Laut China Selatan

Ketegangan Meningkat, China Keluarkan Peringatan Keras ke Amerika, Joe Biden Langgar Perjanjian Ini

Ketegangan Meningkat, China Keluarkan Peringatan Keras ke Amerika, Joe Biden Langgar Perjanjian Ini

Editor: maria anitoda
(TWITTER @TheRealCVN71)
Ketegangan Meningkat, China Keluarkan Peringatan Keras ke Amerika, Joe Biden Langgar Perjanjian Ini 

POS-KUPANG.COM -  Ketegangan Meningkat, China Keluarkan Peringatan Keras ke Amerika, Joe Biden Langgar Perjanjian Ini

Seorang analis terkemuka memperingatkan bahwa AS dan China sedang menuju konflik militer besar atas Taiwan.

Analis tersebut mengklaim, faktor pendorong perang sedang meningkat di Laut China Selatan.

Begini Kondisi Terakhir Maaher At-Thuwailibi Sebelum Meninggala, Ada Bercak-bercak Hitam di Kulit

Selain Gong Xi Fa Chai Inilah 35 Ucapan Selamat Tahun Baru China Imlek yang Bisa Kamu Gunakan, Cek!

Kunci Jawaban Tema 7 Kelas 4 Halaman 51 52 55 56 Buku Tematik SD/MI Indahnya keberagaman

Melansir Express.co.uk, ketegangan antara kedua negara adidaya telah meningkat selama sebulan terakhir.

Pada bulan Januari, jet militer milik Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melakukan serangan rudal simulasi terhadap kapal induk Amerika, USS Theodore Roosevelt, saat berpatroli di perairan dekat Taiwan. 

 Lebih lanjut, Kementerian Pertahanan China mengeluarkan pernyataan tanpa kompromi pada Kamis lalu yang memperingatkan Taipei bahwa "kemerdekaan berarti perang".

Menulis di Financial Times, Diana Choyleva, kepala ekonom di Enodo Economics, mengatakan bahwa tim risetnya meyakini bahwa peluang untuk menghindari konflik di Taiwan telah turun secara dramatis.

Dia berpendapat bahwa Presiden China Xi Jinping, yang semakin tegas dan percaya diri, melihatnya sebagai takdir untuk membawa Taiwan kembali ke pangkuan China.

Menjawab pertanyaan apakah AS dan China pada akhirnya akan berperang memperebutkan negara pulau itu, dia menulis:

"Pejabat AS telah lama mengadopsi 'ambiguitas strategis' ketika ditanya apakah mereka akan datang untuk menyelamatkan Taiwan jika terjadi aksi militer China. Jika pemaksaan China diperpanjang hingga blokade ekonomi besar-besaran di Taiwan, Washington mungkin akan campur tangan."

Choyleva juga menjelaskan, selain taruhan ekonomi, jika disisihkan, AS bisa kehilangan status sebagai kekuatan utama Asia-Pasifik.

Dia bilang, Pemerintahan Biden sejauh ini terjebak pada garis keras Donald Trump di China.

"Ini menanggapi serangan udara provokatif dengan menyerukan Beijing untuk berhenti mengintimidasi Taiwan, dan menggambarkan hubungannya dengan Taipei sebagai 'sekuat batu'.

Begini Kondisi Terakhir Maaher At-Thuwailibi Sebelum Meninggala, Ada Bercak-bercak Hitam di Kulit

Selain Gong Xi Fa Chai Inilah 35 Ucapan Selamat Tahun Baru China Imlek yang Bisa Kamu Gunakan, Cek!

Sebelum Meninggal, Ustadz Maheer Ternyata Punya Satu Keinginan yang Belum Terwujud, Apa Itu?

Presiden Jokowi: Pemerintah Sediakan 5 Ribu Vaksin untuk Awak Media Pers, Ini Jadwal VAKSIN

Biden juga melanggar preseden dengan mengundang perwakilan Taiwan dari Washington ke upacara pelantikannya," paparnya.

Namun, menurut Choyleva, meski disibukkan dengan masalah di dalam negeri, Biden ingin menghindari aksi provokasi terhadap Xi Jinping atas masalah tersebut.

Dia menjelaskan, ujian terpenting akan terjadi jika Biden memasukkan Taiwan ke dalam KTT demokrasi yang ditetapkan untuk tahun pertama kepresidenannya.

“Mengundang Taiwan akan membuat marah Beijing dan Xi Jinping akan berada di bawah tekanan untuk menanggapi.

Atas dasar rasional, konfrontasi apa pun tidak akan diizinkan untuk meningkat. Tapi risiko yang terlibat bukan hanya soal perhitungan logis," urainya seperti yang dikutip Express.co.uk.

Choyleva juga menambahkan, "Seperti yang diamati oleh sejarawan Yunani dan jenderal Thucidydes, pendorong perang adalah ketakutan, kehormatan, dan keuntungan - dan semuanya meningkat."

BACA JUGA BERITA LAINNYA:

Bikin Merinding, Amerika Makin Ganas di Laut China Selatan, Berani Ganggu Barang Penting China Ini, Apa?

Pengebor lepas pantai terbesar China menjadi sasaran pemerintahan AS karena aktivitasnya di Laut China Selatan, selang beberapa hari berakhirnya masa jabatan Presiden Donald Trump.

Bloomberg melaporkan, China National Offshore Oil Corp (CNOOC) telah bertahun-tahun mengebor di perairan yang jauh dari perbatasannya, dan dalam wilayah 200 mil dari perbatasan sejumlah negara termasuk Vietnam dan Filipina.

Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Kamis, aktivitas raksasa minyak itu bertindak seperti "pengganggu" bagi militer China untuk mengintimidasi tetangganya. AS kemudian mengumumkan langkah untuk memasukkan nama CNOOC ke dalam daftar hitam, yang membatasi akses ke teknologi AS tanpa izin khusus.

"Tindakan pemerintahan Trump ini, sekali lagi, menunjukkan kepada publik, kepada komunitas internasional apa itu unilateralisme, standar ganda dan intimidasi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam sebuah pengarahan di Beijing pada hari Jumat seperti yang dikutip Bloomberg.
Lijian menambahkan, "Pihak China akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan hak dan kepentingan yang sah dan sesuai hukum dari perusahaan China, dan kami akan mendukung perusahaan kami, untuk melindungi, menegakkan hak dan kepentingan mereka sesuai dengan hukum."

Dalam pernyataan yang dikirimkan lewat email, CNOOC mengetahui keputusan AS dan akan terus memantau kemajuannya.

Saat CNOOC terlibat dalam sengketa teritorial untuk pengeboran di dekat Vietnam dan Filipina, sebagian besar produksi aktualnya di Laut China Selatan lebih dekat ke wilayah. Wilayah tersebut adalah "wilayah operasi inti", menurut laporan tahunan terbaru perusahaan.

Menurut CNOOC, Laut China Selatan bagian timur menyumbang sekitar 242.000 barel setara minyak per hari untuk perusahaan pada 2019, sekitar 17% dari total produksi, dengan kedalaman mulai dari 100 hingga 1.500 meter.

Begini Kondisi Terakhir Maaher At-Thuwailibi Sebelum Meninggala, Ada Bercak-bercak Hitam di Kulit

Selain Gong Xi Fa Chai Inilah 35 Ucapan Selamat Tahun Baru China Imlek yang Bisa Kamu Gunakan, Cek!

SHOLAT MAGRIB: Doa Setelah Sholat Magrib Bacaan latin, Bahasa Arab dan Artinya Dilengkapi Dzikir

Presiden Jokowi: Pemerintah Sediakan 5 Ribu Vaksin untuk Awak Media Pers, Ini Jadwal VAKSIN

SURAT YASIN: Bacaan Surah Yasin, Juz 22-23, Surat Ke 36 : 83 Ayat Latin, Arab, dan Terjemahan

Perusahaan tersebut mengembangkan Yangjiang Sag, patahan bawah laut di barat daya Hong Kong, dan membuat tujuh penemuan baru di seluruh wilayah pada tahun 2019.

Baca juga berita lainnya:

Bikin China Ketar-ketir di Laut China Selatan, Ternyata Ini Target Utama Amerika Serikat, Apa?

Sikap keras Amerika yang menolah klaim China pada 90 persen wilayah Laut China Selatan ternya tujuan

Negeri Paman Sam itu tak ingin wilayah Asia Tenggara jatuh ke tangan China , untuk itu Amerika akan lakukan upaya apapun demi wilayah ini

Seperti yang kita tahu jika Amerika memang terus pepet China di Laut China Selatan.

Tentu saja karena China melakukan tindakan ilegal dengan melakukan klaim sepihak di wilayah laut bebas tersebut.

Ternyata kedatangan Amerika juga memiliki maksud untuk bersaing dengan China.

Tak hanya melalui kehadiran di wilayah tersebut, Amerika juga terus menggempur China melalui perang dagang. Ternyata Amerika memang sangat menginginkan Asia Tenggara

Dalam dokumen kemanan nasional, Kerangka Strategis Amerika untuk Indo-Pasifik 2018

Mengungkap rencana Amerika, dalam mengimplementasikan rencana kongkret di wilayah Indo-Pasifik.

Melansir 24h.com.vn, pada Senin (18/1/21), dokumen setebal 10 halaman itu ditulis pad 12 Januari.

Dokumen itu dikembangkan oleh Dewan Keamanan Nasional di bawah Presiden Donald Trump pada 2017.

Dokumen tersebut menunjukkan fokus pada penyesuaian kebijakan Amerika untuk bersaing dengan China yang lebih kuat, lebih ambisius, dan lebih agresif.

Hal menarik lainnya adalah bahwa kerangka kerja menetapkan banyak tujuan.

Para ahli mengatakan bahwa hal ini jelas menunjukkan kesenjangan antara maksud dan implementasi, terutama di bagian Asia Tenggara.

Hal itu sering dikatakan pejabat AS memainkan peran sentral dalam strategi Indo-Pasifik.

Dokumen tersebut menyatakan bahwa tujuan AS di kawasan ini adalah untuk "mempromosikan dan mengkonsolidasikan peran sentral di Asia Tenggara dan ASEAN dalam arsitektur keamanan kawasan.

Serta untuk mendorong suara yang bersatu dalam masalah tematik.

Begini Kondisi Terakhir Maaher At-Thuwailibi Sebelum Meninggala, Ada Bercak-bercak Hitam di Kulit

Selain Gong Xi Fa Chai Inilah 35 Ucapan Selamat Tahun Baru China Imlek yang Bisa Kamu Gunakan, Cek!

Sebelum Meninggal, Ustadz Maheer Ternyata Punya Satu Keinginan yang Belum Terwujud, Apa Itu?

SURAT YASIN: Bacaan Surah Yasin, Juz 22-23, Surat Ke 36 : 83 Ayat Latin, Arab, dan Terjemahan

Namun, dokumen tersebut tidak menjelaskan bagaimana AS dapat mencapai ini, terutama ketika China memiliki pengaruh ekonomi yang besar di kawasan tersebut.

Dokumen tersebut menyatakan bahwa Amerika Serikat harus melihat ke Asia Tenggara bekerja sama dengan Amerika Serikat dan sekutunya.

Bertujuan untuk menegakkan prinsip kedaulatan, kebebasan navigasi, dan standar perdagangan dan investasi, menghormati hak individu dan supremasi hukum.

Namun, kegiatan diplomatik pemerintahan Trump dengan ASEAN dipandang terfragmentasi dan tidak efektif.

Kegagalan Washington mengirimkan perwakilan tingkat tinggi ke konferensi penting seperti KTT Asia Timur dinilai tidak mampu mempertahankan definisi minimal tentang peran sentral ASEAN.

Meski para pejabat Amerika selalu ingin menarik ASEAN ke arah itu dan mencoba bersaing dengan China

Dokumen mengatakan akan mempromosikan hubungan ekonomi AS dengan Asia Tenggara.

Termasuk mengejar perjanjian perdagangan yang menetapkan standar perdagangan dan investasi AS dan mengurangi ketergantungan ekonomi dari wilayah tersebut ke China .

Tujuan ini juga dinilai memiliki jarak antara niat dan kenyataan.

Pemerintahan Trump menghadapi kritik setelah ASEAN, China, dan lima negara lainnya menyelesaikan perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP).

Dokumen tersebut mengkonfirmasi satu hal yang jelas di bawah Trump: kebijakan AS terhadap Asia Tenggara masih tertinggal dari kebijakan dengan China, uangkap sebuah artikel di The Diplomat.*

https://internasional.kontan.co.id/news/peringatan-keras-as-china-menuju-konflik-militer-besar-di-laut-china-selatan?page=all

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved