Breaking News

Pasien 01 Covid 19 di NTT

14 Hari di Kamar Isolasi Covid-19 El Memilih Tetap Hidup  

14 Hari berada di Kamar Isolasi Covid-19 RSUD Prof. Dr WZ Yohannes Kupang, Elyas Yohanis Asamau Memilih Tetap Hidup  

dok Elyas Yohanis Asamau
Elyas Yohanis Asamau bersama istri Wany Here Wila dan anak mereka, Elzaddah Asamau dan Albriant Pratama Asamau. 

Bahkan sebagian besar rumah makan tak lagi menjalankan aktivitasnya, termasuk pusat perbelanjaan dan tempat wisata. 

“Siapa pun, termasuk saya, pasti tak akan mau terpapar Covid-19. Tapi karena sudah kena, makanya saya menjelaskan kepada publik tentang kondisi saya. Sekaligus mengajak orang lain untuk menjaga diri, tidak anggap enteng Covid-19 ,” jelas El kepada pos-kupang.com, pertengahan November 2020 lalu.

Sejak masuk rumah sakit, keluarga, teman dan kerabat tak henti bertanya tentang kondisi kesehatannya. Karena itu, El membuat video untuk menjawab semua pertanyaan yang diterimanya melalui SMS, WhatsApp (WA), DM Instagram dan inbox Facebook (FB). Video itu menimbulkan pro kontra.

Tak diketahui pasti di mana El terpapar Covid-19. Namun pada tanggal 2 Maret 2020 El sempat bepergian ke Yogyakarta. El mengikuti kegiatan persiapan bahasa selama 2 minggu bersama 100-an penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Indonesia Timur.

“Saya agak was-was karena saat itu sudah dengar ada Covid-19. Tapi saya pikir jika masih diizinkan kegiatan di luar daerah, artinya kondisi masih aman, makanya saya tetap berangkat ke Yogyakarta,” demikian alasan El.

Dari Yogyakarta El melanjutkan kegiatan di Jakarta tanggal 8 hingga 13 Maret bersama 200-an penerima beasiswa dari seluruh Indonesia. Selama kegiatan di hotel dari pagi hingga malam hari, peserta mematuhi protokol kesehatan. 

“Tak ada kesempatan jalan-jalan karena jalanan di Jakarta mulai sepi,” aku El.

Selanjutnya, seluruh peserta kembali ke daerah asal untuk mengikuti kegiatan secara online. El sempat kembali ke Yogyakarta beberapa hari dan menginap di kos-kosan keluarga lalu ke Bali sebelum pulang ke Kupang.

Selama beberapa malam di Yogyakarta, El mengalami demam tinggi dan sempat periksa ke Rumah Sakit (RS) Siloam Yogyakarta.

“Saya sudah biasa demam dan ada riwayat asam lambung sehingga saya tidak pikir tentang Covid-19. Di rumah sakit saya periksa DBD, hasilnya negatif, dikasih vitamin,” kata El.

Beberapa hari di Bali pun El sempat menggigil pada malam hari. Saat itu berita-berita Covid-19 makin gencar dan mulai ada pembatasan penerbangan antar daerah dan provinsi. Pemerintah bahkan mengimbau warga jangan pulang kampung. 

“Saya kembali ke Kupang 16 Maret. Sepupu saya dan istrinya yang ada di Bali juga pulang ke Maumere dan di sana mereka dikarantina selama 14 hari, tapi hasil tes Covid-19 negatif,” jelas El.

Dalam perjalanan dari Bali ke Kupang, El mulai khawatir karena mendapat kabar seorang teman peserta kegiatan di Jakarta meninggal dunia dan dicurigai terpapar covid-19.  Di Kupang El menjalani isolasi mandiri selama 14 hari di kamar yang terpisah dari istri dan dua anaknya.

El khawatir karena di rumah ada oma, istri dan bayi mereka yang baru berusia 3 bulan. "Lebih baik saya isolasi mandiri di rumah dan benar-benar saya tidak keluar rumah,” kata El.

Beberapa malam El kembali demam tinggi, berkeringat dan batuk keras hingga jam 03.00 pagi. Padahal tak biasanya El batuk. Untuk meredakan batuknya, El minum air hangat dan vitamin hingga batuknya reda.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved