Prihatin Korban Erupsi Ile Lewotolok Lembata Ini yang Dilakukan Bupati Sikka
Prihatin korban erupsi Ile Lewotolok Lembata ini yang dilakukan Bupati Sikka
Para pengungsi yang memilih bertahan di rumah warga punya alasan tersendiri kenapa tidak pindah ke posko-posko terpusat yang disiapkan Pemda Lembata.
Salah satunya yang diungkap warga Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Mathias Mado.
Mathias sudah seminggu mengungsi di rumah kerabatnya Thobias Temalan di Kelurahan Lamahora Timur, RT 41/RW 008. Dia tidak sendiri bermukim sementara di rumah itu. Ada 11 orang warga Desa Todanara juga tinggal di rumah yang sama. Tujuh orang di antaranya adalah warga lanjut usia (lansia) berusia 60, 70 dan 80 tahun yang tiga di antaranya hanya berbaring di tempat tidur.
"Kami ke sini karena ada orangtua jompo tiga orang sehingga kami tidak bisa ke posko utama. Nanti siapa yang urus mereka. Sementara mereka saja mau apa-apa harus digendong," keluh Mathias di Kelurahan Lewoleba Timur, Sabtu (5/12).
Disampaikannya, beberapa lansia juga harus mengurus jompo lainnya yang sakit dan terbaring di ranjang tidur.
Mathias yang adalah aparat Desa Todanara mengaku mereka belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah sejak erupsi Ile Lewotolok. Sudah satu minggu tinggal di Lewoleba, Mathias dan 11 orang warga lainnya bisa bertahan hidup dengan bantuan dari pemerintah desa, komunitas dan pihak LSM serta swadaya mereka sendiri.
"Kami harap tidak ke posko utama tapi paling tidak ada perhatian pemerintah untuk yang jompo ini, mungkin bisa distribusikan untuk ringankan beban keluarga begitu," tambahnya.
Empat di antara yang lansia itu bernama Matina Kesabo (85), Sisilia Sili (83), Ana Anu (76) dan Paulus Paji (76).
Sebelumnya, Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur menegaskan bantuan kepada pengungsi di rumah-rumah penduduk dihentikan. Jika ingin mendapatkan bantuan maka para pengungsi yang melakukan evakuasi mandiri di rumah-rumah warga harus segera masuk ke tempat-tempat penampungan resmi yang disediakan pemerintah.
"Pemerintah hanya melayani yang terpusat saja. Kalau mau harus ke sini. Yang tuan rumah juga harus inisiatif (bawa pengungsi ke posko terpusat). Evakuasi terpusat yang dari rumah rumah, supaya penanganannya baik," katanya kepada wartawan di Posko Utama Eks Kantor Bupati lama, Jumat (4/12/2020).
Saat ini, Tim Satgas Penanganan Bencana Erupsi Ile Lewotolok juga sudah menyiapkan posko-posko baru di beberapa gedung sekolah yang ada di Kota Lewoleba.
Posko-posko baru ini akan menampung pengungsi yang dipindahkan dari rumah-rumah warga di Kota Lewoleba. Salah satu gedung sekolah yang digunakan adalah SDN Wangatoa. Para pengungsi dari Desa Lamawara dievakuasi dari rumah-rumah warga di Kota Lewoleba ditempatkan di ruang-ruang kelas SDN Wangatoa.
Pantauan Pos Kupang, Sabtu (5/12/2020), fasilitas pengungsian yang ada di sekolah tersebut masih belum memadai sama sekali. Saat para pengungsi tiba di sana, hanya ada tikar tipis berlogo BNPB di lantai tanpa ada bantal tidur. Sejumlah penyintas yang ditemui Pos Kupang di SDN Wangatoa mengeluhkan hal ini. Mereka kecewa karena fasilitas pengungsian minim sekali.
Mathias Beda, warga Desa Lamawara, mengaku tak punya pilihan lain selain mengikuti anjuran pemerintah untuk pindah ke posko yang disiapkan Pemda Lembata.
Mathias Beda pun lebih memilih dievakuasi di gedung sekolah daripada di posko-posko terpal yang menurutnya rawan dihantam banjir, apalagi kebanyakan pengungsi dari Lamawara merupakan lansia. (ll)