Gelar FGD, Gregorius Antropologi Grup Perdalam Keterkaitan Empat Suku di TTU

peranan tersebut dikocar kacirkan oleh kolonial Belanda seperti yang dibacanya dalam buku yang ditulis oleh seorang

Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ISTIMEWA
Suasana FGD yang digelar oleh Gregorius Antropologi Grup di aula pertemuan Oel Maslete, Sabtu (12/12/2020).  

Gelar FGD, Gregorius Antropologi Grup Perdalam Keterkaitan Empat Suku di TTU

POS-KUPANG.COM | KEFAMENANU--Gregorius Antropologi Grup (GAG) dan Lembaga Go Green dan Go Clean menggelar kegiatan Focus Group Discusion (FGD) di aula pertemuan Oel Maslete, Kelurahan Tubuhue, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten TTU, Sabtu (12/12/2020).

Kegiatan yang disponsori oleh Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan didukung komunitas Simpang 9 itu mengusung "Tema Mencari Bentuk Jejaring Sosial antara Suku Ato, Bana, Lake, Sanak di TTU".

Hadir sebagai peserta dalam kegiatan tersebut yakni Perwakilan Raja Sonbai, empat suku Bikomi (Ato, Bana, Lake, dan Sanak), tim dari Jakarta, Akademisi Universitas Timor, komunitas simpang 9, dan undangan lainnya.

Tampil sebagai keynot speaker dalam kegiatan FGD yakni Pastor Prof. Dr. Gregorius Neonbasu, SVD, Pembicara I Pastor David Amfotis, SVD dan pembicara II Anis Sanak.

Pastor Prof. Dr. Gregorius Neonbasu, SVD mengatakan, kegiatan FGD tersebut merupakan kegiatan perdana yang dilakukan oleh Gregorius Antropologi Grup. Kegiatan tersebut bertujuan untuk membuat etnografik tentang budaya-budaya di Timor.

"Dan kami akhirnya pilih tema pertama yakni Mencari Jejaring Sosial antara Ato, Bana, Lake, Sanak," ungkapnya.

Dijelaskannya, alasan pemilihan tema FGD tersebut lantaran karena dalam tataran perkembangan ilmu pengetahuan di Timor, empat suku itu memiliki peranan yang sangat penting.

Namun dalam perjalanan waktu, peranan tersebut dikocar kacirkan oleh kolonial Belanda seperti yang dibacanya dalam buku yang ditulis oleh seorang berkebangsaan Belanda.

Menurutnya, dalam buku tersebut tidak disebutkan peranan dari suku Bikomi apalagi keempat suku itu. Namun dalam sumber tradisi lain yang didapatkannya dari wilayah Oecuse, Insana, dan Biboki, serta Molo juga menyinggung peranan dari keempat suku tersebut.

"Jadi itu kekuatan internal yang mendorong kita melakukan FGD ini. Dan Ternyata pada hari ini terbukti dengan beberapa jawaban sangat krusial, sangat mendasar mengenai peranan dari Ato, Bana, Lake Sanak," ujarnya.

Untuk itu, kata Prof Gregorius, dirinya sangat bersyukur karena proposal yang diajukan ke Dirjen Kebudayaan RI dijawab. Selain itu, ada perwakilan tim dari Jakarta yang mengikuti kegiatan FGD tersebut.

"Dan kami akan tindaklanjuti pertemuan pada hari ini dengan penerbitan buku. Penerbitan buku ini diawali dengan indep interview dengan beberapa pihak terkait yang masih dalam tataran hubungan budaya dengan Ato, Bana, Lake, Sanak," jelasnya.

Sementara itu, Perwakilan dari Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Endah Heryani mengatakan bahwa, kegiatan tersebut sangat bagus untuk dilaksanakan karena muncul dari pendukung kebudayaan di wilayah Timor.

Oleh karena itu, kegiatan yang muncul dari masyarakat tersebut lebih mengakar, sehingga nantinya bisa berkelanjutan tanpa adanya campur tangan dari pemerintah.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved