Pasien 01 Covid 19 di NTT

14 Hari di Kamar Isolasi Covid-19 El Memilih Tetap Hidup  

14 Hari berada di Kamar Isolasi Covid-19 RSUD Prof. Dr WZ Yohannes Kupang, Elyas Yohanis Asamau Memilih Tetap Hidup  

dok Elyas Yohanis Asamau
Elyas Yohanis Asamau bersama istri Wany Here Wila dan anak mereka, Elzaddah Asamau dan Albriant Pratama Asamau. 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - MARET 2020, saya masih tak khawatir bahkan tak peduli pada Covid-19. Meski di beberapa daerah di Indonesia dan di hampir sejumlah Negara di dunia telah terjadi pandemi Covid-19, saya tetap acuh tak acuh.

Pikir saya, Covid-19 tak bakal masuk wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) apalagi sampai menulari penduduk NTT karena ini daerah tropis dan orang NTT punya fisik yang kuat. 

Anggapan dan keyakinan saya yang tak bisa dipertanggungjawabkan itu juga diyakini sebagian besar warga NTT saat itu. Tak heran, meski di media sosial (medsos), media massa dan media elektronik sudah mulai dibicarakan tentang pandemi Covid-19, warga NTT masih tenang-tenang saja dan beraktivitas seperti biasanya.

Di ruas-ruas jalan, kendaraan umum dan kendaraan pribadi masih tumpah ruah. Begitu pun di tempat wisata, pusat perbelanjaan, pasar pun masih penuh sesak dengan masyarakat tanpa masker.

Bahkan pada akhir bulan Maret, meski ada provinsi di Indonesia yang sudah ditetapkan daerah berkategori zona merah untuk Covid-19, sebagian besar warga NTT masih adem ayem saja. Protokol kesehatan masih tak diindahkan. 

Ketenangan dan kenyamanan saya dan warga NTT mendadak sirna pada Jumat (10/4/2020) siang. Saat itu muncul video viral berdurasi 18 menit 45 detik yang diunggah seorang pria asal Kabupaten Alor, Provinsi NTT.

Pria itu mengaku terpapar Covid-19 dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. WZ Johannes Kupang.

Sehari kemudian Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 NTT, Dr.Marius Ardu Jelamu memberikan pernyataan pers, membenarkan kejadian itu.

Provinsi NTT 'pecah telur'. Warga NTT yang bernama Elyas Yohanis Asamau alias El menjadi pasien 01 Covid-19 di Provinsi NTT.

Bagai petir di siang bolong. Video dan pernyataan resmi Pemerintah Provinsi NTT itu membuat saya dan masyarakat lain mulai waspada dan menaruh perhatian serius terhadap pandemi Covid-19.

El, pria berusia 32 tahun, berambut pendek warna hitam dan keriting itu menyita perhatian publik. 

Pria berkulit gelap, berkumis tipis dengan sedikit brewok itu menghancurkan anggapan bahwa Covid-19 tak bisa menyerang Provinsi NTT dan warganya.  

Sejak itu Pemerintah mulai tegas menerapkan protokol kesehatan di semua tempat dan warga mulai taat mengikutinya.

Mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan serta menggunakan hand sanitizer guna mengantisipasi terjadinya penularan Covid-19.

Pembatasan tatap muka hingga penutupan tempat wisata dan mal mulai diberlakukan. Ruas jalan di Kota Kupang dan sekitarnya mulai sepi. Sebagian besar warga memilih tetap di rumah, tak bekerja.

Elyas Yohanis Asamau
Elyas Yohanis Asamau (dok Elyas Yohanis Asamau)

Bahkan sebagian besar rumah makan tak lagi menjalankan aktivitasnya, termasuk pusat perbelanjaan dan tempat wisata. 

“Siapa pun, termasuk saya, pasti tak akan mau terpapar Covid-19. Tapi karena sudah kena, makanya saya menjelaskan kepada publik tentang kondisi saya. Sekaligus mengajak orang lain untuk menjaga diri, tidak anggap enteng Covid-19 ,” jelas El kepada pos-kupang.com, pertengahan November 2020 lalu.

Sejak masuk rumah sakit, keluarga, teman dan kerabat tak henti bertanya tentang kondisi kesehatannya. Karena itu, El membuat video untuk menjawab semua pertanyaan yang diterimanya melalui SMS, WhatsApp (WA), DM Instagram dan inbox Facebook (FB). Video itu menimbulkan pro kontra.

Tak diketahui pasti di mana El terpapar Covid-19. Namun pada tanggal 2 Maret 2020 El sempat bepergian ke Yogyakarta. El mengikuti kegiatan persiapan bahasa selama 2 minggu bersama 100-an penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Indonesia Timur.

“Saya agak was-was karena saat itu sudah dengar ada Covid-19. Tapi saya pikir jika masih diizinkan kegiatan di luar daerah, artinya kondisi masih aman, makanya saya tetap berangkat ke Yogyakarta,” demikian alasan El.

Dari Yogyakarta El melanjutkan kegiatan di Jakarta tanggal 8 hingga 13 Maret bersama 200-an penerima beasiswa dari seluruh Indonesia. Selama kegiatan di hotel dari pagi hingga malam hari, peserta mematuhi protokol kesehatan. 

“Tak ada kesempatan jalan-jalan karena jalanan di Jakarta mulai sepi,” aku El.

Selanjutnya, seluruh peserta kembali ke daerah asal untuk mengikuti kegiatan secara online. El sempat kembali ke Yogyakarta beberapa hari dan menginap di kos-kosan keluarga lalu ke Bali sebelum pulang ke Kupang.

Selama beberapa malam di Yogyakarta, El mengalami demam tinggi dan sempat periksa ke Rumah Sakit (RS) Siloam Yogyakarta.

“Saya sudah biasa demam dan ada riwayat asam lambung sehingga saya tidak pikir tentang Covid-19. Di rumah sakit saya periksa DBD, hasilnya negatif, dikasih vitamin,” kata El.

Beberapa hari di Bali pun El sempat menggigil pada malam hari. Saat itu berita-berita Covid-19 makin gencar dan mulai ada pembatasan penerbangan antar daerah dan provinsi. Pemerintah bahkan mengimbau warga jangan pulang kampung. 

“Saya kembali ke Kupang 16 Maret. Sepupu saya dan istrinya yang ada di Bali juga pulang ke Maumere dan di sana mereka dikarantina selama 14 hari, tapi hasil tes Covid-19 negatif,” jelas El.

Dalam perjalanan dari Bali ke Kupang, El mulai khawatir karena mendapat kabar seorang teman peserta kegiatan di Jakarta meninggal dunia dan dicurigai terpapar covid-19.  Di Kupang El menjalani isolasi mandiri selama 14 hari di kamar yang terpisah dari istri dan dua anaknya.

El khawatir karena di rumah ada oma, istri dan bayi mereka yang baru berusia 3 bulan. "Lebih baik saya isolasi mandiri di rumah dan benar-benar saya tidak keluar rumah,” kata El.

Beberapa malam El kembali demam tinggi, berkeringat dan batuk keras hingga jam 03.00 pagi. Padahal tak biasanya El batuk. Untuk meredakan batuknya, El minum air hangat dan vitamin hingga batuknya reda.

“Oma juga buatkan sup ayam dan sangat membantu. Saya minum vitamin C agar imun tubuh meningkat. Tapi malah bikin asam lambung makin parah, akhirnya saya stop minum vitamin C,” kata El.

Karena demam tak kunjung reda, tanggal 26 Maret El ke klinik memeriksakan diri. EL menjelaskan riwayat perjalanannya dan suster yang mendengarnya langsung pucat.

Lalu El diarahkan ke Unit Gawat Darurat (UGD)  RSUD Prof. Dr WZ Johannes Kupang, tapi di sana El disuruh kembali besok pagi.

Besoknya El ke sana lagi, mengisi biodata dan diambil sampel darah kemudian disuruh pulang menunggu hasil. Pulangnya, El sempat singgah di Toko Buku Gramedia dan membeli obat di apote.

Di rumahnya El terus mengisolasi diri sambil menunggu hasil dari rumah sakit. Karena tak ada kabar dari rumah sakit hingga 5 April 2020 dan kondisi fisiknya pun baik-baik saja, maka  El berkesimpulan dia tak terpapar Covid-19. Dan sejak saat itu El tak lagi isolasi mandiri dan mulai keluar rumah dan bepergian. 

Tanggal 9 April ketika EL bepergian dengan adik dan dua temannya, pihak rumah sakit menelepon dan memintanya datang untuk jalani tes kedua. Saat itu mereka sedang makan di salah satu rumah makan di Kelurahan Oeba. 

“Saya tanya hasil tes pertama belum ada, kenapa sudah tes kedua. Saya tidak mau, tapi dari rumah sakit minta saya datang dan saya akhirnya ke sana,” kata El.

Tiba di sana, saudaranya menunggu di parkiran dan El masuk ke rumah sakit, dilayani oleh petugas yang sudah mengenakan APD. Lalu El diminta menyuruh keluarganya pulang. 

Selang beberapa lama kemudian Dokter Nikson datang mengenakan APD lengkap dan memberitahukan kondisi El. 

“Agar saya tidak syok, dokter Nikson kasih cerita motivasi lalu dia bilang saya orang pertama yang terpapar Covid-19 di Provinsi NTT. Saya tak percaya hingga dia tunjukkan surat elektronik dari Ipad dan ada nama saya di sana,” kata El.

Elyas Yohanis Asmau Pasien Pertama Covid-19 di NTT saat menjalani perawatan di RSUD Dr. WZ Yohannes Kupang Maret 2020 (dok Elyas Yohanis Asamau)
Elyas Yohanis Asamau pasien pertama Covid-19 di NTT saat menjalani perawatan di RSUD Dr. WZ Johannes Kupang Maret 2020 (dok Elyas Yohanis Asamau)

Dokter Nikson minta El jangan cemas, tetapi tenang dan fokus saja pada penyembuhan. Menurut dokter Nikson masa kritis sudah lewat tapi El masih harus menjalani prosedur isolasi di rumah sakit dan menjalani tes kedua.

“Saat itu saya mulai khawatir bagaimana kondisi keluarga dan teman yang pernah kontak dengan saya,” kata El yang langsung memberi kabar kepada istrinya, Wany Here Wila melalui telepon.

Meski cemas, El berusaha menyakinkan istrinya bahwa dia akan baik-baik saja sehingga keluarga tidak cemas.  El langsung diantar ke ruang isolasi yang ada di samping kamar jenasah.

"Saya belum bisa masuk ke kamar isolasi itu. Saya masih tunggu di luar kamar karena mereka masih bor tembok, pasang oksigen baru saya masuk,” kenang El.

Proses isolasi berlangsung sejak tanggal 9 hingga 24 April 2020. Hari pertama El khawatir dengan statusnya sebagai pasien Covid-19. Bayangan negatif soal kematian terus ada di pikirannya. Belum lagi banyak pertanyaan keluarga yang harus dijawabnya melalui HP.

Repot menjawab satu persatu, El membuat video tentang kondisinya saat itu. ”SMS, WA, telepon tidak berhenti tanya keadaan saya bahkan minta klarifikasi karena beberapa grup WA bilang saya kena corona,” jelasnya.

Menurut El, videonya tak bermaksud mencari sensasi, apalagi membuat warga NTT panik. El hanya ingin memberitahukan kepada masyarakat agar jangan lengah karena Covid-19 sudah ada di NTT.

"Saya bikin video agar orang yang pernah kontak dengan saya segera ke rumah sakit dan rapid test,” jelas El.

Awalnya El ingin membuat video secara live, namun sinyal di kamar itu tidak bagus sehingga El merekam duluan videonya baru kemudian mengupload video itu ke youtobe dan mengirimkannya ke medsos.

“Saya kirim Jumat dini hari lalu tidur dan bangun jam 05.30 Wita karena ada dokter mau periksa dan waktunya sarapan. Begitu buka HP, video sudah k emana-mana dan viral. Saya jadi pusing sendiri, bahkan stres. Banyak komen pro dan kontra," kata El.

Di tengah pergumulan dirawat di ruang isolasi sebagai pasien Covid-19, El merasa sedih sekaligus bahagia. Karena tak berbuat apa-apa, tidur bangun dan makan minum dilayani bagai raja. 

"Seakan mimpi masa kecil saya jadi kenyataan. Tak perlu kerja, hanya tidur bangun saja lalu main game, baca buku. Terus dikasih makan minum dan vitamin, semua fasilitas lengkap. Ternyata begini rasanya bahagia, seperti seorang raja,” kata El.

Namun beberapa hari kemudian rasa bahagianya berganti menjadi rasa bosan. Di dalam kamar isolasi tanpa jendela itu, El menghabiskan hari-hari sendirian. Rasa sendirian, jauh dari keluarga, mengidap Covid-19 membuat El mulai stres.

Pemberitaan di medsos dan televisi pun melulu tentang Covid-19. Belum lagi komentar sinis sebagian orang menanggapi videonya.

El terus demam selama beberapa hari dan efek obat membuatnya mual, tapi  EL terus minum obat itu karena ingin sembuh. El mengalami pergumulan batin, sering tak bisa tidur lelap.

Setiap kali terbangun El merasa khawatir dan bertanya kepada diri sendiri, apakah dia masih hidup ataukah sudah mati.

Elyas Yohanis Asmau Pasien Pertama Covid-19 di NTT saat menjalani perawatan di RSUD Dr. WZ Yohannes Kupang Maret 2020
Elyas Yohanis Asamau, pasien pertama Covid-19 di NTT saat menjalani perawatan di RSUD Dr. WZ Johannes Kupang Maret 2020. (dok Elyas Yohanis Asamau)

Hingga akhirnya El mulai depresi, tak mau menerima telepon dari siapa pun termasuk istrinya. Dua hari El benar-benar menutup diri dari komunikasi luar. EL bergumul dengan dirinya sendiri.  

"Saya sempat berpikir kalau begini terus keadaannya mungkin saya bisa mati karena Covid-19. Saya pikir, saya hanya punya dua pilihan, mati atau hidup. Dan saya memilih tetap hidup, saya harus tetap hidup. Saya yakin, hal terbaik pasti diberikan Tuhan. Tiap kali timbul rasa khawatir, saya menyemangati diri saya,” kata El.

Seorang dokter, Mariam Mauko memberi buku tentang mengatasi depresi kepada El. Buku itu dibaca semalaman dan besoknya El memutuskan untuk ‘hidup baru’ dan  tak mau berpikir yang sulit-sulit lagi.

"Saya fokus kepada penyembuhan. Kalau stress saya ingat pernyataan dokter Nikson bahwa saya sudah lewati masa kritis,” kata El.

El bersyukur mendapat dukungan dari banyak orang selama dia berada di rumah sakit. Hari-hari selanjutnya dijalani dengan lebih ikhlas. El mulai membuka laptop dan menyelesaikan tulisan bukunya tentang beasiswa.

“Buku saya sudah jadi dan sedang dipasarkan. Saya menulis sejak di Bali dan saya selesaikan penulisan buku itu selama ada di ruang isolasi rumah sakit,” aku El.

Selama diisolasi El banyak belajar bagaimana mengolah emosi, belajar menerima keadaan, belajar mengevaluasi diri serta belajar ikhlas.

El menunggu dengan optimis bisa sembuh hingga akhir masa isolasinya. Tanggal 25 April 2020, dokter dan perawat masuk ke ruang isolasi dan mengabarkan El bisa pulang karena sudah sembuh. Berita menggembirakan itu langsung diteruskan El kepada istrinya.

EL pulang ke rumah dan tetap mengisolasi diri selama 14 hari di sana. Paling tidak, El bisa melihat anak istrinya meski tetap menjaga jarak dan tak boleh bersentuhan.   

“Baru hari ke-13, anak laki-laki saya sudah tidak sabar. Dia masuk ke kamar, pakai sepatu, jaket, celana panjang, pakai masker dan mengatakan, "I want to hug you, daddy", dan langsung memeluk saya. Kami berpelukan lama sekali. Saya terharu, apalagi yang niat itu dari dia. Tuhan terima kasih,” kenang El.

El yakin segala sesuatu yang terjadi termasuk dirinya terpapar Covid-19 itu pasti ada maksud baik Tuhan untuk dia dan keluarganya.

Elyas Yohanis Asamau bersama istri Wany Here Wila dan anak mereka, Elzaddah Asamau dan Albriant Pratama Asamau
Elyas Yohanis Asamau bersama istri, Wany Here Wila dan anak mereka, Elzaddah Asamau dan Albriant Pratama Asamau (dok Elyas Yohanis Asamau)

Karena itu, jika terkena Covid-19, harus yakin dan percaya bahwa apapun hasilnya pasti selalu indah.

“Kalau kena Covid-19 jangan putus asa. Harus ada keinginan untuk sembuh. Jalani prosesnya, tetap berdoa, ikuti  arahan dokter. Jaga pikiran dan fisik tetap sehat. Kalau bosan di kamar, ayo baca buku, dengar musik sambil bernyanyi, bikin video kreatif atau hal lain yang positif. Keluarga mesti beri dukungan moril,” pesan El.

El juga mengajak setiap orang menerima risiko atas tindakan yang dilakukan sebagaimana yang dialaminya setelah membuat video itu. Di-bully dan dicemooh.

"Bagi saya, jika bisa membantu orang banyak ya, lakukan saja dan hadapi konsekuensinya,” kata El.

Jangan Bikin Stigma

Wany Here Wila alias Wany, istri El, bercerita, siang itu 9 April 2020 dia sedang bermain bersama kedua anaknya di teras rumah, namun hatinya tidak tenang. Wany kemudian masuk kamar, melihat HP dan ternyata ada panggilan masuk dari El.

Wany langsung menghubungi El dan menanyakan apa hasil dari rumah sakit. El minta Wany tetap tenang, jangan panik karena masih menunggu hasil swab Covid-19 dari dokter. Tapi El meminta Wany tetap tenang apa pun hasil tes dari rumah sakit nanti.

Usai menutup telepon, ibu beranak dua ini masuk ke kamar berlutut dan mulai memanjatkan doa.

"Beta (saya) minta Tuhan kuatkan kami apa pun hasilnya nanti, kami ikhlas. Kaka El  telepon beta lagi dan bilang hasilnya positif dan saat itu beta sonde panik lagi,” kata Wany yang langsung melakukan isolasi mandiri di rumah bersama mama dan dua anaknya.

Selama menjalani isolasi di rumah, sahabat El yakni para alumni Institut Pemerintahan Dalam Negeri  (IPDN) dan Lurah Manufatin serta istri rutin memberi bantuan makanan dan vitamin kepada Wany.

Wany Herewila
Wany Here Wila (dok Wany Here Wila)

“Mereka kumpul uang dan tiap hari bawa makanan, vitamin bahkan minyak tanah untuk kami. Ada yang antar tiap hari ke rumah dan kami benar-benar terbantu. Terima kasih,” kenang Wany.

Wany dan ibunya sempat stres hingga drop dan mendapat pendampingan pastoral dari Pdt Martomas. Pasalnya, mereka mendapat banyak tekanan dari sejumlah masyarakat. Di media sosial (medsos) keluarga El di-bully, dicaci-maki dan dihujat.

"Mereka bilang kaka EL penipu, hanya cari sensasi. Orang yang lewat depan rumah langsung pakai masker, kami sangat tertekan, sakit hati dan stres. Beta paling tidak suka dan sedih kalau mereka bilang kami pembawa virus Covid-19 ke NTT, itu adalah stigma,” kenang Wany.

Wany makin stres karena hilang kontak dengan El selama 2 hari, tak ada kabar. Menghadapi hal itu Wany terus berdoa dan berusaha tak memikirkan hal negatif.

“Baru nanti kak El telepon minta maaf, katanya saat itu dia depresi. Kami dua berdoa saling kuatkan untuk bisa menghadapi hal ini. Dan akhirnya kak El bisa sembuh, puji Tuhan,” kata Wany.

Doa dan motivasi dari pendeta dan beberapa orang melalui telepon dan WA membantu Wany melewati masa sulitnya.  Tak hentinya Ketua Sinode GMIT NTT, Pendeta Meri Kolimon, serta Pdt Misa dan Pdt Martomas, Riri Mesah juga Walikota Kupang, Jefri Riwu Kore, Wakil Gubenur NTT, Josef Nae Soi, memberi dukungan lewat telepon. 

Elyas Yohanis Asamau bersama istri Wany Here Wila dan anak mereka, Elzaddah Asamau dan Albriant Pratama Asamau
Elyas Yohanis Asamau bersama istri Wany Here Wila dan anak mereka, Elzaddah Asamau dan Albriant Pratama Asamau (dok Elyas Yohanis Asamau)

Kunci penyembuhan Covid-19, kata Wany, adalah keoptimisan pasien, perawatan yang cepat dan tepat, doa serta dukungan moril.

"Covid bukan penyakit yang hanya menyangkut kesehatan, tapi juga psikologis mental paling berpengaruh," kata Wany

Karena itu masyarakat tidak boleh melakukan stigma terhadap pasien Covid-19 dan keluarga pasien.

Jika tak bisa memberi bantuan secara langsung, saran Wany, jangan melakukan tindakan dan kata-kata yang membuat pasien dan keluarganya tertekan.

Karena penyakit Covid-19 yang dihadapi pasien sudah cukup membuat pasien dan keluarganya tertekan. 

"Beta rasa betul Tuhan punya cara taruh persoalan dan angkat kembali persoalan ini dalam hidup kami agar ada kesaksian bagi banyak orang. Tuhan mengaturnya terlalu indah,” tutur Wany.

Covid-19 Bisa Dikendalikan

Bulan Juni tepatnya tanggal 15, Provinsi NTT memasuki masa new normal. Masyarakat menyambut gembira hal ini. Aktivitas warga mulai berjalan normal kembali.

Namun pada bulan November 2020 kasus Covid-19 mengalami peningkatan jumlah orang terpapar dan yang meninggal dunia.

Data Dinas Kesehatan Provinsi NTT per tanggal 24 November 2020 menyebutkan, jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di wilayah Provinsi NTT tercatat 1.013 kasus, masih dirawat 313 orang, sembuh 679 orang dan meninggal dunia 21 orang.

Kasus dimaksud tersebar pada 21 dari 22 kabupaten/ kota di NTT, minus Kabupaten Sabu Raijua. Kota Kupang menjadi wilayah paling terdampak Covid-19 dengan 400 kasus dan meninggal dunia 14 orang, termasuk seorang perawat RSUD Prof Dr WZ Johannes Kupang.   

Sebanyak 313 orang yang dirawat itu terdiri dari 81 orang rawat inap, 195 orang karantina mandiri dan 37 orang karatina terpusat.

Sebanyak 81 orang dirawat inap pada 19 rumah sakit yakni di RSUD Prof DR WZ Johannes Kupang, RSU SK Lerik, RST Wirasakti, RS Siloam, RSUP Undana, RS Leona, RSAL Samuel Moeda.

