Opini Pos Kupang

Pemuda dan Pilkada 2020

Sejarah dunia adalah sejarah orang muda, jika angkatan muda mati rasa, matilah semua bangsa" (Pramoedya Ananta Toer)

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Pemuda dan Pilkada 2020
Dok POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

Beberapa alasan para pemuda harus berperan dalam pilkada 2020 adalah; pertama, para pemuda mempunyai idealis serta mampu berpikir kritis sehingga mampu menjadi pengawal pilkada 2020 agar bersih, tanpa politik uang dan juga hal-hal lain yang melanggar hukum.

Generasi muda juga tentu mempunyai keberanian untuk melaporkan kepada penyelenggara ketika menemukan pelanggaran pilkada 2020 nanti.

Kedua, para pemuda harus menghapus pikiran bahwa politik itu kejam. Karena untuk merubah suatu tatanan kehidupan perlu dilalui melalu proses politik, salah satunya lewat pilkada.

Para pemuda harus menyadari diri sebagai generasi penerus bangsa, yang tentunya untuk menjadi pemimpin di Indonesia harus melalui proses politik yang panjang. Anak muda yang penuh gagasan dan kreativitas perlu menuangkannya dalam gagasan kebijakan ketika menjadi pemimpin di masa depan. Juga menjadi garda terdepan dalam mensosialisasikan pilkada 2020 dengan metode yang kreatif sehingga bisa mengajak anak muda lain untuk berpartisipasi dalam pilkada 2020.

Ketiga, Pendidikan generasi muda lebih luas. Ada banyak informasi yang mereka miliki dan pahami, ditambah penguasaan terhadap media sosial. Ini akan menjadi modal sosialisasi pilkada 2020 untuk terus meningkatkan partisipasi masyarakat melalui media sosial.

Atau melalui jaringan-jaringan yang dimiliki generasi muda, seperti organisasi, komunitas dan juga kegiatan kegiatan yang cenderung dilakukan oleh generasi muda. Jika sudah banyak generasi muda yang berpartisipasi aktif dalam pilkada 2020 maka tidak menutup kemungkinan akan meningkatkan angka partisipasi masyarakat dalam pemilu.

Penguatan Peran Politik Para Pemuda

Sebagaimana momentum historis Sumpah Pemuda, peristiwa tersebut merupakan hasil pergumulan panjang pemikiran pemuda tentang nasib bangsanya yang terjajah. Nasionalisme sebagai sebuah pemikiran baru telah menarik minat yang sedemikian besar karena telah menjadi ciri mentalitas golongan pemuda yang menyukai tantangan dan ide-ide baru yang progresif.

Mentalitas dan energi yang besar ini harus dijiwai dan digerakkan dalam kesadaran sosial untuk mematikan perilaku pasif dan apatis termasuk didalamnya pada aktivitas politik.

Pemuda adalah kelompok yang memiliki idealisme yang tinggi, mempunyai posisi yang kuat, posisi yang tidak mudah digoyahkan, independen dan mardeka. Sebagai pemuda yang peduli akan tanah kelahiran, sudah semestinya pemuda tidak lagi menjadi penonton yang baik, yang siap menerima setiap keputusan yang ada. Seolah-olah tidak peduli dengan siapapun yang akan memimpin, bagaimana program kerjanya dan bagaimana pula dengan janji politik yang telah dijanjikannya sewaktu kampanye.

Pemuda harus turut mengawal setiap proses pilkada 2020 yang akan berlangsung dalam beberapa bulan kedepan.

Akhirnya mau kemana arah pemuda kita bisa mengingat dan merenungi yang pernah diutarakan Soe Hok Gie, di dunia ini ada dua pilihan, pertama menjadi orang yang apatis, atau menjadi opportunis, dan Soe Hok Gie memilih menjadi orang yang merdeka. Karena dalam jiwa merdekalah kemampuan memilih itu ada.

Tentu saja jiwa merdeka itu butuh ruang persemaian yang subur berupa kebebasan mengekspresikan gagasan. Mempunyai akar yang kuat dengan kapasitas pikiran yang berkualitas. Serta ranting dan dahannya yang menaungi sekitarnya dengan kepedulian yang tinggi pada dinamika sosial politik masyarakatnya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved