Revitalisasi Dermaga Nangakeo Ende Butuh Rp. 41 Miliar, Apa Saja Item Pekerjaan?

Pasalnya posisi dermaga yang sejajar dengan garis pantai menyebabkan aktivitas penyebaran tidak optimal bahkan menganggu.

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Revitalisasi Dermaga Nangakeo Ende Butuh Rp. 41 Miliar, Apa Saja Item Pekerjaan?
POS KUPANG/ROMUALDUS PIUS
Dermaga Nangakeo di Ende

"Jadi kalau sebelumnya dia arahnya ke Ende, nanti diperbaiki arahnya ke Pulau Ende," ungkapnya.

Dia merincikan item pekerjaan di tahun 2021 ini, antara lain, pekerjaan dudukan movible bridge, dudukan hidrolik, pelindung movible mridge, mooring dolphin, breasthing dolphin dan dudukan catwalk.

Sebelumnya diberitakan POS-KUPANG.COM, Kondisi Pelabuhan Nangakeo Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), amat memerihatinkan. Semua fasilitas pelabuhan yang terletak di Desa Bhera Mari itu sudah rusak parah.

Pantauan POS-KUPANG.COM, gapura menuju pelabuhan sudah berantakan, atap dan seng bergelantungan, di gapura ada pos jaga namun sudah ditutupi tumbuhan liar.

Sebelah kiri dari setelah masuk gapura ada dua bangunan rumah tembok, namun atap dan pelafonnya sudah roboh. Sementara jalan menuju ruang tunggu dari gapura sudah ditumbuhi rumput liar.

Ruang tunggu pelabuhan lebih parah lagi. Semua fasilitas dalam ruang tunggu seperti meja dan kursi sudah tidak ada lagi. Tidak hanya itu semua kaca pintu dan jendela susah pecah dan berjahamburan di lantai.

Dinding-dinding ruang tunggu dipenuhi gambar dan tulisan, paling banyak gambar dan tulisan tak senonoh.

Sementara itu kondisi dermaga juga amat memerhatikan, pos jaga, jembatan sudah rusak parah. Tampak beberapa warga sedang memancing dari atas dermaga.

Asomon Karim, salah seorang warga yang tengah menjemur biji kakao di halaman belakang ruang tunggu, kepada POS-KUPANG.COM, mengatakan, pelabuhan Nangakeo sudah sangat lama tidak digunakan lagi.

"Kalau tidak salah tahun 2010 itu tidak ada lagi kapal di sini. Kami di sini jemur kakao di halaman ini. Kalau dalam ruang tunggu itu, memang parah sekali, itu kursi dan meja tidak ada lagi orang sudah ambil, tidak tau siapa," ungkapnya.

Menurutnya sejak pelabuhan itu tidak digunakan lagi, mereka mulai jemur kakao di halaman depan ruang tunggu.

Dia katakan, ruang tunggu pelabuhan tersebut sering digunakan oleh warga terutama kaum muda-mudi untuk mabuk-mabuk dan pacaran. "Itu lihat gambar-gambar di dalam kalau sudah mabuk mereka mulai buat sembarangan," katanya.

Baca juga: Difabel Desa Mingar Belajar Buat Stik Kelor dan Keripik Ubi Ungu, Pemdes Beri Ruang UKM Difabel

Baca juga: Gubernur NTT, Viktor Bungtilu  Laiskodat Terpapar Covid-19

Baca juga: 8 Makanan yang Wajib Dihindari oleh Penderita Diabetes,Apa Saja ?

Asomon sendiri, dulunya berharap dengan adanya pelabuhan tersebut mereka bisa punya peluang usaha atau menjadi buruh pelabuhan. "Tapi ini tidak pakai lagi, ya sudah. Bangunnya mungkin tahun 2003, kalau tidak salah," ungkapnya.Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oris Goti

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved