Taan Tou Temukan Banyak Ternak Warga Ile Ape Mati Digigit Anjing Kelaparan
Relawan Posko Taan Tou menemukan banyak ternak milik warga terdampak erupsi Ile Lewotolok mati kelaparan
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Relawan Posko Taan Tou menemukan banyak ternak milik warga terdampak erupsi Ile Lewotolok mati kelaparan. Bahkan, ada juga ternak yang mati karena digigit anjing-anjing yang kelaparan.
Hal ini terjadi karena pasca erupsi Ile Lewotolok 29 November 2020 lalu, sejumlah kampung di Kecamatan Ile Ape dan Ile Lewotolok sudah ditinggalkan penduduk yang menyelamatkan diri ke Kota Lewoleba.
Koordinator Relawan Posko Taan Tou Muhammad Irwan Firdaus Hayon, menjelaskan Relawan Posko Taan Tou sudah sejak Senin (14/12/2020) membantu warga mencari ternak yang hilang sembari juga berkebun.
Baca juga: Delapan Kabupaten di NTT Sudah Selesai Lakukan Rekapitulasi Suara, Ini Hasilnya
Pihaknya juga menyiapkan mobil pikap untuk mengangkut warga dari posko pengungsian untuk berkebun dan memberi makan ternak.
Saat turun langsung bersama masyarakat inilah, para relawan kemudian menyaksikan langsung ada banyak ternak yang mati kelaparan, hilang dan juga digigit anjing kelaparan.
Baca juga: Kapolda NTT Apresiasi Pleno Rekapitulasi Suara Delapan Kabupaten Berjalan Dengan Aman
"Tadi kami bantu warga bertani, kejar kambing yang hilang di Todanara. Selama beberapa hari ke depan, kami juga akan menanam bersama warga, lalu nanti kami bantu beli obat untuk matikan rumput," kata Irwan saat ditemui di Posko Taan Tou, Simpang Tiga Wangatoa, Rabu (16/12/2020).
Selain menyalurkan logistik untuk para penyintas erupsi Ile Lewotolok, ungkap Irwan, donasi yang masuk melalui Posko Relawan Taan Tou juga dimanfaatkan untuk memfasilitasi warga yang ingin pulang ke kampung untuk bertani dan mengurus ternak serta membeli obat-obatan tanaman pertanian.
"Bantu mobilisasi mereka pakai mobil pikap, menanam dan cari ternaknya yang hilang. Ini akan kami lanjut dalam minggu ini," ungkapnya.
"Anggaran yang untuk mobilisasi dan berkebun itu kami perkirakan sampai tiga hari ke depan atau seminggu," tambahnya.
Sementara itu, Relawan Taan Tou lainnya, Abdul Gafur Sarabiti mengungkapkan sejumlah persoalan mendasar yang mereka temukan saat ada bersama-bersama dengan masyarakat di kampung.
Salah satunya adalah sulitnya warga mengakses kendaraan dari tempat pengungsian ke kampung untuk berkebun dan beternak.
Kata Gafur, selain ternak yang hilang dan mati, warga juga perlu merogoh kocek lebih untuk kembali ke kampung guna menunaikan urusan menanam dan menyelamatkan ternak.
Menurutnya, jika dalam keadaan normal, warga tak perlu keluar uang akomodasi untuk berkebun dan beternak maka di masa seperti ini, perlu ada pengeluaran tambahan.
Sementara yang belum punya uang atau kendaraan terpaksa harus bertahan di posko pengungsian.
Sebabnya, kata Gafur, ada warga yang memilih bertahan di kampung karena takut ternaknya mati digigit anjing lapar.