Wawancara Eksklusif
Kadis Dikbud NTT : Prestasi Siswa di Tengah Pandemi
memberi isyarat kepada sekolah untuk mereview kesepakatan sekolah tatap muka bersama orang tua dan komite.
Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
Wawancara Eksklusif Kadis Dikbud NTT : Prestasi Siswa di Tengah Pandemi
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) belum menunjukkan tanda berakhir. Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, angka pertambahan kasus positif malam makin hari kian menanjak sejak awal 2021.
Setelah sempat mengeluarkan kebijakan untuk bisa sekolah tatap muka dengan persyaratan, kini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT (Disdikbud NTT) memberi isyarat kepada sekolah untuk mereview kesepakatan sekolah tatap muka bersama orang tua dan komite.
Menurut Linus Lusi, Kadis Dikbud NTT, keselamatan siswa menjadi prioritas. Di saat yang sama, harapan orang tua dan anak, agar situasi oandemi Covid 19 tidak mematikan kreativitas bahkan prestasi anak. Bagaimana pandangan dan kebijakan Disdikbud NTT terkait hal ini. Berikut rangkuman wawancara bersama Kadis Dikbud NTT, Linus Lusi, S.Pd.,MM dalam Ngobrol Asyik POS-KUPANG dengan tema Berprestasi di tengah Pandemi.
Tema ini sudah sering dibicarakan. Belajar dari rumah seharusnya menjadi menyenangkan bagi anak, guru dan orang tua. Bagaimana strategi, supaya belajar dari rumah menyenangkan bukan hanya jadi rutinitas belaka? Karena ada guru yang sekedar mengirim video YouTube dan anak diminta mengerjakan soal sendiri dari rumah?
Ketika orang tua mengambil alih peran guru, muncul kesadaran kritis. Selama ini orang tua melihat sekolah dengan sebelah mata, ternyata sekolah memiliki sebuah tanggung jawab besar atas peran terhadap masa depan generesi muda. Maka muncul kesadaran kolektif masyarakat bahwa peran ini adalah peran bersama sehingga mau tidak mau, orang tua harus terlibat.
Tetapi manakala ketika orang tuan menalami hal seperti itu, maka kita optimalisasi, pertama memaksimalkan peran guru BP, selama ini mungkin kurang dimaksimalkan. Kami dorong guru BP bersama guru kelas untuk memberi sentuhan psikologis bagi anak. Guru tidak perlu memberi tugas yang berjejal atau bertubi-tubi sehingga membuat siswa mengalami stres.
Di sisi lain, kita mendorong para guru untuk melakukan kunjungan rumah. Di sini kami mendorong peran guru BP dan guru kelas, karena mereka akan memiliki tawaran inovasi tersendiri ketika mendatangi rumah anak anak.
Sebagai contoh, di Kabupaten Kupang, guru-guru tetap berjuang melewati dan menerobos beberapa sungai hanya untuk mengantar PR siswa. Ini susah senangnya guru di pedesaan.
Untuk berperstasi di tengah Covid-19, apa solusi dari Dinas Dikbud bersama para guru. Apakah melakukan hal kreatif sehingga tidak monoton atau seperti apa?
Kita melihat berbagai macam kecerdasan anak. Ketika mereka hanya dijejal dengan kecerdasan kognitif, tidak ada afektif dan psikomotorik maka itu tidak terlalu bagus untuk mereka. Di tengah pandemi, kita lakukan optimalisasi seluruh potensi yang ada.
Sepert di Kabupaten Flotim, di salah satu SMP, ada guru bersama Tim Agupena yang didukung penuh oleh kepala dinas Dikbud Flotim. Mereka melakukan berbagai terobosan, lomba dan itu diikuti ratusan siswa bahkan di luar Flotim.
Di Kabupaten Ngada, ada SMK di Aimere yang kepala sekolah dan gurunya begitu berkomitmen sehingga mereka bisa membawa siswa masuk 3 besar lomba secara nasional bahkan saat pandemi. Di SMA Negeri 1 Ende juga demikian. Di Alor, sekolah melakukan inovasi dalam mengatasi kekurangan sarana dan fasilitas daring dengan ngobrol bersama orang tua.
Ini menandakan bahwa dunia pendidikan tidak pernah kiamat. Kami akan komunikasikan bahwa dunia pendidikan tidak pernah kiamat. Tetap berjalan beriringan dengan tidak mematikan aspek prestasi siswa.
Ini artinya sekolah tidak boleh mati gaya di tegah pandemi agar pendidikan tetap berjalan bagi anak didik mereka. Saat ini ada kebijakan Kemendikbud meniadakan Ujian Nasional, seperti apa persiapan Dinas sendiri?
Ketika Pemerintah menghapus UN, dunia pendidikan tidak serta merta mati. Penghapusan UN bukan sebuah hal yang mencemaskan dunia pendidikan. Ada rasa optimis dan sikap positif karena memberi otonomi sekolah untuk mendesain soal ujian yang setara kualitas dengan soal UN.