Juga di RS Umbu Rara Meha, RS Borromeus, RS Bhayangkara, RS Lewoleba, RSUD SoE, RS Kartini, RS Karitas, RSUD Ende, RS Reda Bolo, RSPP Betun, RSPP Komodo dan RSPP Komodo.

Sedangkan karantina mandiri terhadap 195 orang ada di 13 kabupaten yakni Manggarai Barat, Manggarai, Sumba Barat, Kota Kupang, Ngada, Belu, Nagekeo, SBD, Flores Timur, Kabupaten Kupang, Rote Ndao, Lembata dan Ende. 

Sedangkan empat kabupaten masing-masing yakni Manggarai, Ngada ,TTU dan Sumba Tengah melayani 37 orang yang karantina terpusat.

Dari sampel yang terkirim sebanyak 8.323, hasilnya sebanyak 6.173 orang negatif, 1.132 orang positif dan sebanyak 1.018 sampel belum ada hasilnya.

Penyumbang Covid-19 ke wilayah NTT berasal dari kluster, pelaku perjalanan dan transmisi lokal.

Kluster dimaksud dari Jakarta, Sukabumi, Makassar, Denpasar, Magetan, Lambelu, TKI, Lumajang, Gowa, Kalimantan Selatan, Kapal Sangke Palangga. Juga kluster Bandung, Kendari, Kapal Prana, Surabaya, Balikapan, Sangkakala, Jawa Tengah, Madiun, PMI, Palembang dan Medan.

Dan pelaku perjalanan dari Malang, Surabaya, Batam, Rote Ndao, Flores, Bandung, Mataram, Balikpapan, Denpasar, Riau, Jakarta. Termasuk pelaku perjalanan dari Makassar, Solo, Samarinda, Bima, Banjarmasin, Papua, Jogjakarta, Semarang,  Palangkaraya, Jawa Timur, Kupang dan Kalimantan ikut menambah angka Covid-19 di NTT. 

Plt Kepala Dinas kesehatan Provinsi NTT, David Alexander Mandala optimis bisa mengendalikan penyebaran Covid-19 di wilayah NTT. Semua pihak sedang bekerja mulai dari pencegahan, penelusuran, intervensi hingga evaluasi.

"Masyarakat  tetap patuhi  protokol kesehatan dan penyelengara perkuat pelayanan kesehatan. Pemantauan dan penegakan aturan di masyarakat diserahkan ke Satpol PP bersama aparat TNI/Polri. Jika semua berjalan dalam koridor aturan yang benar maka Covid-19 di NTT bisa dikendalikan,” yakin David ditemui Pos Kupang akhir November 2020.

Kenaikan jumlah kasus Covid-19 mulai terjadi setelah new normal yakni bulan September, Oktober dan di bulan November terjadi lonjakan tinggi. Penyebabnya, menurut David, masyarakat mulai kendor menerapkan protokol kesehatan di masa new normal.

“Tapi di masa new normal masyarakat  tidak lagi patuhi proktokol kesehatan, fenomena pesta dan kumpul adat dimana-mana," ungkap David.

Covid-19 belum ada obatnya. Strategi yang dilakukan yakni intervensi di hulu dengan membangun kesadaran masyarakat serta menjaga di hilir yakni fasilitas kesehatan rumah sakit dan puskesmas.

"Kalau hulu tidak kuat, ditambah penegakkan dan pengawasan atauran juga tidak kuat ya sudah,” kata David.

David Mandala, S.Kep Ns, M.Kes
David Mandala, S.Kep Ns, M.Kes (pos kupang)

Untuk pencegahan penyebaran Covid-19 di NTT,  telah dikeluarkan Pergub 49 Nomor /2020 tentang penerapan disiplin dan penegakan hukum protokol kesehatan serta Perwali Kota Kupang.

Namun kedua aturan ini sepertinya belum secara tegas diterapkan. Terutama soal pembatasan tamu di tempat pesta hanya 30 persen dari kapasitas gedung.

"Jika jumlah tamu melewati ketentuan maka Satpol PP dan aparat TNI/ Polri harusnya tegas, bubarkan pesta bahkan mencabut ijin operasional atau denda. Pertanyaannya apakah Satpol PP telah melakukan hal itu," kritis David.

Menurutnya, penanganan Covid-19 bukan hanya menjadi urusan pemerintah atau orang kesehatan saja tapi juga tanggungjawab semua pihak, termasuk masyarakat, TNI/Polri serta tokoh agama dan sebagainya.

“Kadang kita pikir, Oh NTT panas, maka dengan sendirinya virus (corona) akan mati. Itu pikiran orang awam. Hasil penelitian WHO suhu tak berpengaruh sama sekali.

Bagi yang terpapar Covid-19 jangan khawatir karena pemerintah akan menangani secara tuntas. Laporkan diri ke fasilitas layanan kesehatan, seperti puskesmas, dinkes kabupaten/ kota atau satgas, agar bisa segera ditindaklanjuti.

Apakah akan dilakukan isolasi mandiri di rumah dengan pantauan tenaga kesehatan atau dilakukan isolasi di fasilitas kesehatan yang ada, semua tergantung kondisi kesehatan yang bersangkutan.

“Kuncinya jangan panik, khawatir apalagi stres karena bisa menurunkan daya tahan tubuh dan bisa lebih berisiko. Kita punya fasilitas pelayanan kesehatan yang siap untuk melayani bapak ibu jika terkonfirmasi positif,” kata David.

David menyampaikan apresiasi terhadap para tenaga kesehatan dan berharap mereka tetap menjaga kesehatan, istirahat cukup, makan makanan bergizi.

“Yang penting gunakan APD yang standar saat memakai dan melepaskan APD harus sesuai prosedur agar tidak tertular atau menularkan Covid-19 ke orang lain,” pesan David.

Tabel : Kasus Covid-19 di NTT per tanggal 24 November 2020

Kabupaten            Total    Sembuh   Mati   Total kini    

Kota Kupang            400          171          15          214             

Ende                          112          111            0              1               

Manggarai Barat       73           71              0             2             

Manggarai                  69           63              1             5               

Sikka                           53            55             0              0               

Ngada                         52           15              0           37                

Sumbar                      44            33             0           11                

Sumba Timur            32            29             2             1               

Flotim                         32           28              1             3                 

Nagekeo                     25           23             0              2               

Kupang                       23           20             0              3             

Lembata                     20             1              0           19            

TTS                              19           16              1              2             

SBD                             19           12              0              7              

Alor                             11           11              0              0               

TTU                               6             5              0              1               

Rote                              6             4              1              1               

Belu                              5             3              0              2               

Malaka                         5             4              0              1               

Sumba Tengah           4             3              0              1                

Manggarai Timur       1             1              0             0               

Sabu                            0             0              0              0               

Total                        1013      679           21          313             

Kabupaten            Dirawat    K.Mandiri    K.Terpusat 

Kota Kupang                  61             153                   0

Ende                                  0                 1                    0  

Manggarai Barat             1                 1                    0

Manggarai                        0                 1                    4

Sikka                                  0                 0                    0

Ngada                                0                 6                 31

Sumbar                             0               11                    0

Sumba Timur                   1                 0                    0

Flotim                               1                  2                    0

Nagekeo                           1                 1                    0

Kupang                             0                 3                    0

Lembata                           7               12                    0

TTS                                    2                 0                    0

SBD                                   5                 2                    0

Alor                                   0                 0                    0  

TTU                                   0                 0                    1

Rote                                  0                 1                    0

Belu                                  1                 1                    0

Malaka                             1                 0                    0

Sumba Tengah               0                 0                    1

Manggarai Timur           0                 0                    0

Sabu                                 0                 0                   0

Total                                81             195                37

Sumber : Data Dinkes NTT, per tanggal 24 November 2020 (diolah pos kupang).

(pos-kupang.com, novemy leo)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved