Pasien 01 Covid 19 di NTT
14 Hari di Kamar Isolasi Covid-19 El Memilih Tetap Hidup
14 Hari berada di Kamar Isolasi Covid-19 RSUD Prof. Dr WZ Yohannes Kupang, Elyas Yohanis Asamau Memilih Tetap Hidup
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
Repot menjawab satu persatu, El membuat video tentang kondisinya saat itu. ”SMS, WA, telepon tidak berhenti tanya keadaan saya bahkan minta klarifikasi karena beberapa grup WA bilang saya kena corona,” jelasnya.
Menurut El, videonya tak bermaksud mencari sensasi, apalagi membuat warga NTT panik. El hanya ingin memberitahukan kepada masyarakat agar jangan lengah karena Covid-19 sudah ada di NTT.
"Saya bikin video agar orang yang pernah kontak dengan saya segera ke rumah sakit dan rapid test,” jelas El.
Awalnya El ingin membuat video secara live, namun sinyal di kamar itu tidak bagus sehingga El merekam duluan videonya baru kemudian mengupload video itu ke youtobe dan mengirimkannya ke medsos.
“Saya kirim Jumat dini hari lalu tidur dan bangun jam 05.30 Wita karena ada dokter mau periksa dan waktunya sarapan. Begitu buka HP, video sudah k emana-mana dan viral. Saya jadi pusing sendiri, bahkan stres. Banyak komen pro dan kontra," kata El.
Di tengah pergumulan dirawat di ruang isolasi sebagai pasien Covid-19, El merasa sedih sekaligus bahagia. Karena tak berbuat apa-apa, tidur bangun dan makan minum dilayani bagai raja.
"Seakan mimpi masa kecil saya jadi kenyataan. Tak perlu kerja, hanya tidur bangun saja lalu main game, baca buku. Terus dikasih makan minum dan vitamin, semua fasilitas lengkap. Ternyata begini rasanya bahagia, seperti seorang raja,” kata El.
Namun beberapa hari kemudian rasa bahagianya berganti menjadi rasa bosan. Di dalam kamar isolasi tanpa jendela itu, El menghabiskan hari-hari sendirian. Rasa sendirian, jauh dari keluarga, mengidap Covid-19 membuat El mulai stres.
Pemberitaan di medsos dan televisi pun melulu tentang Covid-19. Belum lagi komentar sinis sebagian orang menanggapi videonya.
El terus demam selama beberapa hari dan efek obat membuatnya mual, tapi EL terus minum obat itu karena ingin sembuh. El mengalami pergumulan batin, sering tak bisa tidur lelap.
Setiap kali terbangun El merasa khawatir dan bertanya kepada diri sendiri, apakah dia masih hidup ataukah sudah mati.

Hingga akhirnya El mulai depresi, tak mau menerima telepon dari siapa pun termasuk istrinya. Dua hari El benar-benar menutup diri dari komunikasi luar. EL bergumul dengan dirinya sendiri.
"Saya sempat berpikir kalau begini terus keadaannya mungkin saya bisa mati karena Covid-19. Saya pikir, saya hanya punya dua pilihan, mati atau hidup. Dan saya memilih tetap hidup, saya harus tetap hidup. Saya yakin, hal terbaik pasti diberikan Tuhan. Tiap kali timbul rasa khawatir, saya menyemangati diri saya,” kata El.
Seorang dokter, Mariam Mauko memberi buku tentang mengatasi depresi kepada El. Buku itu dibaca semalaman dan besoknya El memutuskan untuk ‘hidup baru’ dan tak mau berpikir yang sulit-sulit lagi.
"Saya fokus kepada penyembuhan. Kalau stress saya ingat pernyataan dokter Nikson bahwa saya sudah lewati masa kritis,” kata El.
El bersyukur mendapat dukungan dari banyak orang selama dia berada di rumah sakit. Hari-hari selanjutnya dijalani dengan lebih ikhlas. El mulai membuka laptop dan menyelesaikan tulisan bukunya tentang beasiswa.
“Buku saya sudah jadi dan sedang dipasarkan. Saya menulis sejak di Bali dan saya selesaikan penulisan buku itu selama ada di ruang isolasi rumah sakit,” aku El.
Selama diisolasi El banyak belajar bagaimana mengolah emosi, belajar menerima keadaan, belajar mengevaluasi diri serta belajar ikhlas.
El menunggu dengan optimis bisa sembuh hingga akhir masa isolasinya. Tanggal 25 April 2020, dokter dan perawat masuk ke ruang isolasi dan mengabarkan El bisa pulang karena sudah sembuh. Berita menggembirakan itu langsung diteruskan El kepada istrinya.
EL pulang ke rumah dan tetap mengisolasi diri selama 14 hari di sana. Paling tidak, El bisa melihat anak istrinya meski tetap menjaga jarak dan tak boleh bersentuhan.
“Baru hari ke-13, anak laki-laki saya sudah tidak sabar. Dia masuk ke kamar, pakai sepatu, jaket, celana panjang, pakai masker dan mengatakan, "I want to hug you, daddy", dan langsung memeluk saya. Kami berpelukan lama sekali. Saya terharu, apalagi yang niat itu dari dia. Tuhan terima kasih,” kenang El.
El yakin segala sesuatu yang terjadi termasuk dirinya terpapar Covid-19 itu pasti ada maksud baik Tuhan untuk dia dan keluarganya.

Karena itu, jika terkena Covid-19, harus yakin dan percaya bahwa apapun hasilnya pasti selalu indah.
“Kalau kena Covid-19 jangan putus asa. Harus ada keinginan untuk sembuh. Jalani prosesnya, tetap berdoa, ikuti arahan dokter. Jaga pikiran dan fisik tetap sehat. Kalau bosan di kamar, ayo baca buku, dengar musik sambil bernyanyi, bikin video kreatif atau hal lain yang positif. Keluarga mesti beri dukungan moril,” pesan El.
El juga mengajak setiap orang menerima risiko atas tindakan yang dilakukan sebagaimana yang dialaminya setelah membuat video itu. Di-bully dan dicemooh.
"Bagi saya, jika bisa membantu orang banyak ya, lakukan saja dan hadapi konsekuensinya,” kata El.
Jangan Bikin Stigma
Wany Here Wila alias Wany, istri El, bercerita, siang itu 9 April 2020 dia sedang bermain bersama kedua anaknya di teras rumah, namun hatinya tidak tenang. Wany kemudian masuk kamar, melihat HP dan ternyata ada panggilan masuk dari El.
Wany langsung menghubungi El dan menanyakan apa hasil dari rumah sakit. El minta Wany tetap tenang, jangan panik karena masih menunggu hasil swab Covid-19 dari dokter. Tapi El meminta Wany tetap tenang apa pun hasil tes dari rumah sakit nanti.
Usai menutup telepon, ibu beranak dua ini masuk ke kamar berlutut dan mulai memanjatkan doa.
"Beta (saya) minta Tuhan kuatkan kami apa pun hasilnya nanti, kami ikhlas. Kaka El telepon beta lagi dan bilang hasilnya positif dan saat itu beta sonde panik lagi,” kata Wany yang langsung melakukan isolasi mandiri di rumah bersama mama dan dua anaknya.
Selama menjalani isolasi di rumah, sahabat El yakni para alumni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dan Lurah Manufatin serta istri rutin memberi bantuan makanan dan vitamin kepada Wany.

“Mereka kumpul uang dan tiap hari bawa makanan, vitamin bahkan minyak tanah untuk kami. Ada yang antar tiap hari ke rumah dan kami benar-benar terbantu. Terima kasih,” kenang Wany.
Wany dan ibunya sempat stres hingga drop dan mendapat pendampingan pastoral dari Pdt Martomas. Pasalnya, mereka mendapat banyak tekanan dari sejumlah masyarakat. Di media sosial (medsos) keluarga El di-bully, dicaci-maki dan dihujat.
"Mereka bilang kaka EL penipu, hanya cari sensasi. Orang yang lewat depan rumah langsung pakai masker, kami sangat tertekan, sakit hati dan stres. Beta paling tidak suka dan sedih kalau mereka bilang kami pembawa virus Covid-19 ke NTT, itu adalah stigma,” kenang Wany.
Wany makin stres karena hilang kontak dengan El selama 2 hari, tak ada kabar. Menghadapi hal itu Wany terus berdoa dan berusaha tak memikirkan hal negatif.
“Baru nanti kak El telepon minta maaf, katanya saat itu dia depresi. Kami dua berdoa saling kuatkan untuk bisa menghadapi hal ini. Dan akhirnya kak El bisa sembuh, puji Tuhan,” kata Wany.
Doa dan motivasi dari pendeta dan beberapa orang melalui telepon dan WA membantu Wany melewati masa sulitnya. Tak hentinya Ketua Sinode GMIT NTT, Pendeta Meri Kolimon, serta Pdt Misa dan Pdt Martomas, Riri Mesah juga Walikota Kupang, Jefri Riwu Kore, Wakil Gubenur NTT, Josef Nae Soi, memberi dukungan lewat telepon.

Kunci penyembuhan Covid-19, kata Wany, adalah keoptimisan pasien, perawatan yang cepat dan tepat, doa serta dukungan moril.
"Covid bukan penyakit yang hanya menyangkut kesehatan, tapi juga psikologis mental paling berpengaruh," kata Wany.
Karena itu masyarakat tidak boleh melakukan stigma terhadap pasien Covid-19 dan keluarga pasien.
Jika tak bisa memberi bantuan secara langsung, saran Wany, jangan melakukan tindakan dan kata-kata yang membuat pasien dan keluarganya tertekan.
Karena penyakit Covid-19 yang dihadapi pasien sudah cukup membuat pasien dan keluarganya tertekan.
"Beta rasa betul Tuhan punya cara taruh persoalan dan angkat kembali persoalan ini dalam hidup kami agar ada kesaksian bagi banyak orang. Tuhan mengaturnya terlalu indah,” tutur Wany.
Covid-19 Bisa Dikendalikan
Bulan Juni tepatnya tanggal 15, Provinsi NTT memasuki masa new normal. Masyarakat menyambut gembira hal ini. Aktivitas warga mulai berjalan normal kembali.
Namun pada bulan November 2020 kasus Covid-19 mengalami peningkatan jumlah orang terpapar dan yang meninggal dunia.
Data Dinas Kesehatan Provinsi NTT per tanggal 24 November 2020 menyebutkan, jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di wilayah Provinsi NTT tercatat 1.013 kasus, masih dirawat 313 orang, sembuh 679 orang dan meninggal dunia 21 orang.
Kasus dimaksud tersebar pada 21 dari 22 kabupaten/ kota di NTT, minus Kabupaten Sabu Raijua. Kota Kupang menjadi wilayah paling terdampak Covid-19 dengan 400 kasus dan meninggal dunia 14 orang, termasuk seorang perawat RSUD Prof Dr WZ Johannes Kupang.
Sebanyak 313 orang yang dirawat itu terdiri dari 81 orang rawat inap, 195 orang karantina mandiri dan 37 orang karatina terpusat.
Sebanyak 81 orang dirawat inap pada 19 rumah sakit yakni di RSUD Prof DR WZ Johannes Kupang, RSU SK Lerik, RST Wirasakti, RS Siloam, RSUP Undana, RS Leona, RSAL Samuel Moeda.
Juga di RS Umbu Rara Meha, RS Borromeus, RS Bhayangkara, RS Lewoleba, RSUD SoE, RS Kartini, RS Karitas, RSUD Ende, RS Reda Bolo, RSPP Betun, RSPP Komodo dan RSPP Komodo.
Sedangkan karantina mandiri terhadap 195 orang ada di 13 kabupaten yakni Manggarai Barat, Manggarai, Sumba Barat, Kota Kupang, Ngada, Belu, Nagekeo, SBD, Flores Timur, Kabupaten Kupang, Rote Ndao, Lembata dan Ende.
Sedangkan empat kabupaten masing-masing yakni Manggarai, Ngada ,TTU dan Sumba Tengah melayani 37 orang yang karantina terpusat.
Dari sampel yang terkirim sebanyak 8.323, hasilnya sebanyak 6.173 orang negatif, 1.132 orang positif dan sebanyak 1.018 sampel belum ada hasilnya.
Penyumbang Covid-19 ke wilayah NTT berasal dari kluster, pelaku perjalanan dan transmisi lokal.
Kluster dimaksud dari Jakarta, Sukabumi, Makassar, Denpasar, Magetan, Lambelu, TKI, Lumajang, Gowa, Kalimantan Selatan, Kapal Sangke Palangga. Juga kluster Bandung, Kendari, Kapal Prana, Surabaya, Balikapan, Sangkakala, Jawa Tengah, Madiun, PMI, Palembang dan Medan.
Dan pelaku perjalanan dari Malang, Surabaya, Batam, Rote Ndao, Flores, Bandung, Mataram, Balikpapan, Denpasar, Riau, Jakarta. Termasuk pelaku perjalanan dari Makassar, Solo, Samarinda, Bima, Banjarmasin, Papua, Jogjakarta, Semarang, Palangkaraya, Jawa Timur, Kupang dan Kalimantan ikut menambah angka Covid-19 di NTT.
Plt Kepala Dinas kesehatan Provinsi NTT, David Alexander Mandala optimis bisa mengendalikan penyebaran Covid-19 di wilayah NTT. Semua pihak sedang bekerja mulai dari pencegahan, penelusuran, intervensi hingga evaluasi.
"Masyarakat tetap patuhi protokol kesehatan dan penyelengara perkuat pelayanan kesehatan. Pemantauan dan penegakan aturan di masyarakat diserahkan ke Satpol PP bersama aparat TNI/Polri. Jika semua berjalan dalam koridor aturan yang benar maka Covid-19 di NTT bisa dikendalikan,” yakin David ditemui Pos Kupang akhir November 2020.
