Yuk Simak ! Kisah Pemuda Nagekeo Racik Cabe Hingga Miliki Nama Brand Koyo Toto
Membuka usaha dengan modal nekat menjadi tantangan sendiri ketika harus memulai. Tapi pasti akan mendapatkan hasil yang diharapkan.
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Rosalina Woso
Untuk kebutuhan bahan utama seperti cabai, ia memasoknya dari Nagekeo dan Ngada.
Setidaknya membutuhkan 100 kg cabai untuk bisa memproduksi 100 kg atau sekitar 509 botol perharinya dan omset per bulan mencapai belasan juta rupiah.
Ia menambahkan, untuk harganya sendiri terbilang cukup murah yaitu Rp. 30.000 per botol.
Meski begitu produknya mampu bertahan hingga kapanpun karena ini cabai bubuk kering yang organik disegel dan belum terbuka.
Mantan Korda PMKRI sedaratan Flores tahun 2016 ini menambahkan, untuk segi pemasaran selain mempunyai toko sederhana dirumah, selain itu dirinya menjual melalui pra re-saler yang ada diberbagai daerah.
Saat ini dia juga bekerjasama dengan berbagai toko dan juga supermarket yang ada di Nagekeo. Dengan strategi pemasaran seperti ini menurutnya, cabai bubuk organik Koyo Toto bisa didistribusikan ke seluruh Indonesia.
Ia berharap kedepan usaha bisnis yang digelutinya ini terus berkembang. Selain itu, dia juga berkeinginan suatu saat nanti cabai bubuk organik Koyo Toto bisa diekspor ke luar negeri.
Dimusim wabah covid-19 ini, dirinya memang mengalami kesulitan, yang paling berat dihadapinya ketika cabai yang sempat melambung tinggi hingga mencapai Rp. 120.000 per kg dan mengalami fluktuasi.
"Namun kondisi tersebut tidak membuat saya harus putus asah, akhirnya saya memanfaatkan lahan yang kosong seluas 2,5 ha untuk saya olah pengembangan tanaman hortikultura jenis cabai dan sekarang ini untuk cabai saya tidak membeli lagi, sudah kali yang ketiga saya panen cabai diatas lahan seluas 2,5 ha," ujarnya.
"Oleh karena itu saya mengajak kaum milenial yang ada di Nagekeo jangan hanya untuk sebuah generasi seorang sarjana harus kerja kantoran. Yang penting pakai seragam, mentereng tetapi penghasilan pas-pasan Ini yang salah, saya sudah buktikan, satu bulan saya bisa dapat penghasilan dari ini satu bulan kita dapat Rp 10 juta rupiah,"sambung dia.
Apresiasi Generasi Muda
Terpisah Manajer CV Sao Agro, Kasianus Sebho, mengapresiasi generasi muda yang mampu membuka lapangan kerja sendiri dengan mengolah produk lokal yang ada di daerahnya sendiri.
Kanisius mengatakan, di dua sektor yang digutinya ini memang terbilang sangat sukses. Untuk disektor pertanian dirinya membuka tanaman hortikultura jenis cabai rawit dan cabai merah selain itu pula diolah menjadi cabai bubuk organik dan diberi nama khas lokalnya Koyo Toto.
"Generasi muda itu sebagai agen perubahan maka apa yang dilakukan oleh anak muda dari Desa Totomala, Kecamatan Wolowae ini menjadi contoh bagi generasi muda yang ada di masing-masing desa di Nagekeo,"ujarnya.
Ia berharap orang muda yang ada di Nagekeo harus mampu menciptakan inovasi baru yang berkualitas dan berkelanjutan.