Berita Sumba Timur Terkini
Perjalanan Partai Golkar Sumba Timur: Ketika Beringin Tua itu Tak Pernah Lengah Bertunas
Pada tahun 2008 tokoh Golkar Sumba Timur, Ir. Umbu Mehang Kunda meninggal. Saat itu menjadi pukulan bagi Golkar di Sumba Timur, karena kehilangan soso
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/WAINGAPU - Usia Partai Golkar sudah setengah abad lebih (1964-2020), tatkala dalam perjalanan dan kiprahnya, partai yang lahir di orde baru ini terus membenahi diri. 56 tahun bukan waktu yang singkat, apalagi bagi partai politik.
Secara umum, berakhirnya rezim orde baru tahun 1998, maka situasi politik Indonesia berubah. Terjadi reformasi politik di tanah air yang juga menembus sampai ke pelosok-pelosok.
Ketegangan politik terjadi juga di NTT. Bermunculan banyak partai politik membuat Golkar semakin teruji pada tantangan tersendiri. Namun, partai berlambang pohon beringin ini bisa melewati tantangan dan tantangan maupun turbulensi politik kala itu hingga eksis sampai saat ini.
Khususnya perjalanan Partai Golkar di Kabupaten Sumba Timur, boleh dibilang diterpa tidak goyah, dijepit pun tidak kempis.
Partai ini mengalami masa kejayaan saat daerah ini dinahkodai oleh Ir. Umbu Mehang Kunda (Alm).
Kita juga tidak menafikan sejumlah tokoh Golkar lainnya di Sumba Timur yang berpengaruh, antara lain, Harumbu Kapita (Alm), M.D Tipa (Alm), Natan Tunggu Djama, Palulu Pabundu Ndima dan lainnya.
Keberlangsungan partai juga teruji dari pemilihan umum (pemilu) ke pemilu.
Pada Pemilu legislatif tahun 1999 Golkar Sumba Timur berhasil meraih 10 kursi di legislatif, kemudian tahun 2004 menjadi 11 kursi.
Pada tahun 2008 tokoh Golkar Sumba Timur, Ir. Umbu Mehang Kunda meninggal. Saat itu menjadi pukulan bagi Golkar di Sumba Timur, karena kehilangan sosok militansi. Tidak dipungkiri juga bahwa ketika Mehang Kunda tiada, terjadi pergeseran perolehan kursi di DPRD Sumba Timur pada pemilu 2009.
Saat itu kursi Partai Golkar yang sebelumnya 11 turun menjadi 9 kursi. Posisi ini rupanya sulit dipahami oleh para elit Golkar Sumba Timur, karena penurunan kursi masih terjadi lagi di pemilu tahun 2014, yakni dari 9 kursi menjadi 8 kursi.
Niscaya delapan kursi ini tetap dipertahankan di pemilu tahun 2019 kemarin.
Melihat grafik perolehan kursi di legislatif, rupanya ketokohan masih menjadi salah satu indikator di Sumba Timur. Namun, Partai Golkar sama sekali tidak menonjolkan figur, tetapi lebih melirik pada pengkaderan.
Tentu jika dilihat bahwa partai ini mengalami kejayaan atau keemasan ditahun 2004-2009.
Ketua Harian DPD Partai Golkar Sumba Timur, Ali Oemar Fadaq yang ditemui, Rabu (14/10/2020) mengatakan, perlu dipahami bahwa Partai Golkar ini adalah partai kader bukan partai figur. "Kami tidak pernah menonjolkan seseorang. Partai ini tanpa pemilik dan kalau ada rotasi kepengurusan tidak mempengaruhi sampai akar rumput," kata Ali Fadaq.
Ali Fadaq sendiri bergabung di Partai Golkar pada tahun 2004 , yang sebelumnya ia bersama Partai Demokrasi Indonesia (PDI), yang saat ini PDIP. Ali Fadaq ada di legislatif dari PDI pada tahun 1997-1999.
Saat masuk di Golkar, Ali Fadaq turut menyumbang satu kursi di legislatif pada tahun 2004 sehingga kursi di DPRD Sumba Timur dari 10 kursi di tahun 1999 naik menjadi 11 kursi di pemilu tahun 2004.
"Kejayaan Golkar terasa karena kita rebut kembali kemenangan di tahun 2004, dengan semangat Mari Bung Rebut kembali. Kita saat itu rapatkan barisan dan menang dengan perolehan kursi dan suara terbanyak. Itulah awal saya bergabung dengan partai berlambang beringin ini," tutur Ali Fadaq.
Bukan tanpa alasan, saat menjadi kader Partai Golkar, Ali Fadaq langsung dipercayakan sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Sumba Timur.
"Di Partai Golkar ini kami dididik agar selalu ada bersama rakyat, sehingga bisa menyuarakan aspirasi rakyat," katanya.