Dari kunjungan kerja kami, kami temukan sekolah memiliki tabungan bank soal. Manajemen sekolah agar memanfaatkan soal berstandar nasional dan harus diujicobakan sehingga memiliki kualitas setara UN.
Dengan mencermati situasi di lapangan, Dinas bersama para guru tidak terlalu cemas ketika UN dihapuskan. Ini momentum bagi sekolah maka dunia pendidikan tidak merasa sebagai hal yang luar biasa.
Bagi dunia pendidikan, termasuk orang tua dan pemerhati pendidikan, UN dihaus bukan hal yang luar biasa. Hal positif yang dialami adalah dengan mengoptimalkan bank soal yang telah divalidasi oleh sekolah. Dinas sudah keluarkan surat edaran untuk optimalisasi ujian sekolah bdengan soal yang berstandar nasional yang telah disiapkan sekolah masing masing.
Hampir selama tahun pelajaran 2020-2021, tidak dilakukan belajar tatap muka, bagaimana koordinasi Dinas dengan provider yang menyediakan layanan internet?
Situasi dan kondisi di berbagai kabupaten kota, ketika melaksanaak belajar online konsekuensi seperti apa? Pemprov NTT telah menganggarkan dan menyediakan hampir 5.000 android yang akan dibagi kepada siswa dengan mekanisme tertentu untuk sekolah yang berada di bawah naungan Provinsi. Pemerintah provinsi menyediakan android ini lewat berbagai perjuangan.
Di sisi lain, Kemenkominfo juga telah menyediakan internet gratis selama ini meski dengan segala keterbatasannya.
Kita minta kepada para Kepala dinas kabupaten/kota, untuk pendidikan tidak boleh loyo atau mati suri. Suka atau tidak suka, kita perlu menyesuaikan irama terhadap tuntutan seperti ini.
Di Kabupaten Ende, Kota Kupang, Malaka, Timor, Sumba dan Alor memiliki kepedulian yang sama. Ini komitmen luar biasa terhadap dunia pendidikan. Salah satu jalan mencapai perkembangan adalah dengan pendidikan maka pendidikan tidak boleh mati suri.
Langkah cerdas sekolah di Alor, misalnya, uang dari komite sebesar Rp8 juta dipakai untuk pengadaan radio. Siswa sangat enjoy dan sangat menikmati. Demikian pula ada banyak laporan kepala sekolah termasuk di Kota Kupang yang melakukan inovasi pembelajaran.
Begitu juga di Kabupaten Ngada, SMK Regina Pacis misalnya, malakukan kerjasama dengan RRI Ende untuk program yang sejalan dengan sektor pendidikan. Jadi android bukan satu satunya, sekolah harus memanfaatkan ruang ruang untuk digunakan sebagai media pembelajaran.
Apa pesan Bapak Kadis terhadap tenaga pendidik yang saat ini berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa meski berhadapan dengan situasi oandemi?
Berbicara BDR (Belajar Dari Rumah) maka aspek intelektual tidak menjadi satu satunya. Contoh salah satu siswa SMAN 3 Kupang, Yeyen. Meski di tengah pandemi, ia mampu melahirkan novel yang bagus, ini karya sangat imajinatif. Jadi pembuktian, ketika ada tekanan maka anak anak akan kreatif. Teman teman guru juga demikian, mereka tidak mati suri, contoh Mesra Pelandou yang juga aktif menghasilkan karya.
Kita menginisiasi gerakan menulis 1.000 buku yang rencananya akan dilaunching 2 Mei mendatang.
Jadi ketika situasi andemi Covid, siswa, guru dan orang tua tidak boleh mati, tetapi ketika ada tekanan maka harus melahirkan inovasi yang luar biasa seperti Thomas Alva Edison yang melakukan percobaan berulang kali hingga berhasil.
Mari jadikan momentum Covid sebagai momentum sakti. Para guru akan diberi apresiasi yang luar biasa pada 2 Mei. Sementara itu, pada HUT NTT nanti akan dilaunching 1.000 karya guru .
• Al dan Andin Mesra, Tatapan Arya Saloka ke Amanda Manopo Disorot! Alur Ikatan Cinta 8 Februari 2021
• Pesta Sambut Baru di Sikka Langgar Jam Malam, Tim Gabungan Bubarkan dan Amankan Amplifier
• Waspada! Hingga Saat Ini Tercatat 1.150 Warga Manggarai Positif Rapid Antigen
Harus ada kesadaran kolektif masyarakat lewat pendidikan sebagai jalan menuju kemajuan. Apalagi ke surga, juga lewat pendidikan. Jadi harus benar benar diejawantahkan secara baik. (Laporan Reporter POS-PANG.COM, Ryan Nong)