Manajemen RSUD Optimis Tak Tutup Lagi IGD, Ini Alasannya
Selanjutnya petugas mengarahkan pasien yang bersangkutan ke tempat pelayanan sesuai dengan hasil scrining.
Penulis: Teni Jenahas | Editor: Rosalina Woso
Manajemen RSUD Optimis Tak Tutup Lagi IGD, Ini Alasannya
POS KUPANG.COM| ATAMBUA----Manajemen RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua telah membuka kembali pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) terhitung, Jumat (22/1/2021) setelah dua pekan ditutup.
Manajemen optimis, pelayanan di IGD tidak ditutup lagi karena manajemen sudah melakukan antisipasi penambahan ruang isolasi bagi pasien Covid-19. Kemudian, hasil rapid antigen bagi tenaga kesehatan yang bertugas di RSUD Atambua terutama di bagian IGD banyak yang dinyatakan negatif.
Hal ini disampaikan Direktur RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua, dr. Batsheba Elena Corputty, MARS dalam konferensi pers yang dilakukan, Senin (25/1/2021). Saat itu, Direktur didampingi Kabid Pelayanan RSUD Atambua, Sipry Mali, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Rasco, dr. Theo Maubere, dr. Felix dan Dokter Spesialis Patologi Klinik, dr. Helena.
Di awal konferensi pers, dr. Elen demikian sapaannya menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Kabupaten Belu.
"Kami dari RSUD Atambua menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Kabupaten Belu atas penutupan IGD kurang lebih selama dua minggu," ungkap dr. Elen.
Kata Elen, alasan manajemen menutup sementara IGD karena saat itu ada sejumlah pasien terkonfirmasi positif hasil rapid antigen yang sedang diobservasi di ruang IGD. Jumlahnya banyak sehingga tempat perawatan penuh. Kemudian, ada tenaga kesehatan yang bertugas di IGD juga positif rapid antigen. Untuk mengantisipasi penyebaran covid-19 dan menjaga kesehatan tenaga kesehatan, manajemen menutup sementara pelayanan di IGD dan mengarahkan semua tenaga kesehatan di RSUD Atambua untuk dilakukan rapid antigen.
Tenaga kesehatan yang menjalani rapid antigen sebanyak 570 orang. Hasilnya, 63 orang nakes positif rapid antigen dan 507 nakes negatif. Setelah hasil rapid antigen sudah ada hasilnya dan tenaga kesehatan yang hasil rapidnya negatif bisa bekerja normal sedangkan nakes yang hasi rapid antigen positif diarahkan isolasi mandiri.
Kita lakuka rapid test antigen terhadap seluruh tenaga kesehatan sebanyak 570 orang, hasilnya 63 orang positif sisanya negatif. Mereka yang positif menjalankan isolasi mandiri 10-14 hari, dipantau dan diberi obat dan bersyukur mereka tidak ada gejala yang berat. Nakes yang sehat yang bertugas untuk pelayanan", jelas dr. Elen.
Menurut Elen, para tenaga kesehatan dilakukan rapid antigen supaya mengetahui kondisi mereka. Dengan demikian, mereka melayani sesama tenaga medis dengan rasa nyaman dan aman. Begitupun saat melayani masyarakat.
Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pasien, manajemen sudah sterilisasi semua ruangan, semprot disinfektan dan menggunakan UV atau pencahayaan sinar ultraviolet.
Untuk mengantisipasi ruangan penuh, manajemen juga sudah menyiapkan satu unit lagi ruang IGD infeksi yang khusus untuk pelayanan pasien bergejala Covid-19 sebelum dirawat di ruang isolasi.
Dokter Elen mengatakan, setiap pasien yang datang berobat di IGD harus melalui posko skrining. Hal itu sebagai upaya untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 serta langkah awal pencegahan. Kemudian, memberikan rasa aman dan nyaman kepada nakes dan pasien lainnya yang tengah dirawat.
Secara teknis alur pelayanan ini disampaikan Dokter Felix. Ia menjelaskan, semua pasien yang datang berobat harus melalui posko scrining. Di posko scrining ini, petugas akan menanyakan kepada pasien dengan beberapa pertanyaan dasar.
Selanjutnya petugas mengarahkan pasien yang bersangkutan ke tempat pelayanan sesuai dengan hasil scrining.
"Setelah scrining baru kita bisa menentukan untuk penangananya apakah di poli, IGD reguler (biasa) atau IGD infeksi," terang dr. Felix.
Menurut dr. Felix, posko scrining ini dibutuhkan untuk pencegahan dini penyebaran Covid-19. Karena tidak semua orang yang datang berobat ke rumah sakit mengetahui gejala Covid-19. Apalagi ketika pasien tidak jujur menyampaikan gejala-gejala sakit yang dialaminya.
"Misal ketika ditanya demam, sesak napas sedang diderita namun tidak jujur menyampaikan maka pasti lolos dan efeknya pasti panjang. Karena nanti diarahkan ke IGD reguler, pasti akan menularkan ke pasien yang bukan Covid," kata Felix.
Baca juga: Kisah Hidup Pasturi yang Tewas Tertimbun Longsor, Pekerja Keras dan Suka Menolong
Baca juga: Bupati Nagekeo Ambil Sumpah 12 ASN Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Lihat Daftar Namanya
Baca juga: Tambah 9 Kasus Positif Covid-19, Nagekeo Kembali Zona Merah, Lihat Rinciannya
"Memang secara umum gejalanya ringan, hanya batuk, flu, demam, ngeri tenggorokan dan sudah sembuh. Tetapi siapa yang tau kalau tidak melalui rapid test. Jadi perlu jujur sehingga penanganannya juga sesuai dan harapan kita untuk memutus mata rantai covid-19 dapat terwujud," sambung dr. Felix. (Laporan Reporter POS KUPANG.COM,Teni Jenahas).