Tuan Guru Bajang

Inilah Sisi Lain Tuan Guru Bajang yang Tak Pernah Publik Tahu, TGB Ternyata Begini Kalau di Rumah

Inilah Sisi Lain Tuan Guru Bajang yang Tak Pernah Publik Tahu, TGB Ternyata Begini Kalau di Rumah

Editor: maria anitoda
Instagram/Tuan Guru Bajang
Inilah Sisi Lain Tuan Guru Bajang yang Tak Pernah Publik Tahu, TGB Ternyata Begini Kalau di Rumah 

POS-KUPANG.COM - Inilah Sisi Lain Tuan Guru Bajang yang Tak Pernah Publik Tahu, TGB Ternyata Begini Kalau di Rumah

Tak semua publik tahu tentang sosok Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB), benarkah pernah kuliah di Kairo?

Nama Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat itu pernah masuk bursa Pilpres 2019. 

Baca juga: Lama Bungkam, Sosok Ini Bongkar Aib Ahok Jadi Gubernur DKI, Eks Veronica Tan Tak Berkutik, Siapa?

Baca juga: Ini Alasan Partai Gelora Indonesia Setuju Pilkada Berlangsung Tahun 2024 Bersamaan Pileg dan Pilpres

Baca juga: Ada 96 Kasus Covid-19 di Flores Timur, Ini Langkah Pemkab 

Saat itu TGB digadang-gadang untuk menjadi Cawapres RI berpasangan dengan petahana Joko Widodo atau Jokowi.

Namun ada hal lain yang jarang diketahui publik, benarkah TGB yang juga hafiz (penghafal Alquran) itu kuliah di Kairo?

Gubernur NTB dua periode itu lahir di Pancor, Selong, Lombok Timur, NTB, 31 Mei 1972.

Sebelum menjabat gubernur, dia pernah duduk sebagai anggota DPR RI hampir 1 periode masa jabatan.

Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan

Tuan Guru Bajang adalah putra ketiga dari pasangan HM Djalaluddin SH, seorang pensiunan birokrat Pemda NTB dan H. Rauhun Zainuddin Abdul Madjid, putri dari TGH M Zainuddin Abdul Madjid (Tuan Guru Pancor), pendiri organisasi Islam terbesar di NTB, Nahdlatul Wathan (NW) dan pendiri Pesantren Darun-Nahdlatain.

Kakaknya adalah Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat saat ini, Sitti Rohmi Djalilah.

Tuan Guru Bajang mengenyam pendidikan dasar di SDN 3 Mataram (sekarang SDN 6 Mataram), lulus tahun 1986.

Ia melewati jenjang SLTP di Madrasah Tsanawiyah Mu'allimin Nahdlatul Wathan Pancor hanya selama 2 tahun, dan lulus Aliyah di yayasan yang sama tahun 1991.

Sebelum memasuki perguruan tinggi ia menghafal Al-Qur'an di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdlatul Wathan Pancor selama setahun (1991-1992).

Kemudian pada tahun 1992 Majdi berangkat ke Kairo guna menimba ilmu di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Universitas Al-Azhar Kairo dan lulus meraih gelar Lc pada tahun 1996.

Lima tahun berikutnya, ia meraih Master of Art (MA) dengan predikat Jayyid Jiddan.

Baca juga: Lama Bungkam, Sosok Ini Bongkar Aib Ahok Jadi Gubernur DKI, Eks Veronica Tan Tak Berkutik, Siapa?

Baca juga: Ini Alasan Partai Gelora Indonesia Setuju Pilkada Berlangsung Tahun 2024 Bersamaan Pileg dan Pilpres

Baca juga: Karir Anies Baswedan Bakal Tamat di Pilkada & Pilpres 2024, PDIP Sudah Rancang Strategi Ini, Apa?

Setelah menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Al-Azhar selama 10 tahun, Tuan Guru Bajang melanjutkan ke program S3 di universitas dan jurusan yang sama.

Pada bulan Oktober 2002, proposal disertasi Majdi diterima dengan judul Studi dan Analisis terhadap Manuskrip Kitab Tafsir Ibnu Kamal Basya dari Awal Surat An-Nahl sampai Akhir Surat Ash-Shoffat di bawah bimbingan Prof Dr Said Muhammad Dasuqi dan Prof Dr Ahmad Syahaq Ahmad.

Ia berhasil meraih gelar Doktor dengan predikat Martabah EL-Syaraf El Ula Ma`a Haqqutba atau Summa Cumlaude pada hari sabtu, 8 Januari 2011 dalam munaqosah (sidang) dengan Dosen Penguji Prof Dr Abdul Hay Hussein Al-Farmawi dan Prof Dr Al-Muhammady Abdurrahman Abdullah Ats-Tsuluts.(*)

Kader Partai Golkar

Zainul Majdi atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang ( TGB) memilih masuk Partai Golkar setelah hengkang dari Partai Demokrat.

Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat itu memutuskan keluar dari Partai Demokrat beberapa bulan lalu.

Sebelum masuk Golkar, TGB sempat dikabarkan masuk Partai Nasdem. Namun TGB langsung membantah kabar tersebut.

Ia lebih memilih Partai Golkar karena kondisi partai tersebut dinilai lebih dewasa dibanding partai lain. 

"Menurut saya salah satu pertimbangannya karena Golkar ini partai yang paling dewasa kalau menurut saya. Artinya Golkar ini tidak perlu figur sentral lagi dalam menjalankan partainya," ujar pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, Senin (24/12/2018).

Tanpa adanya tokoh sentral, siapapun bisa menjadi ketua umum di Partai Golkar.

Partai beringin tersebut memang sudah beberapa kali berganti ketua umum seperti Setya Novanto dan Airlangga Hartarto.

Dia membandingkan dengan kondisi partai lain seperti Megawati dan PDI-P, Prabowo Subianto dan Gerindra.

Dengan kondisi itu, TGB dinilai lebih bisa berkembang di Golkar.

Jika ada jalannya, kata Hendri, bukan tidak mungkin suatu saat nanti TGB menduduki posisi ketua umum.

"TGB merasa dirinya lebih bisa berkembang dan bisa lebih berkarier politik di partai beringin itu dibandingkan dengan Nasdem yang masih memiliki tokoh sentral di sana. Kan Nasdem apa-apa pasti Surya Paloh," ujar Hendri.

Tanpa tokoh sentral ini, karier politik TGB bukan hanya lebih cemerlang. Namun TGB juga lebih leluasa berkarya di partai tersebut.

Sebab semua kebijakan tidak ditentukan oleh tokoh sentral seorang.

"Saya rasa dengan itu TGB justru bisa sangat berperan di Golkar. Apalagi Golkar juga butuh sosok seperti TGB. Ulama besar, pernah jadi pemimpin daerah," kata dia.

Sebelumnya, TGB resmi diperkenalkan sebagai kader Partai Golkar dalam forum silaturahim, Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (20/12/2018).

Baca juga: Lama Bungkam, Sosok Ini Bongkar Aib Ahok Jadi Gubernur DKI, Eks Veronica Tan Tak Berkutik, Siapa?

Baca juga: Ini Alasan Partai Gelora Indonesia Setuju Pilkada Berlangsung Tahun 2024 Bersamaan Pileg dan Pilpres

Baca juga: Permintaan Meningkat, Ini Pesan Perwira Polisi yang Jadi Pendonor Plasma Awal di NTT 

Baca juga: Dua Tersangka Korupsi Jalan Dorarapu-Dokimatawae di Ngada Ditahan untuk Kedua Kalinya

Setelah resmi bergabung, TGB langsung mendapatkan dua jabatan sekaligus meski baru bergabung ke dalam Partai Golkar.

Jabatan pertama yang diemban TGB adalah Ketua Koordinator Bidang Keumatan DPP Golkar.

Bidang ini adalah struktur yang baru diciptakan khusus setelah TGB menyatakan bergabung dalam keluarga besar partai beringin.

Selain itu, mantan kader Partai Demokrat ini langsung dipercaya menjabat Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden DPP Golkar.

* Jalan Politik Tuan Guru Bajang, dari Partai Bulan Bintang, Demokrat hingga Berlabuh di Partai Golkar

Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi resmi bergabung ke Partai Golkar.

Ia secara resmi diperkenalkan oleh Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dalam acara silaturahim Partai Golkar, Kamis (20/12/2018) malam.

Golkar bukanlah partai pertama bagi mantan gubernur Nusa Tenggara Barat ini.

Sebelum bergabung ke dalam keluarga besar partai beringin, TGB sudah lebih dulu bergabung dengan dua partai lain.

PBB Partai pertama alumnus universitas Al-Azhar Kairo ini adalah Partai Bulan Bintang (PBB).

Lewat partai besutan Yusril Ihza Mahendra itu, TGB mengawali karir politiknya sebagai wakil rakyat.

Ia terpilih sebagai anggota DPR dari fraksi PBB untuk periode 2004-2009.

Selama di Senayan, TGB duduk di Komisi X membidangi masalah pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian dan kebudayaan.

Belum berakhir jabatannya sebagai anggota DPR, TGB mencoba peruntungan di ranah eksekutif.

Pada 2008, ia maju sebagai calon Gubernur NTB dengan diusung oleh PBB dan Partai Keadilan Sejahtera.

Baca juga: Lama Bungkam, Sosok Ini Bongkar Aib Ahok Jadi Gubernur DKI, Eks Veronica Tan Tak Berkutik, Siapa?

Baca juga: Ini Alasan Partai Gelora Indonesia Setuju Pilkada Berlangsung Tahun 2024 Bersamaan Pileg dan Pilpres

Baca juga: Satu Pasien COVID-19 di Lembata Dinyatakan Meninggal Dunia

Baca juga: Dua Tersangka Korupsi Jalan Dorarapu-Dokimatawae di Ngada Ditahan untuk Kedua Kalinya

TGB yang berpasangan dengan Badrul Munir pun keluar sebagai pemenang.

TGB menjadi gubernur termuda di Indonesia dengan usia 36 tahun.

Demokrat Setelah menjabat Gubernur NTB, karir politik TGB makin moncer.

Ia meninggalkan PBB dan bergabung dengan partai penguasa saat itu, Partai Demokrat.

Belum lama bergabung dengan partai berlambang mercy, TGB langsung terpilih sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah Demokrat NTB.

TGB pun percaya diri untuk kembali mencalonkan diri untuk bisa memimpin NTB dua periode.

Pada Pilgub NTB 2013, pria kelahiran Pancor, Selong, Lombok Timur ini kembali mencalonkan diri sebagai petahana.

Selain diusung oleh Partai Demokrat, TGB juga mendapat dukungan dari parpol lain yakni Partai Gerindra, Partai Golkar, PDIP, PPP, PAN dan PKB. TGB yang kali ini maju bersama Muhammad Amin menang dengan total suara mencapai 44,36 persen atau setara 1,03 juta suara.

Prabowo ke Jokowi Pada Pilpres 2014, TGB memilih mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa meski Partai Demokrat saat itu memutuskan untuk netral.

Saat itu, TGB menyatakan bahwa Prabowo-Hatta adalah pasangan yang tegas dan berani.

Prabowo-Hatta pada akhirnya berhasil mengalahkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di NTB.

Sebanyak 72,45 masyarakat NTB memilih Prabowo-Hatta. Namun, pasangan yang diusung koalisi merah putih itu kalah secara nasional.

TGB berubah sikap menjelang Pilpres 2019.

Baca juga: Lama Bungkam, Sosok Ini Bongkar Aib Ahok Jadi Gubernur DKI, Eks Veronica Tan Tak Berkutik, Siapa?

