NTT Pionir Terapkan Nilai Pancasila

Wagub NTT, Josef Nae Soi mengatakan, nilai-nilai Pancasila selalu disosialisasi dan diinternalisasi mulai dari lingkungan keluarga

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/RAY REBON
Wakil Gubernur NTT, Josef A Nae Soi memerima bingkisan buku dari Ketua FKUB NTT, Dr. Maria Theresia, Selasa (24/11). 

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Wakil Gubernur NTT ( Wagub NTT), Josef Nae Soi mengatakan, nilai-nilai Pancasila selalu disosialisasi dan diinternalisasi mulai dari lingkungan keluarga sehingga tidak lagi menjadi sesuatu yang abstrak.

"NTT harus jadi pionir dalam proses internalisasi nilai-nilai Pancasila untuk kemudian ditularkan ke seluruh Indonesia. Karena semua orang tahu, embrio Pancasila itu lahir dari NTT melalui permenungan-permenungan mendalam dari Bung Karno saat pengasingan di Ende," kata Wagub Josef saat membuka acara Talkshow bertajuk Nilai-Nilai Pancasila dan Trilogi Kerukunan di Kantor Pos Kupang, Selasa (24/11/2020).

Baca juga: Kadis Kesehatan Saran Nakes di RSUD Atambua Lakukan SWAB

Kegiatan yang diinisiasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) bersama Harian Pos Kupang itu menampilkan pembicara Dr Nober Jegalus, Dosen Filsafat pada Universtas Widya Mandira Kupang.

Menurut Wagub Josef, nilai-nilai Pancasila harus secara terus menerus diajarkan mulai dari lingkungan keluarga lalu di lingkungan sekolah. Selanjutnya, kepada masyarakat pada umumnya.

"Saat ini nilai-nilai Pancasila mengalami degradasi terutama di kalangan generasi muda. Banyak orang mulai menganggap Pancasila sebagai sesuatu yang abstrak. Padahal Pancasila mengajarkan tentang bagaimana hidup yang baik di dunia," jelas Wagub Josef.

Baca juga: Dita Soedarjo: Bukan Kompetisi

Mantan Anggota DPR RI dua periode itu mengungkapkan, Pancasila merupakan ideologi yang luar biasa. Tidak ada satu landasan humanisme di dunia ini yang seperti Pancasila kalau kita uraikan nilai-nilai dasar dan kontekstualnya.

"Pancasila dari sudut kesisteman sangatlah lengkap. Ada input, proses, output dan outcomenya. Inputnya adalah sila pertama dan sila kedua, ini merupakan dasar. Prosesnya adalah sila ketiga dan keempat, persatuan dari berbagai suku, ras dan agama membentuk negara Indonesia serta melaksanakan demokrasi berdasarkan musyawarah mufakat dan perwakilan. Outputnya adalah keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Sementara outcomenya yakni kesejahteraan baik lahir maupun batin," tandas Wagub Josef.

Dosen Filsafat Unwira Kupang, Dr Norbertus Jagalus mengatakan, pemerintah harus bijaksana membuat politik kerukunan. Menurut Norbertus, dialog antar hubungan umat beragama baru dibangun tahun 90-an. Serta gereja Kristen yang paling di depan untuk membangun, dibandingkan gereja Katolik.

Ia menyebut persoalan konkrit internal agama itu ada, tidak bisa disangkal. Kerukunan antar umat beragama yang dibangun hingga saat ini dengan cara berdialog. Meskipun pengamatannya sejak dibangun politik dialog hubungan beragama itu belum maksimal.

Bagaimana membaca literatur DGI dan sekarang PGI berjuang dengan berbagai cara untuk membangun dialog hubungan antar agama khususnya, Kristen dengan Islam, suatu langkah yang luar biasa.

Norbertus mengatakan, kerukunan umat beragama antar pemerintah dengan negara. Di sini posisi pemerintah sangat menentukan, karena pemerintah adalah satu pihak dari hubungan kerukunan beragama, dan pemerintah yang membuat politik kerukunan.

"Catatan kritis saya sebagai orang beragama, pemerintah harus bijaksana dalam membuat politik kerukunan, sehingga tidak dibuat demikian agama-agama sebagai sarana untuk politik pemerintah. Saya minta kaum agama harus bersikap kritis," tegas Norbertus.

Ketua FKUB NTT, Maria Theresia Geme, memberikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi NTT karena senantiasa mendukung keberadaan FKUB.

"Waktu pertemuan tingkat Nasional, banyak FKUB Provinsi lain yang mengeluh dan protes karena tidak dapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah, tapi FKUB NTT selalu mendapatkan dukungan penuh dan bantuan dari Pemerintah Provinsi. FKUB NTT terus berupaya dan berkomitmen untuk wariskan nilai-nilai kerukunan kepada generasi muda melalui berbagai kegiatan," jelas Theresia.

Talkshow dihadiri Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi NTT, Yohanes Octavianus, Kepala Biro Pemerintahan Setda Provinsi NTT, Doris Rihi, para anggota FKUB, insan pers dan undangan lainnya. (cr6)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved