Vaksinasi Massal Selama 12 Bulan

Menteri Kesehatan ( Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, program vaksinasi Covid-19 akan berlangsung lebih dari 12 bulan

Editor: Kanis Jehola
Kompas.com
Budi Gunadi Sadikin 

Secara paralel, pembicaraan berkesinambungan saat ini juga sedang dilakukan dengan Pfizer yang berasal dari Amerika Serikat dan Jerman. "Dalam waktu dekat, diharapkan 15 juta dosis bulk vaccine dari Sinovac yang kemudian akan dimanufaktur oleh Bio Farma akan juga tiba di Indonesia," terang Retno.

Jangan Takut

Ketua Satgas Imunisasi Dewasa, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI, mengingatkan masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan dengan vaksin Covid-19.

Ia menjelaskan, vaksin Covid-19 merupakan vaksin mati, yang sudah dilemahkan. WHO menetapkan bahwa vaksin baru boleh digunakan apabila efektivitasnya di atas 50 persen.

"Pemerintah sudah berusaha keras untuk mengadakan vaksinasi bagi masyarakat sehingga masyarakat bisa mengurangi risiko tertular Covid-19 ini. Marilah kita menghargai upaya pemerintah dan kita manfaatkan agar kita dan keluarga terhindar dari Covid-19", ujarnya.

Rencana program vaksinasi oleh Pemerintah masih menunggu evaluasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) untuk mendapat izin penggunaan.
Prof. Samsuridjal menerangkan, Indonesia tidak hanya membeli dari satu jenis vaksin saja, yakni Tiongkok.

Tetapi juga dari negara lain secara bilateral maupun multilateral, karena setiap vaksin itu ada keunggulannya masing-masing.

Ia melanjutkan, vaksin yang satu dengan yang lain mampu menutupi kekurangan masing-masing. "Vaksin yang kita sediakan dari Sinovac itu tidak bisa digunakan untuk usia lanjut, tetapi yang dari Amerika atau Inggris bisa digunakan untuk usia lanjut," ujarnya.

Selain itu, Prof. Samsuridjal juga meluruskan bahwa efek samping dari vaksinasi sampai sejauh ini bersifat ringan, dan belum ada yang menunjukkan gejala berat.

"Vaksinasi di Inggris dan Amerika sudah dilakukan pada ratusan ribu orang, efek samping sudah bisa mulai terlihat, efek simpang ada dua macam pertama di tempat penyuntikan terjadi kemerahan. Kedua adalah suhu tubuh sedikit naik atau pusing, jarang sekali terjadi alergi, tapi kalau ada alergi obat-obatan atau makanan harus melapor terlebih dahulu sebelum divaksinasi", terangnya.

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menyebut vaksin Sinovac minimal memiliki efikasi 60 persen. Alasannya agar pembentukan herd immunity atau kekebalan kelompok dapat tercapai.

"Indonesia memang memerlukan efikasi vaksin terendah 60 persen, tidak bisa di bawah itu, karena terlalu berat untuk mencapai keberhasilan herd immunity," ujar Dicky.

Meski WHO menetapkan ambang batas minimal efikasi 50 persen, namun semakin tinggi efikasi maka herd immunity juga semakin efektif.

"Ini yang harus dihitung matang. Vaksin dengan efikasi tinggi diperuntukkan pada daerah dengan kondisi pengendalian buruk dan cakupan lebih rendah," ungkapnya.

Sementara itu, untuk bisa mengeluarkan izin penggunaan darurat (EUA) Sinovac di Indonesia, BPOM harus memerlukan data efikasi tersebut.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K.Lukito mengatakan, saat ini proses pemberian EUA vaksin Covid-19 Sinovac telah memasuki tahapan penyelesaian

"Proses percepatan ada namun tetap aspek manfaat yang akan didapatkan adalah lebih tinggi dibandingkan aspek resikonya," tegas Penny.(Tribun Network/gta/rin/fik/wly)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved