tempat sampah, Agus meminta kami membawa pulang kembali sampah yang dibawa dari kapal.
Kami mulai menaiki tangga demi tangga pukul 16.25 Wita. Dengan napas terengah-engah, kami menaiki bukit. Meski lelah, kami tidak melewatkan pemandangan yang sungguh indah.
Kata Agus dan Rinus, kami akan melihat tiga buah teluk dari atas puncak, yakni Pantai Pasir Putih, Pantai Pasir Hitam, dan Pantai Pasir Pink.
Beberapa anak tangga tampak mulai rusak. Dulunya, hanya tersedia jalan setapak untuk jalan satwa. Namun, pemerintah pusat melakukan pemeliharaan dengan membuat tangga untuk memudahkan wisatawan yang ingin mendaki pada tahun 2018.
Beberapa titik cukup terjal; di sisi kanan jalur pendakian adalah jurang. Beberapa batu tangga lain mulai terangkat akibat longsor.
Sekitar 30-an menit kami melewati beberapa titik peristirarahatan, kami tiba di puncak bukit pada pukul 16.57 Wita. Lelah dan keringat kami dibayar tuntas. Kami takjub dengan pemandangan di depan kami.
Bak lukisan tangan Tuhan, bukit-bukit hijau di pulau ini berjejer dengan tiga pantai yang terlihat indah. Kami melihat di sebelah kanan hamparan pasir putih; sebelah kiri pasir-pasir hitam; dan di bagian tengah ujung atas pantai pasir pink. Langit sedang indah-indahnya, dengan awan putih indah seperti kapas.
Golden time! Cahaya matahari sangat memesona. Tak tanggung-tanggung, fotografer kami, Jackson langsung mengabadikan momen ini. Kami berfoto satu per satu dan berkelompok.
Beberapa lain ada yang duduk menikmati desir angin sepoi-sepoi. Saya sendiri menutup mata dan menarik napas dalam-dampak. "Apakah Tuhan menciptakan alam ini sambil tersenyum?" bisik seorang teman.
Kami menanti matahari terbenam. Sungguh, tiada kata yang mampu mengekspresikan kepuasan kami selain "Nusa Tenggara Timur itu indah".
Kami mengabadikan setiap momen di atas puncak dan bersyukur perjalanan kami boleh selamat dan tanpa halangan apapun. Kami beranjak menuruni puncak pada pukul 18.02 Wita. Kapal membawa kami pulang. Kami tiba di Labuan Bajo sekitar pukul 11.00 Wita. Yandri bersama kru Ciela Phinisi mengucapkan terima kasih atas kesempatan berlayar bersama mereka. Kami pun mengaku puas dengan pelayanan yang diberikan oleh mereka.
Melakukan perjalanan berwisata di tengah pandemi tak selamanya menakutkan. Pengelola tempat-tempat wisata menerapkan protokol kesehatan yang harus dipatuhi oleh wisatawan. Hal itu setidaknya memberikan kenyamanan bagi wisawatan selama berwisata di Labuan Bajo. (intan nuka)