Salam Pos Kupang
Waspada DBD
MENJELANG peralihan musim, NTT sangat rentan atau rawan terjadi penyakit deman berdarah dengue ( DBD)
POS-KUPANG.COM - MENJELANG peralihan musim, NTT sangat rentan atau rawan terjadi penyakit deman berdarah dengue ( DBD). Seperti kita ketahui, sejumlah daerah di NTT yang rawan mewabahnya menyakit DBD di antara wilayah/daerah kabupaten se daratan Pulau Sumba, sejumlah daerah di Pulau Flores, juga kabupaten di daerah di wilayah Pulau Timor.
Pemicu DBD karena kondisi lingkungan yang kurang bersih, dan juga karena faktor siklus alam yang mana pada setiap perlalihan musim akan muncul/mewabah penyakit DBD sehingga masyarakat rentan terkena penyakit ini.
Namun sebenarnya masyarakat bisa menekan merebaknya wabah penyakit demam berdarah dengan menerapkan pola sikap hidup bersih dengan menjaga lingkungan agar selalu dan tetap bersih.
Baca juga: Hujan Lebat Guyur Satar Mese Selama 2 Hari Longsor di Ruas Jalan Provinsi Papang-Pongkor
Masyarakat bisa menerapkan pola hidup bersih, menjaga lingkungan tetap bersih di antaranya dengan menerapkan pola 3M, yakni mengubur barang bekas agar tidak menjadi median untuk hidupnya jentik nyamuk, menguras air secara berkala agar jentik nyamuk tidak hidup, dan menutup tempat penampung air seperti drum, toren air, kendi air. Hal ini agar nyamuk tidak bisa bertelur dan besarang dalam tampungan air.
Kita ketahui bersama, di wilayah Kabupaten Sikka mewabahnya penyakit DBD sering merenggut banyak korban jiwa. Bahkan setiap tahun menjadi KLB (kejadian luar biasa) DBD.
Baca juga: Pemkab Belu Siapkan Dana Rp 9 M Aktifkan Posko Pemantauan Covid-19
Pemerintah melalui instansi teknis diharapkan selalu mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap dan selalu waspada terhadap wabah penyakit DBD, terutama pada setiap peralihan musim.
Peringatan ini menjadi sangat penting agar masyarakat selalu waspada, dan tetap menjaga pola hidup sehat termasuk menerapkan pola 3M yang sudah dianjurkan pemerintah untuk menekan berkembangbiaknya jentik nyamuk penyebab deman berdarah.
Peringatan pemerintah melalui instansi teknis dinas kesehatan cq instansi UPT di bawahnya, misalnya puskesmas, puskesmas pembanu (pustu) serta polindes (poliklinik desa) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat di tingkat bawah harus bisa memfollow up program ini melalui sosialisasi 3M yang gencar.
Mengapa unit pelaksan teknis/UPT ditingat bawah ini dijadikan ujung tombak untuk sosialisasi program 3M? Karena sebagai ujung tombak di lapangan, UPT kesehatan tersebut selalu melayani pemeriksanaan kesehatan di tingkat bawah.
Karena itu, UPT wajib untuk terus dan selalu mengingatkan kepada warga masyarakat mendukung program pemberantasan penyakit DBD dengan pola 3M.
Selain itu, pemerintah melalui instansi teknis agar menyalurkan kelambu kepada masyarakat di daerah/wilayah rentan DBD seperti wilayah daratan Pulau Sumba, juga di wilayah Flores, khususnya di Kabupaten Sikka serta di wilayah Kabupaten Lembata, dan di wilayah daratan Pulau Timor.
Pembagian kelambu sangat penting agar masyarakat bisa memanfaatkan kelambu saat tidur agar bisa terhindar dari gigitan nyamuk DBD. Selain itu, menekan serangan nyamuk DBD bisa dengan melakukan fogging. (*)