Keunikan Suku Boti Nusa Tenggara Timur, Tak Pernah Ada Pencuri, Tak Boleh Berburu Hewan di Kampung

Keunikan Suku Boti Nusa Tenggara Timur, Tak Pernah Ada Pencuri, Tak Boleh Berburu Hewan di Kampung

Editor: maria anitoda
Tribunnews
Keunikan Suku Boti Nusa Tenggara Timur, Tak Pernah Ada Pencuri, Tak Boleh Berburu Hewan di Kampung 

Untuk mencapai Desa Boti, dibutuhkan perjalanan yang cukup melelahkan. Total waktu empat jam dari Kota Kupang untuk mencapai Desa Boti.

Tiga jam ditempuh dengan mobil dan 1 jam menumpang ojek.

Desa terluar untuk menuju Boti yakni Desa Oeleu Utara, Di Oeleu Utara itu mobil terpaksa diparkir lantas berganti Ojek sepeda motor.

Jalanan menuju Desa Boti berbukit selebar empat meter. Jalanan hanya tanah berdebu yang sebagian dilapisi batu putih.

Sepanjang perjalanan yang dilintasi adalah hutan. Tanaman paling dominan yakni kayu putih. Sisanya tanaman perdu dan tanaman-tanaman liar dan perdu.

Terkadang masih terlihat babi hutan di hutan. Rumah warga yang terlihat, sebagian masih rumah tradisional yakni rumah bulat yang bentuknya bulat tertutup seluruhnya oleh ilalang yang ditempel di seluruh bagian dinding hingga atap rumah.

Inilah 10 Buku Teraneh yang Pernah Ditulis Manusia, Ada yang Diikat dengan Kulit Manusia, Ngeri

WAJIB TAHU! Inilah Makna Tiap Shio yang Kamu Miliki, Apa Makna Kerbau, Ayam dan Ular? Cek Yuk

Sungai Putih

Semakin mendekati Desa Boti, jalanan semakin kecil dan hutan makin lebat. Jalanan sekitar 3 dan 2 meter. Bahkan di beberapa titik, jalanan hanya 50 cm, cukup untuk dilintasi ban sepeda motor dan pengendara.

Untuk mencapai Desa Boti bagian atas, sepeda motor wajib menyeberangi Sungai Putih yang lebarnya sekitar 100 meter.

Akhir pekan lalu Sungai Putih sedang kering. Makanya sepeda motor bisa turun ke sungai dan justru melintas membelah sungai.

Dasar sungai yang terlihat hanya batu ukuran kecil hingga besar. Hampir semuanya berwarna putih. "Makanya disebut sungai putih," ujar Ansel, warga Boti yang mengantar Tribunnews.

Kepala Sekolah SD GMIT di Boti, Mikel Selan yang berada di paling tinggi mengatakan, jika air sungai Putih sedang tinggi, maka kawasan Boti menjadi terisolasi.

"Saya tinggal di Boti. Sebelumnya saya mengajar di SDN Nuntio. Setiap hari harus menyeberang sungai Putih. Tapi kalau sedang air tinggi, kita tidak bisa pergi. Terpaksa menunggu sungai surut baru bisa pergi," jelas Mikel

Setelah menyusuri Sungai Putih sejauh 500 meter, kendaran sepeda motor terus naik ke perbukitan mengarah SD GMIT Boti.

Jalanan semakin sepi dan mengecil. Lebar jalan hanya sekitar 2 meter, itu pun berupa tanah dan selebihnya membelah hutan.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved