Rayakan HKN ke-56 Dinkes NTT Luncurkan Buku Kearifan Lokal Malaria

kearifan lokal mengeliminasi malaria secara virtual dan offline di aula lantai dua Kantor Dinkes, Jalan Palapa,

Penulis: Gerardus Manyela | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/GERADUS MANYELA
Suasana bedah dan peluncuran buku Etnomedisin Pengobatan Tradisional Penyakit Malaria Madyarakat Tetun di Timor Barat dan Katong Oung Cerita Inspiratif menjadi agen perubahan secara offline di aula lantai 2 Kantor Dinkes NTT,Jalan Palapa Kupang, Selasa (17/11/2020). 

Buku kedua berjudul Etnomedisin yang ditulis oleh Dr.Maximus Taek, pakar Ilmu Kimia Universitas Widya Mandira Kupang,  mengulas   pengobatan tradisional penyakit malaria yang dilakukan masyarakat Tetun di Timor Barat selama bertahun-tahun.

Dr.Maxi menguraikan pengobatan tradisional dengan menggali budaya  penyakit malaria yagn diwarisi secara turun-temurun oleh nenek -moyang masyarakat Suku Tetun di Timor, dan upaya memberdayakan masyarakat yang terlibat mengendalikan penularan penyakit malaria dengan metode participatory learning and action (PLA) atau pembelajaran dan tindakan partisipatif  seperti  diulas dalam buku Katong Pung Cerita Inspiratif Menjadi Agen Perubahan.

Informasi yang disajikan dalam dua buku tersebut dapat dikembangkan menjadi lebih luas dan bermanfaat bagi masyarakat, terutama dalam rangka mendukung percepatan eliminasi malaria di NTT, dan penyakit lainnya seperti demam berdarah dengue (DBD).

Saat membedah kedua buku secara offline, Rektor Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Pater Dr.Philipus Tule , SVD memberi apresiasi terhadap  kajian akademis tentang kearifan lokal dan pengetahuan tentang tumbuhan obat yang dimanfaatkan dalam konteks lokal maupun global.

Menurut Philipus, sesuai penelitian ramuan tradisional itu sukses menyembuhkan, namun ada beberapa kelemahan praktis dan konseptual, masyarakat masih percaya ada penyakit alamiah yang disebabkan oleh faktor alam, cuaca buruk, kemurkaan leluhur, magic, guna-guna, sihir dari pemilik ilmu hitam.

Hal itu disebabkan, masyarakat belum memiliki konsep tentang nyamuk sebagai pembawa penyakit malaria dan ancaman kesehatan yang membuat mereka tidak serius melakukan tindakan pencegahan dan pemberantasan nyamuk pembawa sakit malaria.

Lanjut orang nomor satu di Unwira itu,  masyarakat juga belum memiliki konsep yang memadai tentang sehat-sakit dan sembuh sehingga banyak kasus pengobatan malaria dilakukan tidak tuntas. 

Baca juga: Lalai Terapkan 4M, Wali Kota Keluarkan Sanksi Tegas Denda Hingga Rp 10 Juta

Baca juga: Kata Kotor Ustaz Maaher Terhadap Nikita Mirzani: Kenyataanya Perilaku Dia Lebih Tak Beradab

Masyarakat juga belum terbiasa mengolah bahan obat dengan komposisi yang terstandar. Di antaranya yang dibahas dalam buku tersebut, kasus kematian terjadi karena warga yang sakit diberikan ramuan dari pohon nimba. (Lapiran Reporter POS KUPANG.COM,Gerardus Manyella)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved