Siviardus Marjaya : NTT Masuk Urutan Ketiga Daerah Termiskin di Indonesia Karena Banyak Indikator
Kata Siviardus Marjaya : NTT masuk urutan ketiga daerah termiskin di Indonesia karena banyak indikator
Penulis: Ray Rebon | Editor: Kanis Jehola

"Masyarakat yang hidup pada lingkungan SDA terbatas akan sulit berkembang. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan teknologi yang dapat merubah lingkungan untuk lebih baik, tentu membutuhkan modal yang besar, sementara masyarakat kita tidak memiliki modal," ungkapnya
Berkaitan dengan persoalan-persoalan ini, Siviardus ingin memberikan masukan sekaligus saran yang harus dilakukan pemerintah dalam mengatasi persoalan kemiskinan di NTT ini seperti, para sarjana masuk desa.
"Pemerintah perlu mengalokasikan anggaran untuk Program membangun desa," tegasnya
Ia menyampaikan bahwa, selama ini pembangunan diperioritaskan dari hulu ke hilir, atau dari pusat ke daerah. Saat ini perioritas pembangunan harus dibalik dari hilir ke hulu, sehingga dengan demikian diharapkan dapat mempercepat pengentasan kemiskinan di desa.
Para sarjana yang baru tamat dari perguruan tinggi diharapkan menjadi pioner dalam pembangunan pedesaan.
"Mereka harus disebarkan ke pedesaan untuk melatih dan mengubah pola hidup lama masyarakat yang pasrah dengan keadaan menuju pada kebiasaan baru (new normal) menjadi masyarakat petani dengan usaha agribisnis yang dapat dikembangkan guna menambah pendapatan masyarakat," jelasnya
Selain itu, pemerintah juga berperan harus membuka lapangan pekerjaaan baru bagi masyarakat. Pemerintah perluh campurtangan dalam pembangunan pedesaan dengan cara membantu menyediakan menediakan kredit usaha kecil (KUK), menyediakan benih atau bibit kepada petani agar petani dapat berusaha dengan baik. Serta perluh juga dibuka toko-toko pertanian di desa yang dapat menyediakan saprodi untuk pertanian.
Pemerintah juga harus membangun jembatan dan membuka jalan bagi masyarakat yang terhambat roda perputaran perekonomian di pedesaan yang tertinggal.
"Pembangunan jalan dan jembatan sampai ke pelosok desa merupakan salah satu cara pemerintah untuk membuka isolasi masyarakat dari keterbelakangan baik pendidikan, ekonomi, kesehatan, teknologi, dan lain-lain," tuturnya
"Membangun manusia seutuhnya adalah amanah UUD 45 yakni untuk mencapai masyarakat adil makmur dan merata," tegasnya
Kemajemukan adat istiadat, budaya, bahasa, dan agama di NTT merupakan cerminan dari Indonesia mini. "Hidup rukun, toleransi, serta saling menghargai antara sesama merupakan budaya yang sangat kental dengan keakraban. Terkadang budaya yang masih syarat dengan aturan fanatis, membuat masyarakat sulit untuk merubahnya, misalnya budaya pesta yang cenderung menghabiskan anggaran membuat pemicu orang menjadi miskin. Pesta kelahiran, ulang tahun, belis, perkawinan, kematian, kenduri, syukuran, serta lainnya membutuhkan biaya yang sangat mahal. Untuk itu perlu intervensi pemerintah dengan mebuat regulasi untuk mengurangi pesta-pesta ini, agar masyarakat bisa keluar dari kemiskinan," tambahnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon)