Berita Manggarai Timur

Cegah Penyakit Hog Cholera Pada Ternak Babi, Matim Dapat Bantuan 2.000 Dosis Vaksin dari Pemprov NTT

Sebanyak 648 ekor ternak babi milik petani peternak di Kabupaten Manggarai Timur (Matim) mati disebabkan oleh penyakit streptococcosis dan hog cholera

Editor: Ferry Ndoen
POS-KUPANG.COM/ROBERT ROPO
Kabid Keswan Dinas Peternakan Matim, Rofinus Gurundu (kiri) dan Kepala Seksi Kesmavet, Drh Andri Djawa. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo

POS-KUPANG.COM | BORONG---Sebanyak 648 ekor ternak babi milik petani peternak di Kabupaten Manggarai Timur (Matim) mati disebabkan oleh penyakit streptococcosis dan hog cholera. 

Setelah ternak babi di Matim dinyatakan positif diserang penyakit hog cholera, Pemerintah Provinsi NTT melalui APBD I langsung memberikan bantuan 2.000 dosis vaksin.

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Peternakan Kabupaten Matim, Rofinus Gurundu, menyampaikan itu kepada POS-KUPANG.COM, Selasa (28/12/2020).

Rofinus juga mengatakan, selain bantuan 2000 dosis vaksin dari Pemerintah Provinsi NTT juga ada 3.000 dosis vaksin hog cholera dari Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur melalui APBD II.

Rofinus juga mengatakan, sesuai data mereka terhadap kematian ternak babi sampai dengan November 2020 lalu sebanyak 486 ekor.

"ini hasil data resmi berdasarkan laporan resmi dari teman-teman petugas. Tapi ada juga kematian ternak babi yang tidak sempat didata karena disinyalir mungkin ketika babi begitu sakit orang langsung julu,"ungkap Rofinus.

Rofinus mengatakan adapun tindakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Perternakan Kabupaten Manggarai Timur yakni berdasarkan instruksi Gubernur NTT dan turunannya yakni Instruksi Bupati Manggarai Timur dimana melarang ternak babi dari luar masuk ke Manggarai Timur dan sebaliknya ternak babi dari Manggarai Timur tidak boleh dibawa keluar daerah.

Selain itu pihaknya juga melakukan giat pencegahan berupa penyemperotan disinfektan di kandang-kandang ternak babi terutama pada kandang-kandang sudah ada kematian ternak babi di enam Kecamatan di Manggarai Timur.

Dikatakan Rofinus, dari tindakan yang diambil itu, telah membuahkan hasil dimana tingkat kematian ternak babi mulai menurun seperti Borong, Rana Mese dan Kota Komba tingkat kematian ternak babi mulai menurun.

"hanya yang kita takuti sekarang dengan wabah ASF ini, karena tidak bisa dicegah kalau ada yang menyeludup daging babi. Tapi kalau ternak babi kita pagar betul untuk tidak masuk ke Manggarai Timur,"ungkap Rofinus.

Rofinus juga mengatakan, populasi ternak babi di Kabupaten Matim sangat tinggi. Dari data yang pihaknya pegang populasi ternak babi milik petani peternak hingga saat ini sebanyak 67.000 ekor babi.

Kepala Seksi Kesmavet, Drh Andri Djawa, menambahkan, berdasarkan hasil pemeriksaan di Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar kematian ternak babi di Manggarai Timur disebabkan oleh penyakit Streptococcosis dan juga hog cholera, bukan disebabkan oleh virus African Swine Fever (ASF) atau masih bebas dari ASF.

Untuk mencegah ASF ini, kata Andri, lalu lintas perdagangan daging babi sulit dicegah, kalau ternak babi dapat dicegah.

Andri juga mengatakan, sementara ini masih dalam kematian ternak babi di wilayah Manggarai Timur secara sporadis, namun kematian mulai menurun tidak seperti awal mula terjadi pada pertengahan bulan Agustus sampai September 2020 lalu. (*)
 

Area lampiran

 

BalasTeruskan

 
 

Baca juga: Kajari Sikka Tolak 2 Parsel Natal dari Lembaga Pemerintah, Ini Alasannya

dan Kepala Seksi Kesmavet, Drh Andri Djawa.
dan Kepala Seksi Kesmavet, Drh Andri Djawa. (POS-KUPANG.COM/ROBERT ROPO)

 
 

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved