Dokumen Rahasia Terungkap, AS Manfatkan Indonesia yang Dituduh Bantai 200.000 Penduduk Timor Leste
Isinya mentranskripsikan pertemuan Presiden Ford dan Menteri Luar Negeri Kissinger dengan Suharto pada 6 Desember 1975 di mana mereka secara eksplisit
Dokumen Rahasia Terungkap, AS Manfatkan Indonesia yang Dituduh Bantai 200.000 Penduduk Timor Leste
POS KUPANG.COM -- Operasi seroja yang digelar Tentara Indonesia dalam penyerbuan ke Timor Timur menyisahkan cerita kelam masa lampu
Lembaran hitam Indonesia di bumi Lorosae itu ternyata melibatkan Amerika dan Inggris. Amerika merupakan kekuatan utama yang memanfaatkan situasi hingga tentara Indonesia dituduh membantai warga bumi Lorosae
Pada 7 Desember 1975, Indonesia mengivasi Timor Leste, di mana lebih dari 200.000 orang dilaporkan tewas dalam serangan tersebut.
Hal itu dikatakan sebagai genosida terburuk pada abad ke-20 menurut komisi Penyelidikan Timor Leste.
Hal itu pula dipandang sebagai pelanggaran hak asasai manusia selama kependudukan.
Akan tetapi menurut Democracy Now, otak dari tindakan itu ternyata berasal dari Amerika, di mana pemerintah Amerika bekerja dari balik layar dalam insiden itu.
Pemerintah Timor Leste yang sudah mengetahui hal itu pun, meminta parlemen menahan informasi itu.
Dokumen-dokumen tersebut menunjukkan para pejabat AS mengetahui rencana invasi tersebut hampir setahun sebelumnya.
Mereka mengungkapkan bahwa pada tahun 1977 Administrasi Carter memblokir deklasifikasi dokumen.
• Ayah Kandung Betrand Peto Ungkap Perlakuan Ruben Onsu,Manis di Depan Kamera,Ternyata Begini Faktanya
• Sudah Daftar Pra Kerja? Ini Cara Cek Lolos Kartu Prakerja Gelombang 10, Kapan Gelombang 11?
• Komunitas Bela Diri asal Indonesia di Timor Leste jadi Geng Jalanan dan Pemerintah Sampai Keteteran
• CEK RAMALAN ZODIAK ANDA Hari ini,Senin 5 Oktober 2020:Cancer Emosi Tinggi, Pisces Kecelakaan Kecil
Isinya mentranskripsikan pertemuan Presiden Ford dan Menteri Luar Negeri Kissinger dengan Suharto pada 6 Desember 1975 di mana mereka secara eksplisit menyetujui invasi tersebut.

Arsip Keamanan Nasional menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada komisi penyelidikan Timor Leste tentang pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi antara tahun 1975 dan 1999.
Tahun 2005 Presiden Timor Leste saat itu, Xanana Gusmao memberikan laporan komisi kepada Parlemen Timor-Leste tetapi ingin laporan itu dirahasiakan dari publik.
Dalam laporan yang dimuat The Observer dikutip dari The Guardian , pasukan Indonesia yang terkait dengan pembantaian itu berada di bawah program rahasia Amerika.
The Observer melaporkan Amerika menghabiskan dana sekitar 1 juta pound (Rp19 Miliar), untuk melatih 50 pasukan militer Indonesia di Inggris.