Baca juga: Ini Alasan Partai Gelora Indonesia Setuju Pilkada Berlangsung Tahun 2024 Bersamaan Pileg dan Pilpres

Baca juga: Permintaan Meningkat, Ini Pesan Perwira Polisi yang Jadi Pendonor Plasma Awal di NTT 

Baca juga: Dua Tersangka Korupsi Jalan Dorarapu-Dokimatawae di Ngada Ditahan untuk Kedua Kalinya

Pimpinan ormas Nadhlatul Wathan ini menyatakan dukungan untuk Jokowi memimpin dua periode.

Padahal, Jokowi kini masih kembali berhadapan dengan Prabowo Subianto, sosok yang didukung oleh TGB pada Pilpres 2014 silam.

Saat TGB menyatakan sikap mendukung Jokowi pada Juli lalu, Partai Demokrat juga belum menentukan sikap dalam pilpres, apakah mendukung Jokowi, merapat ke Prabowo atau membuat poros baru.

Tak lama setelah menyatakan dukungan ke Jokowi, TGB mengundurkan diri dari Partai Demokrat.

Alasan TGB mundur dari partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono sampai saat ini masih misteri.

Saat ditanya wartawan, TGB hanya menyebut bahwa alasannya meninggalkan Demokrat bersifat pribadi.

Setelah TGB mundur, Demokrat belakangan mengambil keputusan untuk merapat ke Prabowo-Sandiaga Uno. Langkah ini diambil setelah Demokrat gagal membentuk poros ketiga.

Golkar Kini, TGB kembali meloncat ke Golkar, salah satu parpol pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.

Beberapa hari sebelumnya, TGB juga sempat diklaim bergabung dengan Partai Nasdem.

Namun, TGB buru-buru membantah informasi sepihak yang disampaikan Sekjen Partai Nasdem Johnny G Platte itu.

Kamis kemarin, saat kabar TGB masuk Golkar sudah tersiar, tak ada bantahan atau klarifikasi dari yang bersangkutan.

Sepanjang hari ia tak merespon pesan singkat atau telpon wartawan. TGB langsung menjawab kabar yang beredar dengan hadir langsung dalam silaturahim Partai Golkar pada malam harinya. Kehadiran TGB disambut antusias.

"Selamat bergabung Pak Zaniul Majdi atau Tuan Guru Bajang," kata Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto memperkenalkan TGB kepada para elite partai beringin.

Airlangga mengatakan, TGB langsung mendapatkan dua jabatan sekaligus di DPP meski baru bergabung ke dalam Partai Golkar.

Jabatan pertama yang diemban TGB adalah selaku Ketua Koordinator Bidang Keumatan DPP Golkar.

Baca juga: Lama Bungkam, Sosok Ini Bongkar Aib Ahok Jadi Gubernur DKI, Eks Veronica Tan Tak Berkutik, Siapa?

Baca juga: Ini Alasan Partai Gelora Indonesia Setuju Pilkada Berlangsung Tahun 2024 Bersamaan Pileg dan Pilpres

Baca juga: Karir Anies Baswedan Bakal Tamat di Pilkada & Pilpres 2024, PDIP Sudah Rancang Strategi Ini, Apa?

Bidang ini adalah struktur yang baru diciptakan khusus setelah TGB menyatakan bergabung dalam keluarga besar partai beringin.

Selain itu, TGB juga dipercaya menjabat Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu Legislatif dan Presiden DPP Golkar.

Pemberian kedua jabatan ini kepada TGB sudah diputuskan dalam rapat pleno DPP yang digelar sehari sebelumnya.

Menurut Airlangga, DPP Golkar mempertimbangkan pengalaman dan rekam jejak TGB yang sudah malang melintang memimpin ormas, bergelut di partai politik hingga pemerintahan.

TGB pun bersyukur dan berterimakasih karena telah dipercaya untuk bergabung ke Partai Golkar.

"Bagi saya, dimana pun berada, sebagai seorang muslim saya maknakan sebagai dakwah. Sebagai seorang anak bangsa dimana pun berada, nawaitunya adalah bisa memberi kontribusi untuk Indonesia yang kita cintai," kata TGB.

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved