Penanganan Covid
Dua Ribu Sampel Antre di RSUD WZ Johannes Kupang, Dua Kasus Baru Covid-19 di NTT
Dua ribu sampel antre di RSUD WZ Johannes Kupang, dua kasus baru Covid-19 di NTT
Dua ribu sampel antre di RSUD WZ Johannes Kupang, dua kasus baru Covid-19 di NTT
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Saat ini ada dua ribu sampel yang sedang antre di RSUD WZ Johannes Kupang untuk dilakukan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi seseorang terpapar Covid-19 atau tidak.
"Ada kurang lebih dua ribu sampel yang mengantre untuk dites dari 21 kabupaten/kota, minus Sabu Raijua" ungkap Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Provinsi NTT, David Mandala, S.Kep, Ns, Mkes kepada Pos Kupang, Jumat (16/10/2020).
Disebutkan, banyaknya sampel yang antri di RS WZ Johanes harus dibantu sehingga bisa terurai.
Baca juga: Pemerintah Periksa 43.305 Spesimen Sehari
"Teman-teman di RS. WZ Johannes ini punya keterbatasan. Oleh karena itu Dinas Kesehatan Provinsi sudah membantu menambah 8 tenaga analis ke sana. Tenaga- tenaga yang direkrut dinas kesehatan itu sudah dilatih," tambahnya.
David juga menjelaskan, pihaknya sudah berdiskusi dengan Direktur RS W Z Johanes, untuk menambah shift dari 2 menjadi 3 sehingga membantu mengurai penumpukan sampel.
Baca juga: Rela Kembali ke Ile Kerbau, Lembata: Mimpi Kristo, Kopi Bakan Mendunia
Strategi berikut tambah David, agar sampel -sampel tidak membebani mesin RT-PCR yang cuma satu dengan kapasitas 95 sampai 96 sampel sekali perlakuan, maka sebagian sampel dikirim ke Balai Besar Teknik Lingkungan dan Pengendalian Penyakit di Surabaya untuk diperiksa.
"Kita mau alat ini juga jaga, jangan sampai jadi aus dan rusa. Puji Tuhan, beberapa kali pengiriman ini pemeriksaannya cepat dan kita bisa dapatkan hasilnya" ujar David.
Jika semuanya dipaksakan untuk periksa di RS WZ Johanes, lanjut David, akan terjadi penumpukan sampel sehingga menyebabkan waktu tunggu menjadi lama.
"Nah kalau waktu tunggu yang lama ini bisa menyebabkan keterlambatan kita dalam tracing dan treatment. Misalnya orang sudah dalam satu kelompok datang dari daerah merah kemudian dia memenuhi kriteria untuk diperiksa swabnya tapi hasilnya datang terlambat. Orangnya tidak isolasi dan sudah berjalan kemana -mana tiba -tiba keluar hasilnya positif, terlambat kan? Oleh karena itu kita harus cari alternatif -alternatif lain untuk menyelesaikan persoalan ini" ungkap David.
Saat ini, lanjut David, sampel yang sudah ada di RS. WZ Johanes diselesaikan pihak RS. Jika ada tambahan kiriman sampel maka pihak UPT Labkes langsung mengambil untuk dikirim ke Surabaya.
Terkait kehadiran Laboratorium Biomolekuler di NTT, menurut David sangat membantu meningkatkan kemampuan tes di NTT. Misalnya pada saat sampel datang, tidak langsung ke RS. WZ Johanes tetapi dikirim dulu ke laboratorium biomolekuler untuk discreening.
Setelah discreening lanjutnya, kalau yang hijau tidak perlu dites. Tapi yang merah baru kita kirim ke RS Johannes sehingga betul -betul kita tidak membuang waktu orang yang negatif untuk diperiksa di sana sehingga membuat tumpukan sampel seperti saat ini.
"Jadi prosedurnya kita ubah, terlebih dahulu ke laboratorium biomolekuler di Undana, setelah itu discreening kalau merah kita teruskan ke RS Johannes dan yang hijau berarti selesai" pungkasnya.