Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi: Barang Indonesia Semakin Kompetitif
Menurut Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, membuka pasar ekspor baru menjadi amanat dari Presiden Joko Widodo kepada dirinya
Jadi, Bangladesh dan Pakistan ini adalah pembeli CPO kita. Mudah-mudahan kalau mereka belinya untuk minyak goreng, biarpun mereka sakit, harus tetap goreng dengan minyaknya begitu
Jadi, kalau melihat data di 20 besar destinasi ekspor itu, kita bisa lihat Bangladesh, Pakistan, Filipina bermasalah dan mungkin ditambah India dan Thailand.
Namun, saya yakin mereka sekarang sudah memiliki resep untuk menangani pandemi. Jadi, 20 besar negara destinasi ekspor ini sama dengan 80 persen ekspor nonmigas kita.
Kalau saya boleh cerita sedikit gambaran produknya, 10 besar produk-produk yang nilainya sama dengan 60 persen dari ekspor nonmigas.
Di antaranya crude palm oil (CPO) yakni ekspor kita 20 miliar dolar AS, batu bara 17 miliar dolar AS, besi dan baja 10,8 miliar dolar AS, dan elektronik 9,2 miliar dolar AS. Elektronik ini apa?
Ini yang kita jual adalah yang paling besar yakni senilai 3 miliar dolar AS adalah barang-barang yang dipakai untuk komunikasi. Jadi, kebanyakan adalah produk wifi, router karena orang work from home banyak sekali.
Lalu, perhiasan ekspornya 8,2 miliar dolar AS dan mobil 6,6 miliar dolar AS. Jadi, yang 10 besar produk ekspor saya yakin masih dibutuhkan orang ketika pandemi.
Sementara, kalau melihat 20 besar produk eskpor itu sama dengan 80 persen ekspor nonmigas kita.
Selain itu, 30 besar produk ekspor yang kita jual setidaknya 1 miliar dolar AS itu sama dengan hampir 90 persen total ekspor nonmigas kita. Dari angka-angka ini saya mau menunjukkan bahwa untuk tahun 2021, target saya adalah untuk tumbuh 6,3 persen.
Menurut hemat saya, kayaknya kita tidak ada masalah untuk naik 6,3 persen.
Berapa signifikan kenaikan ekonomi China terhadap Indonesia di saat pandemi?
Mungkin 3 tahun lalu itu simbiotik antara kita dengan China akurat karena kita menjual migas dan bahan mentah yakni batu bara dan gas ke China. Jadi, kalau China ekonominya tumbuh 5 persen, mungkin efeknya ke kita 0,25 persen.
Tetapi, kita sekarang lagi berevolusi untuk menjual barang industri dan industri berteknologi tinggi. Contohnya, kita menjual besi ke China itu besar sekali, ekspor kita ke China itu 7 miliar dolar AS besinya dan pada saat bersamaan kita impor 7 miliar dolar AS dari China.
Ini menunjukkan bahwa ekonomi kita ini sekarang sudah sejajar karena kita sudah berevolusi ke barang industri dan barang industri berteknologi tinggi.
Dengan kita berevolusi ke industri di masa yang akan datang, nanti ketergantungan kita dengan ekonomi China itu juga akan lebih independen karena sekarang itu meski defisit kita tinggi karena membeli barang industri dari sana dan yang kita jual masih barang mentah.