Flobamora Produktif di Masa Pandemi

Ketika OJK Mendapat 'Titipan Rindu' Rakyat NTT, 'Kami Sudah Bosan Miskin'

Kehadiran OJK di bumi Flobamora (Flores, Sumba, Timor, Rote, Alor) sebagai 'penyelamat' rakyat agar mau bosan hidup miskin.

Penulis: Benny Dasman | Editor: Benny Dasman
POS-KUPANG.COM/F MARIANA NUKA
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTT menggelar webinar edukasi bagi guru IPS tingkat SMP se-NTT, Jumat (16/10/2020) melalui aplikasi zoom. 

POS KUPANG, COM - TERCATAT rapi dalam agenda liputan saya. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mulai beroperasi di Nusa Tenggara Timur (NTT) 1 Desember 2013. Sudah hampir delapan tahun berkiprah. Merupakan satu dari 35 kantor OJK di Indonesia. Gubernur NTT saat itu, Drs. Frans Lebu Raya, menyebut kehadiran OJK di bumi Flobamora (Flores, Sumba, Timor, Rote, Alor) sebagai 'penyelamat' rakyat agar mau bosan hidup miskin.

Diksi 'penyelamat' terutama merujuk pada kasus di Flores Timur tahun 2009. Saat itu penghuni 'Nagi' (sebutan Flores Timur) 'bermandikan' air mata. Korban investasi bodong Lembaga Kredit Finansial (LKF) Mitra Tiara, pimpinan Niko Ladi.

Sejak beroperasi tahun 2009 hingga ditutup awal tahun 2013, LKF Mitra Tiara berhasil merampok uang 16 ribu nasabah. Sekitar 423 miliar rupiah. Tragis! Jumlah yang sangat fantastis untuk ukuran Flores Timur dan NTT yang kering kerontang. Salah satu kantong kemiskinan di Indonesia.

Siapa tidak tergiur dengan bunga 10 persen/bulan? Jika menabung di LKF Mitra Tiara, uang sebesar Rp 50 juta saja, Anda berhak mendapatkan bunga sebesar Rp 5 juta setiap bulan. Hanya butuh waktu sepuluh bulan untuk mengembalikan modal. Menggiurkan bukan? Ternyata malapetaka.

Niko Ladi pun divonis penjara. Melakukan pencucian uang dan menipu nasabah. 'Nyaman' di balik terali besi, Niko Ladi hingga kini belum 'mengeringkan' air mata para korban. Masih menetes. Bahkan akan terus menetes. Menanti kapan lembaran-lembaran rupiah yang hilang dikembalikan. Hanya waktu yang menjawabnya.

"Ini salah satu persoalan di NTT. Mau cepat kaya secara instan, masyarakat termakan iming-iming investasi menggiurkan. Apalagi dengan bunga tinggi. OJK agar advokasi rakyat NTT supaya tidak terjerumus lagi dalam 'kenikmatan' investasi bodong. Kami sudah bosan hidup miskin," titipan pesan Gubernur Frans saat itu.

Kepala OJK NTT saat itu, Winter Marbun manggut-manggut. Rupanya 'titipan' Gubernur Frans sangat pas. Mengaplikasikan nilai-nilai strategis OJK yang mulia dalam berkarya yakni independensi, profesionalisme, sinergi, inklusi dan visioner. Konkretnya, mewujudkan pertumbuhan sektor keuangan yang stabil, teratur dan inklusif di NTT.

Pun melindungi konsumen (rakyat NTT) agar tidak menjadi korban investasi keuangan ilegal atau investasi bodong. Saat ini, OJK Perwakilan NTT mensinyalir ada sepuluh perusahaan investasi ilegal yang "bermain" di wilayah NTT. Sepuluh perusahaan investasi ilegal ini berpotensi merugikan masyarakat. Kegiatan usahanya harus dihentikan.

Data Satuan Tugas (Satgas) Waspada OJK merilis 10 perusahaan itu terdiri dari PT Investasi Asia Future, Reksa Visitindo Indonesia, Indotama Future, Recycle Tronic. Selain itu, ada MIA Fintech FX, Berlan International Teknologi, Dobel Network International (Saverion), Aurum Karya Indonesia, Zain Tour and Travel serta PT Whatsapp Indonesia. Kapolda NTT, Irjen (Pol) Lotharia Latif mewanti-wanti. Masyarakat NTT jangan tergiur. Hati-hati jika investasi tersebut tampak menjanjikan keuntungan yang tidak wajar. "Pengawasannya oleh OJK," pesan Latif.

Penyerahan hadiah perlombaan yang diselenggarakan oleh OJK NTT dalam rangka Hari Indonesia Menabung di Kantor OJK NTT, Rabu (2/9/2020)
4 Lampiran
Penyerahan hadiah perlombaan yang diselenggarakan oleh OJK NTT dalam rangka Hari Indonesia Menabung di Kantor OJK NTT, Rabu (2/9/2020) 4 Lampiran (POS-KUPANG.COM / Humas OJK NTT)

Cerdas Keuangan di Masa Pandemi

OJK NTT menggebrak. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM), OJK intens menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan transfer knowledge dan terkait regulasi LKM di daerah.

Terkini, aneka kegiatan digelar. Menggema. Terutama agar rakyat NTT tetap produktif selama masa pandemi Covid-19 bergulir. Yang sangat terasa, OJK memaknai Hari Indonesia Menabung (HIM) tahun 2020. OJK NTT menggelar aneka perlombaan. Melibatkan seluruh pelajar di NTT. Heboh!

Kegiatan bergulir sejak awal Agustus 2020. Di antaranya Lomba Tiktok, Lomba Menyanyi "Menabung", Lomba Artikel dan Lomba Design Flyer mengusung tema Hari Indonesia Menabung. Para pelajar sangat antusias mengikutinya. Dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas/sederajat. Pungkasnya, deklarasi Aksi Pelajar Indonesia Menabung oleh pelajar tingkat SD, SMP dan SMA di NTT.

Kepala OJK Provinsi NTT, Robert Sianipar, sumringah ketika menyerahkan hadiah kepada para pelajar pemenang lomba di kantornya dua pekan lalu. Ramai dan semarak. Ajang itu sebagai kampanye menabung. Harapannya program "Satu Rekening, Satu Pelajar (KEJAR)" di NTT bisa terwujud. Dengan demikian, pelajar NTT menjadikan menabung sebagai budaya. Salah satu solusi keluar dari kemiskinan.

Kebiasaan menabung sedini mungkin, juga secara tidak langsung mengajarkan masyarakat, khususnya pelajar untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan keuangan. Pelajar yang identik dengan sikap komsumtif harus diedukasi untuk produktif. Itu semangatnya.

Tak berhenti di sini. Masih dalam semarak Bulan Iklusi Keuangan (BIK) 2020 di masa pandemi, Robert Sianipar juga menggelar webinar edukasi bagi para guru IPS SMP di Kota Kupang dan se- NTT. Menggandeng Pemerintah Provinsi NTT, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota seluruh NTT dan Forum Komunikasi Lembaga Jasa Keuangan Provinsi NTT.

Webinar melalui aplikasi zoom, Jumat (16/10/2020) itu, untuk meningkatkan pemahaman dan penggunaan masyarakat NTT terhadap prodak dan layanan jasa keuangan. Atau lebih dikenal dengan tingkat literasi dan iklusi.

Jelas. Perbedaan tingkat pemahaman dan tingkat penggunaan layanan jasa keuangan itu menyebabkan banyak masyarakat NTT terjerat penipuan. Tergiur penawaran investasi ilegal. "Kita tingkatkan pemahaman dan penggunaan masyarakat terhadap layanan jasa keuangan. Setelah paham, nanti indeks inklusinya meningkatkan," Robert Sianipar memberi pendasaran. Prinsip investasi adalah legal dan logis. Titik. Masyarakat jangan terjebak.

Bagi OJK NTT, menyemarakkan BIK 2020 bukan tanpa alasan. Berdasarkan hasil survei OJK tahun 2019, tingkat inklusi keuangan di NTT masih di bawah nasional. Tingkat inklusi keuangan secara nasional tahun 2019 sebesar 76,19 persen. Sedangkan Provinsi NTT sebesar 60,63 persen.

Data lainnya, indeks literasi atau pemahaman masyarakat NTT mengenai produk dan jasa keuangan hanya 60,6 persen. Artinya masih terdapat 34,4 persen masyarakat NTT yang tidak dapat mengakses layanan keuangan. Baik karena faktor penyebaran jasa keuangan formal yang tidak merata, stuktur geografis yang tersebar maupun keterbatasan persyaratan maupun pengetahuan keuangan yang rendah. Miris! NTT pun rentan termakan investasi bodong.

Solusinya tak lain terus menggalakkan edukasi. BIK 2020 pun disemaraki OJK NTT dengan menggelar virtual sport. Berlangsung hingga 31 Oktober 2020. Alasannya sederhana. OJK NTT menginginkan masyarakat NTT harus tetap produktif di situasi pandemi. Tetap sehat namun cerdas keuangan.

Virtual sport dibagi menjadi tiga bagian. Virtual Bike (10K), Run(5K), dan Walk (5K). OJK ingin mengenalkan lembaga jasa keuangan kepada masyarakat. Salah satu syarat wajib, peserta yaitu berfoto dengan latar belakang Industri Jasa Keuangan, seperti Kantor LJK, ATM, Gerai, dan lainnya. Juga mengkampanyekan budaya menabung.

Hebat. Meski limit peserta aplikasi quizizz hanya 500 orang, namun peserta yang mendaftar mengikuti kuis berjumlah lebih dari 500 orang. Magnetnya, hadiah-hadiah perlombaan dalam bentuk produk jasa keuangan seperti Tabungan Reguler, Tabungan Emas, Deposito, dan lainnya. Bahkan, bagi 600 pengirim dokumen virtual sport pertama mendapatkan tabungan emas. Pemenang diundi dari peserta yang memenuhi persyaratan pada 3 November 2020.

OJK NTT juga menggelar webinar bagi 1000 pelaku UMKM mengenalkan akses keuangan. Digitalisasi UMKM sangat diperlukan di situasi pandemi karena adanya kendala pembatasan fisik dan sosial. Bagi OJK NTT, UMKM harus tetap produktif dan mendapat akses dari lembaga keuangan. Tak kalah penting juga bagaimana memaasarkan produknya secara digital.

OJK NTT tak berhenti berkreasi. Kegiatan ikutan lainnya adalah Web-Seminar (webinar) Festival atau Webfest menyasar Anggota Persatuan Istri Tentara Provinsi NTT (Persit Provinsi NTT). Dipadukan pembukaan 50 rekening efek oleh PT Phillip Sekuritas Cabang Kupang kepada anggota Persit Provinsi NTT. Luar biasa!

Juga melakukan Webfest kepada nelayan dan pendamping nelayan se-Provinsi NTT. Sekaligus fasilitasi pemberian Kredit Merdeka PT Bank NTT melalui kegiatan business matching kepada 100 orang nelayan di NTT. Dirangkaikan pembukaan polis asuransi nelayan oleh Asuransi Jasindo Cabang Kupang kepada 100 orang nelayan di NTT.

Masih ada. OJK NTT juga menggelar webfest menyasar pelaku UMKM NTT dengan tema UMKM NTT Bangkit Bersama Teknologi Keuangan. Sekaligus memfasilitasi pemberian Kredit Modal Kerja oleh Perusahaan Financial Technology PT Amartha Mikro Fintek. Kegiatan besarnya adalah business matching. Digelar pula kampanye dan sosialisasi program inklusi keuangan, antara lain KEJAR, Ayo Ke Bank, Yuk Nabung Saham.

BIK 2020 NTT tak sekadar hura-hura. Apalagi seremonial atau basa-basi. Tidak. Mengusung tema 'Satukan Aksi Keuangan Inklusif untuk Indonesia Maju (AKSESSKU)', OJK NTT ingin mendorong agar LJK Provinsi NTT memiliki program khusus selama Bulan Oktober antara lain penjualan produk/jasa keuangan berinsentif melalui pemberian discount, cashback, point, bonus atau reward.

Selain itu, memfasilitasi pemberian kredit/pembiayaan bagi masyarakat serta pelaku usaha kecil dan mikro melalui kegiatan business matching; melakukan kegiatan akuisisi pembukaan polis asuransi; dan melaksanakan kegiatan edukasi keuangan melalui webinar.

Juga mendorong pembukaan rekening, pemberian kredit/pembiayaan serta penggunaan produk dan/atau layanan jasa keuangan. Meningkatkan pemahaman dan awareness masyarakat NTT terhadap produk dan/atau layanan jasa keuangan. Pun memublikasikan dan mengoptimalkan program-program inklusi keuangan.

Bagi Kepala OJK NTT, Robert Sianipar, aneka kegiatan BIK 2020 untuk menjawabi tantangan yang dihadapi NTT saat ini adalah bagaimana meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan, masyarakat. Bagaimana memetakan dan menjangkau masyarakat kecil, ultra mikro dan UMKM di berbagai pelosok yang membutuhkan bantuan keuangan dan dukungan kebijakan; dan bagaimana meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat dengan cara menumbuhkan permintaan.

Semangatnya, masyarakat NTT paham tentang produk dan jasa layanan keuangan. Selain itu,
bisa memperoleh akses keuangan dari lembaga keuangan yang ada sehingga membantu usaha dan meningkatkan kondisi perekonomian. NTT pun bisa keluar dari persoalan kemiskinan. Momok menakutkan saat ini.

SIMPEL NTT Rp 41 Miliar

Sangat beralasan. OJK NTT giat mengkampanyekan budaya menabung di NTT. Ada hasilnya. Total tabungan Simpanan Pelajar (SIMPEL) Bank NTT mencapai Rp 41 miliar. Total tabungan para siswa 304.037 rekening. Baik tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Produk ini baru dieksekusi di NTT, 22 Desember 2016.

Bermodalkan setoran awal minimal Rp 5.000, siswa dapat membuka rekening baru di Bank NTT. Bebas biaya administrasi, memiliki kartu ATM, Mobile Banking dan SMS Banking. Semuanya gratis. Setiap hari para siswa diminta menabung Rp 1.000.

Menariknya, total tabungan SIMPEL Rp 41 miliar itu menyebar di seluruh kabupaten/kota di NTT. Kantor Cabang Utama (KCU) Bank NTT di Kupang tercatat sebagai penyumbang terbesar. Total nominal mencapai Rp 4,6 miliar, dengan 19.556 tabungan simpel.

Bank NTT (tahun 2019) juga merilis penerimaan SIMPEL di setiap daerah. Maumere (Sikka) Rp 1,3 miliar (12.650 rekening). Atambua (Belu) Rp 894 juta (11.178 rekening). Ende (Ende) Rp 2 miliar (15.310 rekening). Waingapu (Sumba Timur) Rp 1,8 miliar (12,723 rekening).
Ruteng (Manggarai) Rp 1,5 miliar (12.723 rekening). Kefamenanu (Timor Tengah Utara) Rp 1 miliar (13.853 rekening). SoE (Timor Tengah Selatan) Rp 2,6 miliar (16.157 rekening).

Waikabubak (Sumba Barat) Rp 1,8 miliar (10.465 rekening). Lewoleba (Lembata) Rp 1,5 miliar (10.872 rekening). Larantuka (Flores Timur) Rp 2,7 miliar (17.722 rekening). Bajawa (Ngada) Rp 658 juta (10.444 rekening). Kalabahi (Alor) Rp 2,1 miliar (12.112 rekening).

Rote (Rote Ndao) Rp 1,6 miliar (5,982 rekening). Surabaya (Bank NTT Cabang Surabaya) Rp 8 juta (20 rekening), Kantor Cabang Kupang (KCK) mencapai Rp 1,7 miliar (15.397 rekening). Betun (Malaka) Rp 994 juta (18.358 rekening). Labuan Bajo (Manggarai Barat) Rp 1,5 miliar (11.277 rekening).

Waitabula (Sumba Barat Daya) Rp 1,2 miliar (15.083 rekening). Mbay (Nagekeo) Rp 1 miliar (10.822 rekening). Borong (Manggarai Timur) Rp 1 miliar (12.755 rekening). Anakalang (Sumba Tengah) Rp 1,1 miliar (5.583 rekening). Ba'a (Sabu Raijua) Rp 3 miliar ( 15.960 rekening) Oesao (Kabupaten Kupang) Rp 2,2 miliar (17.960 rekening).

Direktur Utama Bank NTT, Alex Riwu Kaho berharap para orang tua memanfaatkan produk SIMPEL ini untuk menabung dana pendidikan anak-anak. "Dengan tersedianya dana yang cukup, maka anak-anak tidak lagi diganggu oleh biaya pendidikan yang semakin hari semakin bertambah, apalagi di masa pandemi ini. Kita berikan reward kepada siswa yang rajin menabung," ujar mantan Direktur Kepatuhan Bank NTT ini.

Alex mengaku menggagas Program SIMPEL untuk membantu masyarakat NTT agar keluar dari garis kemiskinan. Persoalan klasik bidang ekonomi, disebutnya daya beli masyarakat NTT rendah. Tingkat kemiskinan masih tinggi, di kisaran 21%, serta pergerakan pertumbuhan ekonomi masih sangat lambat.

Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi NTT stagnan. Pada kisaran 5,05 persen-5,20 persen. Belum ada sesuatu yang membuat perekonomian bangkit. Pertumbuhan ekonomi NTT selama periode 2014 hingga 2019 berturut-turut 5,05 persen, 4,92 persen, 5,12, persen, 5,11 persen, 5,13 persen, dan 5,20 persen. Pertumbuhan ekonomi terakhir pada 2019 sebesar 5,20 persen, cukup baik atau berada di atas pertumbuhan nasional sebesar 5,02 persen.

Memang, diakui Alex, secara nasional diperkirakan melambat karena banyak indikasi. Salah satunya ekspor-impor. Namun untuk NTT ternyata masih di atas nasional. Masih stagnan karena kegiatan ekonomi masih melanjutkan dari sebelumnya.

"Menggandeng OJK, kita terus mengedukasi agar pelajar NTT menjadikan menabung sebagai budaya. Mengubah pola pikir masyarakat dari perilaku konsumtif menjadi produktif.  Ini salah satu upaya 'mengepung' kemiskinan yang kerap mendera NTT," tegas Alex sembari berterima kasih kepada OJK yang menggelar aneka kegiatan menyemarakkan BIK 2020 NTT, antara lain mengedukasi pelajar NTT untuk menabung.

Kepala OJK NTT Robert HP Sianipar bersama para pemenang Vlog Competition, Selasa (28/7/2020)
Kepala OJK NTT Robert HP Sianipar bersama para pemenang Vlog Competition, Selasa (28/7/2020) (Humas OJK NTT)

Restrukturisasi Kredit

Saya juga mencatat dan senang, OJK NTT juga melakukan upaya dalam meningkatkan ekonomi NTT di masa pandemi ini. Terkini, ketika mengikuti Forum Group Discussion (FGD) Optimalisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat ( KUR) dan Kredit Ultra Mikro (Umi) di Kantor Gubernur NTT Oktober 2020 lalu, manajemen OJK telah mengeluarkan Peraturan OJK No. 11/POJK.03/2020 sebagai stimulus agar debitur UMKM memiliki kesempatan untuk diberikan restrukturisasi kredit atau pembiayaan. Muaranya agar debitur memiliki peluang dalam mengembangkan usahanya di tengah pandemii saat ini. Restrukturisasi kredit itu membuat para debitur tersenyum.

Restrukturisasi kredit/pembiayaan dilakukan antara lain dengan cara penurunan suku bunga, perpanjangan jangka waktu, pengurangan tunggakan pokok, pengurangan tunggakan bunga, penambahan fasilitas kredit/pembiayaan dan/atau konversi kredit/pembiayaan menjadi Penyertaan Modal Sementara.

"Jadi, debitur sendiri yang mengajukan, kemudian dilakukan analisis oleh bank atau non bank (perusahaan pembiayaan) sesuai ketentuan internal dan ditetapkan apakah disetujui atau ditolak. Kita serahkan kepada masing-masing bank atau perusahaan pembiayaan," tandas Wakil Kepala OJK NTT, Setia Ariyanto, yang menghadiri FGD itu. Pun menjadi pembicara.

Setia menyampaikan perkembangan penyaluran KUR dan UMi di NTT. Realisasinya belum terlalu optimal. Hingga Juni 2020 hanya terserap sebesar 31,79 persen dari target penyaluran di tahun 2020.

Berdasarkan data restrukturisasi kredit perbankan, pada posisi Juni 2020, terdapat 42.142 debitur bank umum dengan nilai outstanding sebesar Rp3.731 miliar. Juga 379 debitur BPR dengan nilai outstanding sebesar Rp 64 miliar telah menikmati fasilitas restrukturisasi tersebut. Sedangkan dari data restrukturisasi kredit pembiayaan posisi Juni 2020 yang didapat dari IKNB, terdapat 7.213 debitur dengan nilai outstanding sebesar Rp 226,19 miliar, juga telah menikmati fasilitas restrukturisasi.

Tak berhenti di sini. OJK NTT juga mendorong implementasi subsidi bunga berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 85/PMK.05/2020 tentang Tata Cara Pemberian Subsidi Bunga atau Subsidi Margin untuk Kredit atau Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Bentuk kerja sama yang diberikan OJK yaitu menyediakan data SLIK debitur. Kemudian data itu divalidasi oleh Kementerian Keuangan beserta pemenuhan persyaratan lainnya. Dengan demikian, perbankan dan industri keuangan non bank (IKNB) dapat menetapkan debitur-debitur calon penerima, kemudian bisa melanjutkan dengan program subsidi bunga sesuai ketentuan pemerintah.

OJK NTT juga mengharapkan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Provinsi NTT yang telah dibentuk oleh Gubernur Provinsi NTT berperan aktif sebagai penghubung/katalisator peningkatan inklusi Keuangan, khususnya kepada pelaku mikro, kecil dan menengah yang terdampak Covid-19.

Kepala Biro Ekonomi dan Kerjasama Setda Provinsi NTT, Dr. Yusuf Lery Rupidara pun
mengapresiasi OJK NTT yang telah mengelarkan regulasi restrukturisasi kredit kepada para debitur perbankan di NTT. Memberikan sedikit nafas bagi UMKM di NTT untuk terus produktif di masa pendemi ini. Dengan demikian, selama masa pandemi ini, tidak membuat masyarakat NTT semakin banyak terjerumus dalam kemiskinan. Lery Rupidara mengharapkan perbankan dan IKNB melaksanakan proses restrukturisasi ini dengan baik, sesuai ketentuan.

Kepung Kemiskinan NTT

Tak perlu malu mengakuinya. Nusa Tenggara Timur (NTT) tercatat sebagai salah satu provinsi di negeri ini yang memiliki presentase penduduk miskin tertinggi ketiga, setelah Papua dan Papua Barat. Tercatat sekitar 1,1 juta orang miskin di daerah yang kini dipimpin Gubernur Viktor Laiskodat ini.

Hasil analisa Badan Pusat Statistik (BPS) NTT selama kurun waktu bulan September 2018 hingga Maret 2019 menyebutkan penduduk miskin di daerah perkotaan di NTT pada September 2018 sebesar 9,09%, turun menjadi 8,84% pada Maret 2019. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2018 sebesar 24,65%, naik menjadi 24,91% pada Maret 2019.

Secara rata-rata, rumah tangga miskin di NTT pada Maret 2019 adalah 5,84 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya garis kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata sebesar Rp 2.183.704/rumah tangga miskin/bulan.

Untuk garis kemiskinan, pada Maret 2019 tercatat sebesar Rp 373.922/kapita/bulan dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp 292.305/kapita/bulan (78,17 persen). Sementara dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 81.617/kapita/bulan atau 21,83 persen.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di NTT pada Februari 2019 mengalami kenaikan 3,10% dibandingkan Februari 2018 dan Agustus 2018 dengan kenaikan masing-masing sebesar 0,12% poin dan 0,09% poin. Tingkat pengangguran terbuka di NTT juga mengalami peningkatan mencapai 3%.

Kepala BPS NTT, Darwis Sitorus menyebut persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan presentase penduduk miskin. Namun dimensi lain juga perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan itu sendiri.

"Indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan sedangkan indeks keparahan kemiskinan mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin," jelas Darwis.

Menyikapi angka kemiskinan di NTT, Gubernur Viktor Laiskodat merilis pernyataan terbaru dan sangat menohok. Viktor menyatakan kemiskinan di NTT sebagai dampak dari mental buruk warga dan pemimpinnya. "Miskin itu hasil penjumlahan dari PEMALAS ditambah dengan BODOH. Jika kita mengaku miskin, sekaligus juga mengatakan bahwa kita PEMALAS dan BODOH," ujar Gubernur Viktor pada seremoni panen perdana jagung hasil Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) di Desa Poto, Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, Jumat (30/10/2020).

Gubernur Viktor pun mengultimatum semua pejabat di NTT untuk bekerja serius dan mengikuti irama kerjanya bergerak cepat 'mengepung' kemiskinan sehingga tahun 2022 nanti ekonomi NTT tumbuh, stunting hilang dan kualitas kesehatan masyarakat semakin baik. "Ini resolusi," tegasnya.

Staf Khusus Gubernur NTT Bidang Ekonomi, Prof. Dr. Daniel D Kameo, bahkan berbicara blak- blakan. Menurutnya, data sekitar 1,1 juta rakyat NTT masih miskin itu harus diterima. Suka atau tidak suka. Tak perlu malu.

Di mata Prof. Daniel penyebutan data 1,1 juta rakyat NTT miskin itu harus jelas. Diksinya begini, "Yang benar itu, ada 1,1 juta orang Katolik dan Protestan di NTT yang miskin. Itu cara omong yang benar." Apa maksudnya? Supaya gereja ikut mengambil bagian dalam membebaskan umatnya dari jeratan kemiskinan.

"Kita juga harus tunjuk jari ke gereja. Bukan hanya tunjuk gubernur, bupati, walikota, camat dan kepala desa. Dengan demikian, gereja juga ikut bertanggungjawab memberantas kemiskinan di NTT. Gereja jangan tidur. Teologinya dari mana," tandas Prof. Daniel di Amfoang pekan lalu.

Semangatnya, OJK NTT terus berkomitmen berkontribusi memerangi kemiskinan di NTT, terutama agar tetap produktif di masa pandemi ini. Komitmen OJK ini juga mengaplikasi pesan Gubernur Viktor Laiskodat ketika meresmikan gedung OJK NTT yang baru di Jalan Tempelo Kupang, 15 November 2019, "Bantu saya entaskan kemiskinan NTT."

Pasti, suatu saat, NTT tidak lagi diplesetkan sebagai Nanti Tuhan Tolong tetapi menjadi Nikmat Tiada Tara. Semua rakyat NTT sudah bosan hidup miskin. Bukan mimpi! (benny dasman)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved