Nasional
Menteri Agama Gus Yaqut Tancap Gas, Lindungi Syiah & Ahmadiyah Indonesia, Ucapkan Selamat Natal
Menteri Agama yang baru dilantik Presiden Joko Widodo ( Jokowi) Yaqut Cholil Qoumas langsung tancap gas. Simak gebrakannya
Merujuk data yang dihimpun Kompas.com dari berbagai sumber, Yaqut Cholil Qoumas saat ini adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor, organisasi sayap Nahdlatul Ulama (NU) dan juga Wakil Ketua Komisi II DPR RI.
Pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah, 4 Januari 1975 yang akrab disapa Gus Yaqut itu merupakan putra dari (alm) KH Cholil Bisri, salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB) yang juga pernah menjabat Wakil Ketua MPR.
Adapun KH Cholil adalah kakak kandung KH Mustofa Bisri (Gus Mus), ulama kharismatik pendiri Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang.
Kuliah di Fisipol UI, aktif di PMII
Semasa kecil, Gus Yaqut menempuh pendidikan di SDN Kutoharjo dan lulus pada tahun 1987.
Kemudian menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMPN II Rembang pada tahun 1990 dan di SMAN II Rembang pada tahun 1993.
Selepas SMA, Gus Yaqut menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (UI).
Di sana, ia aktif berorganisasi sebagai Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII) Cabang UI Depok hingga 1997.
Karier politik Gus Yaqut bermula saat dirinya aktif sebagai kader PKB di Rembang yang kemudian dipercaya menjadi Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Kabupaten Rembang periode tahun 2001-2014.
Kritik kerumunan Rizieq Shihab
Berdasarkan catatan Kompas.com, selama ini Gus Yaqut tercatat aktif mendukung kebijakan pemerintah dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Ia pun mengaku prihatin dengan munculnya klaster Covid-19 dari sejumlah acara kerumunan massa Rizieq Shihab.
"Kasus ini juga menunjukkan bahwa ada yang tidak peduli dengan keselamatan jemaahnya," ujar Gus Yaqut, panggilan akrabnya saat memberikan orasi pada Apel Kebangsaan Virtual Banser, di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Minggu (29/11/2020).
Gus Yaqut berharap agar kasus kerumunan massa yang berujung menjadi klaster Covid-19 tersebut adalah yang pertama sekaligus terakhir.
Jangan sampai ada unsur pembiaran yang justru kembali menciptakan kelompok penularan Covid-19.