Opini Pos Kupang
Menghidupkan Lagi Semangat Sumpah Pemuda
HUT Sumpah Pemuda tahun ini dirayakan dalam suasana prihatin akibat Pandemi Covid-19 dan keterpurukan ekonomi sebagai dampaknya
Oleh : Frans X. Skera, Warga Kota Kupang
POS-KUPANG.COM - HUT Sumpah Pemuda tahun ini dirayakan dalam suasana prihatin akibat Pandemi Covid-19 dan keterpurukan ekonomi sebagai dampaknya.
Catatan sejarah mengingatkan kita bahwa pencetusan Sumpah Pemuda 92 tahun lalu juga penuh tantangan. Sekelumit gambaran tentang latar belakang lahirnya Sumpah Pemuda, kiranya dapat menginspirasi untuk menghidupkan lagi semangat persatuan dan kejuangan kita, guna menghadapi masa sulit dewasa ini.
Menjelang Konggres Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Belanda berhasil menebarkan perpecahan di kalangan pemuda sehingga muncullah berbagai pergerakkan kedaerahan seperti Jong Java, Sumatera Bond, Sekar Rukun dan Jong Makasar.
Baca juga: Antrean Panjang di SPBU Kambaniru Sumba Timur Akibat Kelangkaan Bensin
Politik "divide et impera" ini, diharapkan dapat melemahkan perjuangan para pemuda. Tidak itu saja, Belanda juga membuat rakyat semakin tertekan dengan menangkap Bung Hatta dan mengasingkan dr. Cipto Mangunkusumo, serta menghalang-halangi Gerakan Serikat Islam.
Namun sikap represif Belanda dibalas penggalangan satu front persatuan yaitu Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Selanjutnya atas inisiatif beberapa tokoh pemuda, seperti Muhamad Yamin, Sujono Hadinoto, J. Leimena, W.R. Supratman, Rohyani dan Adnan K. Gani dipersiapkanlah satu konggres yang bertujuan membahas upaya persatuan Indonesia.
Baca juga: Yohanes Rumat Kecewa dan Perihatin Dengan Jembatan Wae Musur Belum Dimanfaatkan
Meskipun Belanda bertekad membatalkan konggres, para pemuda akhirnya berhasil melaksanakan Konggres Pemuda pada pukul 23.00 Wib tanggal 28 Oktober 1928, yang menghasilkan Proklamasi Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa Indonesia.
Dalam keputusan konggres itu, dicantumkan alasan utama yaitu : "Kemauan untuk bersatu telah mengatasi alasan-alasan lain seperti Sejarah, Bahasa dan Hukum Adat (Soeloeh Indonesia: 7 November 1928).
Pelajaran pertama yang dapat dipetik ialah kesadaran akan adanya perbedaanlah yang mendorong kesadaran untuk bersatu guna menghadapi setiap usaha dan tantangan besar bangsa. Kenyataan bahwa Indonesia bhineka adalah satu axioma. Kebhinekaan merupakan kekayaan bangsa yang harus terus dipelihara.
Pelajaran kedua, para pemuda pencetus Sumpah Pemuda yang rata-rata berumur dibawah 30 tahun telah menghasilkan satu pikiran besar yang dampaknya luar biasa bagi perkembangan Bangsa dan Negara Indonesia.
Mereka menyadari betul bahwa untuk menghadapi penjajah Belanda yang rapih organisasinya, dan lengkap persenjataannya, tuntutan untuk bersatu adalah satu keniscayaan. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Semangat juang dan tekad para pemuda untuk bersatu inilah, yang harus menjiwai dan menggerakkan kita untuk bersatu, saling bahu membahu membantu Pemerintah yang tengah giat-giatnya memberantas Covid-19 dan memulihkan perekonomian.
Fakta bahwa Ibu Pertiwi sudah menerima begitu banyak peti jenazah korban Covid- 19. Ribuan keluarga saat ini gelisah dan takut karena ada orang yang dicintai yang sedang berjuang untuk tetap hidup di rumah sakit.
Banyak orang menganggur karena kehilangan pekerjaan dan banyak pula yang tak tentu nasibnya menghadapi masa depan suram, kalau pandemi tidak segera berlalu. Ini bukan saja kisah pilu, tetapi juga tantangan besar bangsa dewasa ini.
Beruntung, dimasa krisis begini, Bangsa Indonesia memiliki sosok pemimpin sederhana, jujur dan peka terhadap yang menderita, dalam diri Presiden Joko Widodo.
Dia tahan banting karena sudah tertempa berbagai kesulitan masa kecil, sehingga tetap tenang, tabah dan bijaksana menakhodai bahtera Bangsa menantang gelobang besar pandemi dan krisis ekonomi. Meski terguncang dan oleng tetapi masih bisa terkendali, dan penumpangnya masih aman bertahan, walau sejumlah kecil terhempas.
Pemerintahan Presiden Jokowi telah bekerja keras untuk menyelamatkan begitu banyak penderita dan mencegah supaya tidak banyak yang tertular. Guna tetap menggerakkan roda ekonomi, bantuan dana dan barang diberikan kepada yang kurang berdaya dan mengucurkan dana bagi UMKM dan Koperasi serta mendorong pertanian rakyat yang punya kontribusi besar.
Singkatnya, Preside Jokowi telah mengerahkan seluruh kemampuannya dan sumber daya yang tersedia agar segera terbebas dari Covid-19 dan memulihkan pereknomian.
Disaat sulit begini, harusnya seluruh komponen bangsa bersatu mendukung dan menjaga agar Sang Nakhoda tetap segar, sehat dan bijaksana mengemudikan bahtera keluar dari terpaan gelombang dengan selamat.
Namun apa yang kita saksikan, sepertinya ada sementara orang/kelompok yang mengail diair keruh. Alih-alih salahkan Pemerintah dan bahkan ingin menjatuhkannya. Berbeda pendapat sah dalam alam demokrasi, tetapi tentu harus taat konstitusi dalam pengungkapan dan penyampaiannya. Menggunting dalam lipatan adalah tindakan kurang terpuji.
Sebenarnya sudah nampak sejak Pilkada DKI, Pilpres, kehadiran KAMI dan demonstrasi tolak Omnibus Law, serta beberapa fenomena yang patut diwaspadai yaitu, pertama, adanya upaya terencana untuk membenturkan berbagai elemen bangsa, guna menciptakan suasana khaos (kacau) sehingga Presiden Jokowi dituduh tidak mampu memimpin Bangsa Indonesia.
Kedua, adanya tindakan anarkis yang mengarah ke makar guna menggantikan Pemerintahan yang sah. Pengrusakan berbagai fasilitas umum, pembakaran dan penjarahan saat demonstrasi, adalah wujud nyatanya.
Ketiga, nampak adanya upaya dan tindakan yang mengancam keutuhan NKRI dan Pancasila sebagai dasar Negara. Pembubaran HTI adalah tindakan tegas Pemerintah menjawab usaha sementara orang yang ingin merubah Pancasila.
Banyak orang lalu bertanya : "faktor apa yang menyebabkan Presiden Jokowi dimusuhi dan siapa saja penggeraknya ? Terlampau lama berkubang dilumpur kotor membuat sementara orang terbiasa dan begitu menikmatinya.
Ketika ada orang yang suka kebersihan menggelontorkan air untuk membersihkan lumpur, marahlah mereka yang selama ini terbiasa dan suka kekotoran. Dengan demikian jelas bahwa kejujuran, ketulusan, kesederhanaan dan keberpihakan Jokowi pada rakyat adalah sumber utama kegaduhan dan perlawanan selama ini. Tentu tidak boleh dilupakan hasrat untuk berkuasa.
Para koruptor yang terbiasa menggarong uang rakyat, ruangnya sudah sangat dibatasi sejak berkuasanya mantan pengusaha mebel ini. Mereka dikejar dan dicegah KPK serta harta haramnya mulai diusut. Uang hasil korupsi yang tersimpan di luar negeri terus diuber.
Belum lagi aset-aset mahal negara yang selama puluhan tahun dikelola yayasan-yayasan yang sangat merugikan negara. Begitu juga dengan
Demikian juga para mafia migas sudah tidak bisa lagi berfoya-foya dengan uang gampang sejak Petral dibubarkan dan saham Freeport dikuasai sebahagian besar sahamnya oleh Negara. Selain itu kelompok kecil radikal terus berupaya mengganti Pancasila, walaupun harus disadari juga bahwa ancaman terhadap Pancasila bisa juga karena sikap acuh tak acuh (indifferent) masyarakat terhadap Pancasila.
Sehubungan dengan itu, berbekal semangat juang dan persatuan yang ditunjukkan para pemuda 92 tahun lalu, mari kita buktikan rasa cinta tanah air dan Bangsa, dengan bertekad untuk, pertama, mendukung kerja keras Presiden Jokowi memerangi Covid- 19 dan memulihkan perekonomian Bangsa.
Disiplinlah memakai masker, menjaga jarak, hindari kerumunan dan rajin mencuci tangan untuk mencegah Covid-19. Sehubungan dengan upaya pemulihan ekonomi, kepada yang bertugas supaya tertib menggunakan anggaran, segera sampaikan bantuan kepada yang membutuhkan dan tidak menyalahgunakan wewenang untuk menyelewengkan anggaran Negara.
Kedua, ancaman terhadap Pancasila masih tetap ada. Mengingat Pancasila hanya bisa bertahan kalau kadar pengetahuan dan pengamalannya baik, maka mari bertekad membumikan nilai-nilai Pancasila dengan melakukan perbuatan-perbuatan Pancasila (Pancasila in action).
Pancasila tidak bisa sakti karena pidato, seminar, diskusi dan seruan pemimpin, tetapi karena dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi jika nampak dalam keteladanan para pemimpin. Ketiga, korupsi, kolusi, nepotisme dan suap masih merupakan penyakit kronis yang terus menggerogoti kehidupan bangsa dan menyengsarakan rakyat.
Mari bertekad membantu Pemerintah membasmi KKN/Suap dengan mulai dari diri sendiri. Didik anak-anak kita supaya berlaku jujur di rumah, sekolah dan lingkungan masyarakat. Faktor contoh dan keteladanan yang baik dari orang tua, guru, pemuka agama/masyarakat, dan pemimpin di semua tingkatan sangat berperan dalam memerangi KKN/suap.
Akhirnya, semangat juang dan persatuan pemuda dahulu, bisa kita jadikan acuan untuk terus berjuang agar bisa berdisiplin, tidak saja untuk mentaati protokol kesehatan, tetapi juga disiplin dalam hidup, berkarya, berpemerintahan, berbangsa dan bernegara. Memang dibutuhkan perjuangan untuk bisa disiplin, karena disiplin bukan bawaan dari lahir.
Sikap dan tanggungjawab untuk mematuhi tata tertib, peraturan, kaidah dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dan Negara, haruslah ditumbuh kembangkan melalui faktor "ajar" atau pendidikan sejak dini, dirumah, sekolah dan masyarakat.
Disiplin adalah sumber utama kemajuan satu bangsa. Negara Jepang dan Korea yang miskin sumber daya alam, tetapi SDM-nya disiplin dalam sikap dan perbuatan, terbukti merupakan negara-negara maju.
Maukah kita maju dan berkembang ? Tentu, karenanya mari belajar dan berjuang untuk bisa disiplin dalam sikap dan tindakan. Kalau bangsa lain bisa, mengapa kita tidak ? Semoga. (*)