KPK: Kemungkinan Edhy Prabowo Juga Gunakan Uang Suap untuk Modifikasi Mobilnya
KPK pada Kamis telah memeriksa karyawan swasta Ken Widharyuda Rinaldo sebagai saksi untuk tersangka Edhy dan kawan-kawan
KPK: Kemungkinan Edhy Prabowo Juga Gunakan Uang Suap untuk Modifikasi Mobilnya
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menduga tersangka mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (EP) juga menggunakan uang suap perizinan ekspor benih lobster (benur) untuk memodifikasi mobilnya.
Terkait hal tersebut, KPK pada Kamis telah memeriksa karyawan swasta Ken Widharyuda Rinaldo sebagai saksi untuk tersangka Edhy dan kawan-kawan dalam penyidikan kasus suap perizinan ekspor benur di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
"Ken Widharyuda Rinaldo dikonfirmasi terkait dugaan pembayaran sejumlah uang oleh tersangka AF (Ainul Faqih) dan tersangka AM (Amiril Mukminin) untuk keperluan memodifikasi mobil milik tersangka EP," kata Pelaksana Tugas Juru Bicara KPK Ali Fikri dalam keterangannya, di Jakarta, Kamis.
KPK menduga sumber uang untuk modifikasi mobil itu kumpulan uang berasal dari para eksportir yang mendapatkan izin ekspor benur di KKP tahun 2020.

Selain Ken, KPK juga memeriksa karyawan swasta lainnya bernama Heryanto sebagai saksi untuk tersangka Edhy dan kawan-kawan.
"Didalami pengetahuannya terkait dengan dugaan aliran sejumlah uang yang peruntukannya membeli berbagai aset dan barang mewah di antaranya tanah, parfum dengan merek ternama untuk tersangka EP," ujar Ali.
Ali juga menginformasikan terdapat tiga saksi yang tidak menghadiri panggilan penyidik, dan akan dilakukan penjadwalan ulang kembali, yaitu Siti Rogayah selaku ibu rumah tangga serta dua karyawan swasta Noer Syamsi Zakaria dan Miliardso Ing Morah.
KPK menetapkan tujuh tersangka dalam kasus tersebut. Sebagai penerima suap, yaitu Edhy Prabowo, Staf Khusus Edhy sekaligus Wakil Ketua Pelaksana Tim Uji Tuntas (Due Diligence) Safri (SAF), Staf Khusus Edhy sekaligus Ketua Pelaksana Tim Uji Tuntas (Due Diligence) Andreau Misanta Pribadi (AMP), Amiril Mukminin (AM) dari unsur swasta/sekretaris pribadi Edhy, pengurus PT Aero Citra Kargo (ACK) Siswadi (SWD), dan Ainul Faqih (AF) selaku staf istri Edhy.
Sedangkan tersangka pemberi suap, yakni Direktur PT Dua Putera Perkasa Pratama (DPPP) Suharjito yang saat ini sudah berstatus terdakwa dan dalam proses persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta.
Suharjito didakwa memberikan suap senilai total Rp2,146 miliar yang terdiri dari 103 ribu dolar AS (sekitar Rp1,44 miliar) dan Rp706.055.440 kepada Edhy.
Suap diberikan melalui perantaraan Safri dan Andreau Misanta selaku staf khusus Edhy, Amiril Mukminin selaku sekretaris pribadi Edhy, Ainul Faqih selaku staf pribadi istri Edhy yang juga anggota DPR RI Iis Rosita dan Siswadhi Pranoto Loe selaku Komisaris PT Perishable Logistics Indonesia (PT PLI) sekaligus pendiri PT Aero Citra Kargo (PT. ACK)
PT DPPP adalah perusahaan yang bergerak di bidang ekspor dan impor produk pangan, antara lain Benih Bening Lobster (BBL), daging ayam, daging sapi, dan daging ikan.
Beli Tanah - Parfum
KPK juga menduga Edhy Prabowo membeli tanah hingga parfum dengan merek ternama menggunakan uang suap ekspor benih lobster atau benur. Penyidik mendalami dugaan tersebut kepada seorang saksi bernama Heryanto.
Heryanto diperiksa penyidik di Gedung Merah Putih KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (11/2/2021). Dia hadir sebagai saksi untuk tersanga Edhy Prabowo.
"(Heryanto) Didalami pengetahuannya terkait dengan dugaan aliran sejumlah uang yang peruntukannya membeli berbagai aset dan barang mewah di antaranya tanah, parfum dengan merek ternama untuk tersangka EP (Edhy Prabowo)," ujar Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri kepada wartawan, Kamis (11/2/2021).
Ali tak membeberkan secara detail berapa luas dan lokasi tanah yang dimaksud. Begitu pun merek parfum ternama yang diduga dibeli Edhy Prabowo.
Sebelumnya, KPK telah mengungkap Edhy Prabowo diduga memakai uang suap untuk membeli barang mewah, seperti jam tangan Rolex, tas LV, baju Old Navy, dan sepeda di Amerika Serikat. Duit itu juga diduga digunakan untuk membeli, mobil, wine, tanah, dan sewa apartemen hingga memodifikasi mobil.
Edhy Prabowo ditetapkan KPK sebagai tersangka penerima suap dalam kasus ini. Dia dijerat bersama enam tersangka lainnya.
Enam orang tersebut adalah Safri sebagai mantan staf khusus Edhy Prabowo dan Andreau Pribadi Misanta, Siswadi sebagai pengurus PT Aero Citra Kargo (PT ACK), Ainul Faqih sebagai staf istri Edhy Prabowo, Amiril Mukminin sebagai sekretaris pribadi Edhy Prabowo, serta Suharjito sebagai Direktur PT DPP.
KPK menduga PT DPP yang merupakan calon eksportir benur memberikan uang kepada Edhy Prabowo melalui sejumlah pihak, termasuk dua stafsusnya. Dalam urusan ekspor benur ini, Edhy Prabowo diduga mengatur agar semua eksportir melewati PT ACK sebagai forwarder dengan biaya angkut Rp 1.800 per ekor.
Suap untuk Edhy Prabowo itu diduga ditampung dalam rekening anak buahnya. KPK telah melakukan sejumlah penggeledahan terkait kasus ini. Antara lain di kompleks rumah dinas DPR hingga gedung KKP.
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Budisantoso Budiman
COPYRIGHT © ANTARA 2021
Detiknews.com