Berita Mbay Hari Ini

SMAN 1 Boawae Launching Buku Antalogi Puisi Suara Kecil dari Kaki Ebulobo

Pihak SMAN 1 Boawae telah melaunching buku antalogi puisi Suara Kecil dari Kaki Ebulobo

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/GORDI DONOFAN
Suasana saat launching buku antalogi puisi suara kecil dari Ebulobo di SMA Negeri I Boawae, Rabu (28/10/2020). 

POS-KUPANG.COM | MBAY -- Pihak SMAN 1 Boawae telah melaunching buku antalogi puisi Suara Kecil dari Kaki Ebulobo.

Buku yang merupakan karya siswa-siswi SMAN tersebut dilaunching saat acara seminar dan pergelaran literasi di SMAN 1 Boawae Jalan Trans Ende-Bajawa Desa Raja Timur Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo, Rabu (28/10/2020).

Pelaunchingan buku itu juga bertepatan dengan hari sumpah pemuda dan perayaan bulan bahasa di sekolah tersebut.

Baca juga: Gakkumdu Putuskan Dugaan Pelanggaran Pemilu di Desa Naitimu Tidak Memenuhi Unsur Pidana

Kepala SMA Negeri I Boawae, Gerardus Satu, S.Pd menjelaskan, gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dicanangkan Kemdikbud melalui Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekertisemakin hari semakin menampakkan gaungnya.

Dari jenjang SD sampai dengan SMA/SMK, para guru dan siswa berlomba-lomba menyukseskan program GLS, yang muaranya adalah penumbuhan budaya baca sejak dini.

Baca juga: Pemkab Lembata Tetapkan Leuwayan Jadi Desa Budaya

Literasi merupakan kemampuan mengakses, mencerna, dan memanfaatkan informasi secara cerdas. Penumbuhan budaya baca menjadi sarana untuk mewujudkan warga sekolah yang literat, dekat dengan buku dan terbiasa menggunakan bahan bacaan dalam memecahkan beragam persoalan kehidupan.

"Pertanyaannya adalah, apa sesungguhnya sasaran GSL? Apa manfaatnya bagi siswa khususnya dan bagi bangsa umumnya? Membaca dan menulis adalah dua hal yang saling mengadandaikan. Seorang yang jarang baca, bisa saja menghasilkan tulisan. Sangat bisa. Namun, ketahuilah hasil tulisan itu akan terasa hambar, dangkal dan kering. Pembaca bakal "tersesat" dalam sebuah logika berpikir yang tumpang tindih," ujarnya.

Ia menyebutkan lain hal dengan seorang penulis yang juga seorang pembaca yang tekun. Ia akan menulis seperti halnya air yang mengalir dari hulu sampai ke muara.

"Enak dibaca, dimengerti dan tulisannya diingat sampai kapanpun," ujarnya.

Ia menyatakan berdasarkan data yang dilansir dari laman republika.co.id menurut data BPS, menunjukkan jumlah waktu yang digunakan anak Indonesia dalam menonton televisi adalah 300
menit per hari.

Jumlah ini terlalu besar dibanding anak-anak di Australia yang hanya 150 menit per hari dan di Amerika
yang hanya 100 menit per hari. Sementara di Kanada 60 menit per hari. Menanggapi hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Salah satu hal penting yang tertuang dalam peraturan tersebut yaitu kewajiban membaca buku non teks pelajaran selama 15 menit sebelum jam pembelajaran dimulai setiap hari di sekolah.

Berdasarkan amanat itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) meluncurkan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

Selain itu, ada Perpres Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Perpres ini menjabarkan tentang pentingnya membangun budaya literasi dalam kaitan dengan penguatan pendidikan karakter.

Lewat gerakan literasi ini, menjadikan bangsa kita sebagai bangsa yang berkualitas, bijaksana dan berdedikasi tinggi.

"Kehadiran buku "Suara Kecil Dari Kaki Ebulobo" adalah salah satu tanda yang mengyakinkan kita bahwa anak-anak NTT khususnya anak Nagekeo bisa berkarya. Mereka mampu membahasakan bahasa kehidupan secara nyata dan sederhana," tegasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved