Damianus Rugi Rp 30 Juta Babi Mati Mendadak Akibat ASF
African Swine Fever ( ASF) atau demam babi Afrika menyerang ternak babi.
POS-KUPANG.COM | KUPANG -African Swine Fever ( ASF) atau demam babi Afrika menyerang ternak babi. Selama Januari-November 2020, Dinas Peternakan Provinsi NTT mencatat sebanyak 60.851 ternak babi mati sia-sia akibat ASF. Kasus kematian babi ini tersebar di 23 kabupaten/kota.
Peternak babi menjerit. Warga Desa Nanganesa Kabupaten Ende, Margareta Elvilenta Wea sedih karena semua babinya mati. Rentang waktu kematian ternak babi miliknya selama Mei-Juni 2020.
"Padahal, saya dan suami sedang menunggu beranaknya dua ekor babi betina yang sedang bunting. Semua babi ada sembilan ekor, ada dua ekor yang sedang bunting, itu juga mati, semua mati," ujar Margareta saat ditemui di Desa Nanganesa, Kamis (19/11/2020).
Baca juga: Terjebak Corona dan Berhasil Buka Warung Lele Pertama di Lembata
Margareta dan suaminya Damianus Manans bersusah payah beternak babi. Tidak sedikit tenaga dan biaya yang mereka keluarkan, termasuk untuk membeli pakan, bayar air dan listrik.
"Pagi, siang sore kami selalu perhatikan babi. Sekarang hanya lihat kandang kosong saja. Walau kandang kosong kami tetap rajin cuci, supaya kandang jangan rusak. Rencana mau pelihara babi lagi," ungkapnya.
Damianus Manans mengaku mengalami kerugian Rp 30 juta. Menurutnya, mereka masih enggan kembali beternak babi dalam waktu dekat ini.
Baca juga: AHP Apresiasi Pemerintah Berikan Tunjangan Buat Guru Honor
"ASF belum habis ni, takut juga kalau mau pelihara lagi. Yah rencananya tahun 2021 baru pelihara lagi," kata Damianus.
Sejak babinya terserang ASF, Damianus belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Ia berharap Pemerintah Kabupaten Ende bisa memerhatikan para peternak babi yang terdampak ASF.
Warga Kelurahan Paupire, Kabupaten Manggarai Barat, Veronika Sisi juga mengeluhkan hal yang sama. Babinya sebanyak tiga ekor mati terserang ASF, sebelum laku terjual.
Seorang peternak di Wae Kelambu, Kecamatan Komodo, Fabianus Jegaut (36) mengaku rugi Rp 28 juta. "Total ada 8 ekor babi yang mati. Jadi, ada 3 ekor babi ukuran yang harganya hingga Rp 6 juta dan babi ukuran sedang ada 5 ekor yang harganya Rp 2,5 juta per ekor," jelasnya.
Semua babi yang mati dikuburkan. Ia sudah melaporkan kejadian tersebut ke Dinas PKH Kabupaten Manggarai Barat.
"Dari dinas sudah turun, dan kuat dugaan ASF, karena ciri-ciri babi saya sebelum mati tidak mau makan, demam, terlinga ada blau, dan jika blau ini kalau pecah maka babi langsung mati," ujarnya.
Ia menjelaskan, sejumlah babi di sekitar kandang ternak miliknya pun mati dengan keadaan serupa.
"Saya berharap adanya perhatian dari pemerintah, karena kami mengalami kerugian," kata Fabianus.