NEWS ANALYSIS Dr Ahmad Atang Pengamat Politik: Publik Jenuh

NEWS ANALYSIS Dr Ahmad Atang pengamat politik soal gagalnya calon incumbent: publik jenuh

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/RAY REBON
Dr. Ahmad Atang 

NEWS ANALYSIS Dr Ahmad Atang pengamat politik soal gagalnya calon incumbent: publik jenuh

POS-KUPANG.COM - MENCERMATI hasil perhitungan suara cepat yang dilakukan oleh lembaga survei memperlihatkan fenomena gagalnya calon incumbent mempertahankan kekuasaannya.

Walaupun data yang masuk masih bersifat tentatif, namun kecenderungan tersebut memberikan gambaran akan nasib incumbent ke depan.

Baca juga: Paket Edi-Weng Rangkul Paslon Lain di Manggarai Barat

Saat ini terjadi saling klaim antar pasangan calon. Namun suatu hal yang pasti bahwa kemenangan dan kekalahan secara legal konstitusi ada pada perhitungan KPU sebagai penyelenggara.

Terlepas dari itu, sebagian incumbent sudah dapat dipastikan gagal melanjutkan kekuasaan sebagaimana terjadi di Manggarai Barat, Manggarai, Ngada, Sabu Raijua dan Sumba Timur.

Kegagalan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya calon incumbent cenderung mengeksploitasi keberhasilan sebagai isu utama Pilkada sementara rakyat tahu apa yang terjadi selama menjabat.

Baca juga: Kapolda NTT Minta Calon Jangan Ciptakan Euforia Berlebihan

Selain itu, calon penantang lebih mengeksploitasi isu-isu kelemahan incumbent selama menjabat melalui media sosial.

Faktor lain yang ikut memberikan sumbangan terhadap kegagalan incumbent yang tidak disadari adalah, adanya kejenuhan publik terhadap calon incumbent yang mulai berkuasa sejak menjadi wakil hingga bupati, sehingga publik menginginkan perlu ada figur lain yang memberikan atmosfir politik baru di daerahnya.

Proses perhitungan suara sedang berlangsung sesuai tahapan Pilkada yang ditetapkan oleh penyelenggara, maka apapun hasilnya tetap dihormati.

Jika ada pasangan calon yang tidak puas terhadap hasil Pilkada, maka dapat diajukan melalui jalur hukum, yakni Mahkamah Konstitusi.

Jangan sampai terjadi anarkisme sebagai bentuk perlawanan politik. Jika itu yang terjadi maka budaya politik lokal kita belum dewasa. Hargai suara rakyat sebagai pemilih bukan sebagai suporter politik. (cr6)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved