Mengenang Mama Gelu, 50 Tahun Menyimpan Darah Martir Pater Beeker di Dalam Botol
Ratusan pelayat, di antaranya keluarga dan kerabat dekat, mengantar jenazah Maria Gelu Ledjap-Layar
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola

"Mama Gelu selalu sisihkan waktu untuk berdoa. Dia adalah tokoh tulen yang menggerakkan hati orang untuk berdoa. Ini perbuatan teladan yang tidak pernah ditinggalkan dan diwariskan untuk anak cucunya," ungkapnya.
Istri Dari Tokoh Pendiri Lembata Theo Toran Layar
Perempuan kelahiran 10 Februari 1932 ini seumur hidup mendampingi salah satu tokoh peletak dasar Kabupaten Lembata, Theodorus Toran Layar.
Sebagai seorang istri, Mama Gelu setia mendampingi Theo Toran Layar saat menjabat sebagai Kepala BPH Larantuka selama kurang lebih 7 tahun.
Pada tahun 1967, Mama Gelu kembali ke Lewoleba karena suaminya harus bertugas sebagai Koordinator Persiapan Pembangunan Lembata dari Juni 1967-Oktober 1969.
Setelah Koordinator Schaap Lembata dijabat Bapak Labina, dia masih setia mendampingi Bapak Theo sebagai Ibu Rumah Tangga selama 32 tahun hingga kepergian Bapak Theo Toran Layar pada 1992 di Lewoleba.
Philipus Bediona, Mantan Anggota DPRD Lembata, hadir langsung di rumah duka untuk memberi penghormatan terakhir kepada Mama Gelu.
Menurut Philipus, sebagai istri dari seorang Koordinator Persiapan Pembangunan Lembata, Mama Gelu merupakan salah satu saksi sejarah bagaimana Kota Lewoleba bertumbuh hingga menjadi Ibu Kota Kabupaten Lembata.
Dijelaskannya, kawasan Kota Baru yang kini termasuk wilayah Kecamatan Nubatukan, pada 1969, awalnya disiapkan oleh Bapak Theo Toran Layar dan kepala desa BL Uran sebagai pemukiman yang akan ditempati para pegawai negeri sipil ketika Lembata berdiri otonom sebagai sebuah kabupaten.
"Sehingga lokasi kantor bupati lama itu dekat pemukiman di Kota Baru ini," ungkapnya di sela-sela ibadat pemakaman.
Ketua DPRD Lembata Petrus Gero juga hadir langsung untuk memberi penghormatan terakhir kepada Mama Gelu.
Kata Petrus Gero, almarhumah merupakan sosok istri dan ibu yang patut diteladani karena mampu mendampingi Bapak Theo sebagai tokoh daerah yang ikut serta mengambil peran menyiapkan Lembata jadi kabupaten.
"Saya sampaikan penghargaan dan hormat atas jasa-jasa kepada Bapak Theo Layar dan Mama Gelu. Keberhasilan seorang suami tentu tidak lepas dari dukungan seorang istri. Apalagi Lembata dulu itu tidak seperti sekarang. Hidup di tengah keterbatasan tapi semangat mereka itu yang harus kita teladani," pesannya.
Untuk diketahui, Mama Gelu tidak mempunyai riwayat sakit yang parah. Dia hanya menderita nyeri lutut dan tulang sejak tahun 2015. Dia meninggalkan 7 orang anak, 19 orang cucu dan 3 orang cece. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)