Berita Ende Terkini
Tangis Berbuah Manis, Pengusaha Kripik Singkong di Ende Bangkit, 'Tunggu Bantuan Kapan Kerja'
Rumah hijau di kompleks Perumanas Kota Ende saksi bisu perjuangan Ibrahim Hasan dan empat puluh lima karyawan-karyawatinya bertah
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oris Goti
POS-KUPANG.COM | ENDE - Rumah hijau di kompleks Perumanas Kota Ende saksi bisu perjuangan Ibrahim Hasan dan empat puluh lima karyawan-karyawatinya bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Sebelum pandemi Covid-19, setiap hari rumah itu ramai dengan aktivitas membuat kripik dari singkong. Karyawan-karyawati sibuk dengan tugasnya masing-masing. Mereka legah ketika kripik-kripik selesai dikemas dan siap dikirim.
Sehari mereka bisa memproduksi kurang lebih satu ton kripik. Kripik-kripik tersebut didistribusikan di wilayah Kabupaten Ende hingga ke luar daerah dalam wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Namun, ketika pandemi Covid-19 mulai melanda, Ibrahim galau. Kripik singkongnya sepi orderan, dampak akses keluar masuk ke daerah-daerah dibatasi dan para mitra berhenti langganan.
Puncaknya pada pada bulan April 2020, mereka berhenti produksi kripik singkong.
Dengan berat hati, Ibrahim merumahkan hampir semua karyawan-karyawatinya. Hanya dua orang yang tetap dipekerjakan untuk menjaga rumah itu dan alat-alat produksi.
Tidur tak tenang, bangun pun tak nyaman, Ibrahim gundah memikirkan nasib karyawan-karyawatinya. Ibrahim selalu menyempatkan waktu mengunjungi karyawan-karyawatinya.
Kepada POS-KUPANG.COM di tempat usahanya di kompleks Perumnas Kota Ende, Selasa (3/11/2020), Ibrahim menuturkan, pandemi Covid-19 membuat mereka menangis.
"Saya datangi karyawan-karyawati, kami menangis. Pandemi Covid-19 telah merubah kehidupan kami. Tapi saya minta mereka tetap tegar dan sabar. Pandemi Covid-19 ini bencana bagi semua orang," kata Ibrahim.
Kembali Bangkit Tanpa Bantuan Lembaga Manapun
Dalam situasi yang serba sulit, Ibrahim beranikan diri kembali hidupkan kripik Madani, meski pandemi Covid-19 belum berakhir. "Siapa yang tau pandemi ini akan berakhir tapi saya harus berbuat sesuatu demi keluarga saya demi karyawan-karyawati saya," ujarnya.
Ibrahim mengaku tidak ada bantuan dari lembaga baik swasta maupun pemeritah untuk usaha.
"Diawal-awal Covid-19 ada pendataan dari Dinas Perindustrian untuk bantuan, tapi sampai sekarang tidak ada. Kalau saya mau tunggu bantuan kapan saya mau bekerja, bagaimana nasib karyawan-karyawati," ungkapnya.
Jelang ramadhan-Idul Fitri, Ibrahim memanggil tujuh karyawan-karyawatinya untuk kembali bekerja. Kripik Madani mereka distribusikan ke kios-kios kecik dalam Kota Ende saja. "Yah yang harganya seribu lah, situasi saat itu belum bisa yang besar-besar," ungkapnya.