Eks Pengungsi Timor Timur Betah di NTT, Tak Mau Hidup Susah di Timor Leste, Beras Saja dari Kupang
Di Kupang , Nusa Tenggara Timur dan daerah lain di NTT , mereka hidup dengan bertani , berternak bahkan tidak sedikit yang menjadi karyawan
Di desa itu, ia tinggal bersama 3000 orang lainnya yang sama-sama mengungsi dari Timor Leste pasca referendum 1999.
"Saya dulu di Timor Leste di Kabupaten Viqueque," katanya.
"Saya pindah sama keluarga, mengungsi ke negara Indonesia. Termasuk bapak, mama, istri, anak semuanya ikut," ungkap mantan petani ini kepada ABC.
Bapak empat anak ini masih ingat betul bagaimana dirinya tiba pertama kali di Noelbaki.
"(Saya) sedih karena kita pisah dengan keluarga, artinya kurang lebih ya 3-4 bulan itu kami masih sedih," katanya.
"Setahun pertama kami datang ke sini itu kegiatan tidak ada, karena dipikirnya itu akan kembali ke Timor-Timur (Timor Leste) lagi, makanya tidak ada aktivitas hanya tunggu saja bantuan kemanusiaan."
Muhajir benar-benar tak mencari mata pencaharian atau melakukan aktivitas selayaknya orang yang memulai hidup baru.

"Tidak ada aktivitas seperti buat kebun, tanam sayur atau apa karena tadinya pengen mau pulang," kisahnya.
Muhajir juga menceritakan bagaimana ia sampai di Kupang.
Ia mengatakan, bahwa mereka menumpang kapal TNI, bergabung bersama para pengungsi lain dari sejumlah kabupaten.
"Kira-kira seribu lebih orang ada di kapal itu. Itu semua orang dari beberapa kabupaten yang pro-integrasi mereka mengungsi bersama, ada 3 kapal perang TNI (yang digunakan mengungsi) seingat saya," tuturnya.
Muhajir memang sedikit beruntung karena mendapatkan rumah sederhana yang hanya ditinggalinya dengan keluarganya.
Sementara, pengungsi lain terpaksa berbagi rumah dengan satu atau bahkan 6 keluarga lain, padahal ukuran rumah darurat itu tak luas.
"Satu rumah ada yang ukuran 4x4, 4x6, tapi semuanya kami usaha sendiri," katanya.
Namun di pengungsian, mereka tetap harus berjuang sendiri memenuhi kebutuhan hidup.