Berita Kupang Hari Ini
Pius Weraman Berharap Dengan Hadirnya Laboratorium Pool Test Dapat Membantu Masyarakat di NTT
Pius Weraman, M.Kes menyampaikan dengan adanya laboratorium qPCR Pool Test di Kota Kupang ini semoga dapat membantu masyarakat NTT
POS-KUPANG.COM | KUPANG-- Ketua Perhimpunan Ahli Epidemologi Indonesia (PAEI) Cabang NTT, Dr. Pius Weraman, M.Kes menyampaikan dengan adanya laboratorium qPCR Pool Test di Kota Kupang ini semoga dapat membantu masyarakat NTT.
"Laboratorium qPCR Pool Test yang diresmikan Pak Gubernur hari ini, artinya bahwa NTT sudah memiliki laboratorium yang cukup untuk dapat mendeteksi secara dini baik itu masyarakat di Kota maupun di desa sekalipun," ujarnya kepada POS-KUPANG.COM, Jumat (16/10/2020).
Dr Pius mengatakan bahwa, qPCR ini sangat membantu, sehingga alangkah baiknya diarahkan ke daerah-daerah wisata seperti di Labuan Bajo yang menjadi pusat keramaian sekaligus pusat pariwisata yang dapat dilakukan secara cepat dan tepat untuk bisa membenahi sistem surveilance yang baik untuk jalur udara, laut maupun darat.
Baca juga: Realisasi Penerimaan Pajak NTT Tumbuh Minus 4,71 Persen
Ia menjelaskan, ketika kita melihat dari aspek sistem surveilance yang berlangsung untuk Covid-19 ini. Kata Pius, untuk surveilance ini merupakan kegiatan terus menerus secara sistematis yang dapat lakukan pengumpulan data, analisis data, kemudian pengolahan dan interpretasi serta distribusi untuk peruntukan.Hal ini yang menjadi fokus untuk kegiatan penangan Covid-19 ini.
Dikatakan Pius, pengumpulan data ini sangat tergantung pada sumber daya manusia. Jadi, sumber daya manusia yang lebih diutamakan pada petugas kesehatan yang berhubungan dengan sampel yang diperoleh.
Jadi, kata Pius, untuk sampel ini biasanya dikerjakan oleh analis kesehatan.
Baca juga: TNI Ajarkan Warga Desa Alas Selatan Buat Tempe
Analisis kesehatan yang akan melakukan pemeriksaan terkait dengan Covid-19, sekaligus mereka yang bertugas untuk mendeteksi baik itu virus, bakteri dan jamur.
Lebih lanjut, Kata Pius, pemeriksaan virus ini melalui qPCR yang membutuhkan tingkat ketelitian dan validitas yang tinggi untuk dapat mendeteksi secara baik. Supaya hasilnya bisa diketahui dengan cepat dan tepat sesuai dengan kamampuan yang dimiliki oleh orang yang berkompeten di bidangnya.
Menurut Dr Pius, untuk pengumpulan data ini berhubungan dengan persiapan seperti, peralatan yang dibutuhkan, kemampuan pemeriksanya.
Kemampuan orang yang bertindak untuk memeriksa, tentu saja sudah memiliki ijazah akhir analis, artinya dirinya mempunyai kompetensi dibidang pemeriksaan.
Untuk bidang pemeriksaan ini, bisa saja menjadi eror yang tinggi jika, kemampuan orangnya yang tidak teliti atau validitas dan kredibilitas yang kurang diketahui oleh orangnya, maka akan terjadi gangguan pada prosesnya atau eror.
Eror yang dimasud itu, seperti alat-alat yang digunakan, misalnya qPCR atau TCM yang digunakan, tapi awalnya tidak distandarisasi dengan kualitas dan yang tidak memenuhi syarat-syarat pemeriksaan, maka akan terjadi eror pada alatnya. Sehingga baik human eror maupun instrumen eror, itu akan beresiko terhadap penentuan diagnosis. Karena diagnosis atau alat pendukungnya itu adalah qPCR atau TCM, maka seharusnya kamampuan manusianya baik dan alatnya baik berarti diagnosisnya akan ditegakan secara pasti
Terkait dengan menganalisis dan memberikan informasi kepada masyarakat, Dr Pius mengungkapkan, seharusnya ditampilkan secara baik. Biasanya ditampilkan secara tabel grafik atau pemetaan. Tetapi dalam kasus Covid-19 ini atau penyakit menular, harus menggunakan grafik garis untuk menentukan kapan terjadi pikasus dan ledakan kasus yang akan terjadi ketika menghitung dalam waktu tertentu.
Misalnya, dalam harian, bulanan atau tahunan ataupun jam, itu bisa mengetahui puncak kasus akan terjadi. Tetapi untuk Covid-19 ini, agak sulit untuk menentukan puncak kasusnya, karena puncak kasus untuk Covid-19 berdasarkan epidemologi penyakit ternyata fluktuasi penyakitnya tidak dapat ditentukan secara konstan. Sehingga sulit untuk menentukan kapan berakhir, kapan naik dan kapan turun.
"Semuanya sangat tergantung dari mobilitas pada penduduk itu sendiri, serta ketaatan pada protokol kesehatan. Jika tidak taat pada protokol kesehatan, maka fluktuasi ini akan tetap terjadi dan tidak dapat memprediksi dan memastikan waktunya," bebernya