Kenaikan jumlah kasus Covid-19 mulai terjadi setelah new normal yakni bulan September, Oktober dan di bulan November terjadi lonjakan tinggi. Penyebabnya, menurut David, masyarakat mulai kendor menerapkan protokol kesehatan di masa new normal.
“Tapi di masa new normal masyarakat tidak lagi patuhi proktokol kesehatan, fenomena pesta dan kumpul adat dimana-mana," ungkap David.
Covid-19 belum ada obatnya. Strategi yang dilakukan yakni intervensi di hulu dengan membangun kesadaran masyarakat serta menjaga di hilir yakni fasilitas kesehatan rumah sakit dan puskesmas.
"Kalau hulu tidak kuat, ditambah penegakkan dan pengawasan atauran juga tidak kuat ya sudah,” kata David.

Untuk pencegahan penyebaran Covid-19 di NTT, telah dikeluarkan Pergub 49 Nomor /2020 tentang penerapan disiplin dan penegakan hukum protokol kesehatan serta Perwali Kota Kupang.
Namun kedua aturan ini sepertinya belum secara tegas diterapkan. Terutama soal pembatasan tamu di tempat pesta hanya 30 persen dari kapasitas gedung.
"Jika jumlah tamu melewati ketentuan maka Satpol PP dan aparat TNI/ Polri harusnya tegas, bubarkan pesta bahkan mencabut ijin operasional atau denda. Pertanyaannya apakah Satpol PP telah melakukan hal itu," kritis David.
Menurutnya, penanganan Covid-19 bukan hanya menjadi urusan pemerintah atau orang kesehatan saja tapi juga tanggungjawab semua pihak, termasuk masyarakat, TNI/Polri serta tokoh agama dan sebagainya.
“Kadang kita pikir, Oh NTT panas, maka dengan sendirinya virus (corona) akan mati. Itu pikiran orang awam. Hasil penelitian WHO suhu tak berpengaruh sama sekali.
Bagi yang terpapar Covid-19 jangan khawatir karena pemerintah akan menangani secara tuntas. Laporkan diri ke fasilitas layanan kesehatan, seperti puskesmas, dinkes kabupaten/ kota atau satgas, agar bisa segera ditindaklanjuti.
Apakah akan dilakukan isolasi mandiri di rumah dengan pantauan tenaga kesehatan atau dilakukan isolasi di fasilitas kesehatan yang ada, semua tergantung kondisi kesehatan yang bersangkutan.
“Kuncinya jangan panik, khawatir apalagi stres karena bisa menurunkan daya tahan tubuh dan bisa lebih berisiko. Kita punya fasilitas pelayanan kesehatan yang siap untuk melayani bapak ibu jika terkonfirmasi positif,” kata David.
David menyampaikan apresiasi terhadap para tenaga kesehatan dan berharap mereka tetap menjaga kesehatan, istirahat cukup, makan makanan bergizi.
“Yang penting gunakan APD yang standar saat memakai dan melepaskan APD harus sesuai prosedur agar tidak tertular atau menularkan Covid-19 ke orang lain,” pesan David.
Tabel : Kasus Covid-19 di NTT per tanggal 24 November 2020
Kabupaten Total Sembuh Mati Total kini
Kota Kupang 400 171 15 214
Ende 112 111 0 1
Manggarai Barat 73 71 0 2
Manggarai 69 63 1 5
Sikka 53 55 0 0
Ngada 52 15 0 37
Sumbar 44 33 0 11
Sumba Timur 32 29 2 1
Flotim 32 28 1 3
Nagekeo 25 23 0 2
Kupang 23 20 0 3
Lembata 20 1 0 19
TTS 19 16 1 2
SBD 19 12 0 7
Alor 11 11 0 0
TTU 6 5 0 1
Rote 6 4 1 1
Belu 5 3 0 2
Malaka 5 4 0 1
Sumba Tengah 4 3 0 1
Manggarai Timur 1 1 0 0
Sabu 0 0 0 0
Total 1013 679 21 313
Kabupaten Dirawat K.Mandiri K.Terpusat
Kota Kupang 61 153 0
Ende 0 1 0
Manggarai Barat 1 1 0
Manggarai 0 1 4
Sikka 0 0 0
Ngada 0 6 31
Sumbar 0 11 0
Sumba Timur 1 0 0
Flotim 1 2 0
Nagekeo 1 1 0
Kupang 0 3 0
Lembata 7 12 0
TTS 2 0 0
SBD 5 2 0
Alor 0 0 0
TTU 0 0 1
Rote 0 1 0
Belu 1 1 0
Malaka 1 0 0
Sumba Tengah 0 0 1
Manggarai Timur 0 0 0
Sabu 0 0 0
Total 81 195 37
Sumber : Data Dinkes NTT, per tanggal 24 November 2020 (diolah pos kupang).
(pos-kupang.com, novemy leo)