Recovery Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Wayan Target 3 Juta Wisatawan
PARIWISATA Nusa Tenggara Timur ( NTT) terdampak wabah virus Corona ( Covid-19). Jumlah wisatawan menurun
POS-KUPANG.COM - PARIWISATA Nusa Tenggara Timur ( NTT) terdampak wabah virus Corona ( Covid-19). Jumlah wisatawan menurun. Sejumlah objek wisata ditutup. Pemerintah Provinsi NTT melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif gencar membangun kembali sektor pariwisata yang sempat stagnan.
Bagaimana kondisi pariwisata di masa pandemi? Upaya apa yang dilakukan untuk menghidupkan pariwisata NTT? Apa target yang hendak dicapai?
Jurnalis Pos Kupang Michaella Uzurasi mewawancarai Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT, Dr Ir Wayan Darmawa, MT dalam acara Ngobrol Asyik Bersama Pos Kupang, Rabu (30/9). Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana kondisi pariwisata NTT?
Tetap berjalan meski perlahan. Sektor ekonomi kreatif mengalami perkembangan yang signifikan selama masa pandemi.
Ada berapa destinasi pariwisata NTT?
Kita memiliki yang sudah teridentifikasi sebanyak 1378 destinasi wisata. Dari jumlah tersebut 54 persennya adalah destinasi wisata alam, misalnya pantai yang indah, pegunungan yang eksotik ada Komodo, Kelimutu dan Nemberala.
• Sinergi Demi Pemenuhan Air Bersih
36 persen itu adalah destinasi budaya. Kampung adat, rumah adat, situs-situs sejarah. Sisanya itu destinasi minat khusus dan destinasi buatan seperti destinasi minat khusus, misalnya nanti kita akan memilih di kawasan Timau yaitu observatorium untuk melihat bintang di langit gelap.
Itu salah satu minat khusus, terus juga ada pusat-pusat riset penelitian tentang geologi, situs sejarah, termasuk yang buatan ada Bendungan Raknamo. Nanti bendungan yang juga sangat eksotik yaitu Temef, terus ada juga beberapa destinasi yang disiapkan terkait dengan konteks pembangunan seperti agrowisata yang memang telah disiapkan. NTT memiliki destinasi wisata kelas dunia terbanyak di Indonesia.
• Penambahan 2 Pasien Covid-19 di Sikka dari Pelaku Perjalanan Sudah Berbaur dengan Warga 3 Bulan
Kita memiliki situs sejarah binatang purba Komodo, danau tiga warna Kelimutu, kita juga punya rumah adat, punya kampung adat yang masih terpelihara bagus. Belum lagi kita memiliki warisan budaya yang sangat luar biasa. Tenun ikat itu sangat bervariasi satu lokasi dengan yang lainnya.
Belum lagi nanti akan ada potensi-potensi wisata baru seperti herbal karena wisatawan sesungguhnya itu berwisata untuk meningkatkan kualitas hidup. Jadi, kualitas hidup yang dicari itu bukan saja persoalan keindahan tetapi ada juga persoalan di kuliner.
Ada juga misalnya terpenuhi ekspektasinya di budaya, ada yang di herbal.Di NTT bervariasi dan itu menjadi salah satu kekuatan kunci dalam pembangunan kesehatan di NTT ke depan dengan mengedepankan kita kembali ke alam.
Belakangan ini banyak rumah adat yang terbakar. Tanggapan Anda?
Rumah adat dulu biasanya dibangun disertai dengan pelestarian lingkungan. Ada pohon-pohon di sekitarnya. Jadi, rumah adat posisinya sangat aman, jauh dari aktivitas-aktivitas yang sangat padat.
Nah, sejalan dengan perkembangan yang ada, banyak rumah adat sekarang ini sudah sangat dekat dengan aktivitas yang padat secara ekonomi. Itu yang pertama.
Kedua, dari aspek keamanan bangunan. Kalau dulu, orang memang sudah memperhitungkan, misalnya dia bangun rumah adat, walaupun dapurnya di rumah adat, dia sudah memproteksi dan menyiapkan pengaman-pengaman yang menurut kearifan lokal itu cukup aman.
Dalam perjalanan ini kan kadang-kadang pakai listrik yang secara teknis bisa saja menyebabkan, karena kebakaran rumah adat kan juga terjadi di tempat-tempat yang menggunakan alang-alang.
Jadi mungkin ini salah satu yang kita dorong karena kemarin sudah ada kebakaran juga kita mengharapkan nanti desain rumah adat yang nanti akan dibangun harus mempertimbangkan aspek -aspek yang berkaitan dengan keamanan jaringan listrik kalau menggunakan listrik tetapi juga mempertimbangkan karena rumah adat kalau kita menggunakan dapur di rumah itu perilakunya kan tidak boleh samadengan yang rumah biasa gitu.
Kadang-kadang masyarakat itu kan hidup dalam dua dimensi dimensi adat kadang- kadang dimensi rumah biasa.
Ini yang kadang menimbulkan ketidakhati-hatian yang bisa saja menimbulkan percikan api. Tapi dari informasi yang ada memang kebakaran-kebakaran yang ada itu bermacam-macam penyebabnya sehingga bukan hanya satu saja sehingga dibutuhkan sebuah kajian yang komperhensif bagaimana pengamanan kampung-kampung adat yang menggunakan lebih banyak menggunakan kayu dan rumput-rumputan terutama alang-alang.
Apa upaya Dinas Pariwisata masalah kebakaran kampung adat?
Kami tentu bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan terutama di bidang kebudayaan dan pemerintah kabupaten juga komunitas adat tentu terus mendorong untuk bagaimana melakukan langkah-langkah pembangunan rumah adat dengan baik.
Jadi salah satu yang sudah didorong oleh Bapak Gubernur adalah bagaimana PU Cipta Karya mencari solusi pembangunan untuk manakala ada peluang kebakaran, akan mendapatkan penanganan yang cepat sehingga sejalan dengan kondisi yang ada sekarang tentu di rumah adat bagaimana kita bisa menyiapkan tempat-tempat air untuk mengantisipasi manakala ada terjadi kebakaran.
Kolaborasi kreatif apa yang sudah dilakukan dengan masyarakat untuk tetap mempertahankan kestabilan pariwisata di tengah pandemi?
Sesuai dengan kebijakan Bapak Gubernur, pembangunan pariwisata ini kan berbasis masyarakat. Jadi, sejak awal memang kerjasama membangun paiwisata kita adalah menggunakan pendekatan masyarakat.
Satu contoh pemerintah telah membangun tujuh cottage untuk mendukung percepatan peningkatan pariwisata. Membangun resto dan juga membangun amenitas dan juga meningkatkan pelatihan dan pengelolanya itu melibatkan masyarakat tidak dikelola oleh pemerintah.
Yang berikut juga kami terutama dengan ekonomi kreatif kita telah melakulan kerjasama. Kami mengundang bagaimana mitra-mitra ekonomi kreatif memanfaatkan aset-aset potensi yang dimiliki dinas untuk digunakan untuk ajang promosi. Kami telah membentuk sebuah rumah ekonomi kreatif Victory di Kelimutu itu kerjasama dengan masyarakat di Koanara.
Kami menandatangani kesepakatan itu bulan lalu. Kami juga telah melakukan kemitraan dengan dapur kelor. Kami dalam proses penandatanganan kerjasama dengan 105 UMKM untuk memanfaatkan aset -aset yang dimiliki dinas pariwisata terutama di Lasiana.
Kami juga sedang bekerja sama dengan pengusaha untuk mengganti sedotan dari plastik dengan sedotan dari rumput yang kebetulan bahan bakunya ada di NTT.
Salah satu yang sedang kita dorong adalah bagaimana melakukan kolaborasi dengan mitra strategis di pusat antara lain kami telah melakukan kerjasama dalam rangka pemasaran digital dan juga meningkatkan kualitas destinasi dengan kementerian desa daerah tertinggal dan tramsmigrasi khususnya dirjen daerah tertinggal.
Saat ini beberapa destinasi di Sumba dia sudah menggunakan pemasaran digital dan juga menggunakan sistem IT di destinasi. Ini tentu kita terus dorong.
Misalkan saat ini provinsi lain masih stagnan dan kita terus bergerak, apakah ke depannya bisa menyalip?
Dengan kebijakan Bapak Gubernur mengajak kemarin ada diskusi dan ada dukungan luar biasa dari China bahwa akan ada penerbangan langsung. Ini satu kekuatan. Kita ini kan destinasinya luar biasa. Kami sedang mempelajari ternyata 90 persen wisatawan China itu sangat suka dengan pantai, nah kita kan memberikan pilihan.
Pantai seperti apa yang diminta, pantai lima dimensi ada di Praimadita, pantai tiga dimensi ada di Semau. Di propinsi lain kan tidak ada pantai dengan pasir putih dan batu warna warni. Hanya ada di NTT. Kami sedang menyiapkan bukunya terutama menyambut kunjungan wisatawan China 2021 yang akan ada peberbangan langsung.
Apa target yang hendak dicapai?
Kita targetkan di tahun 2023 itu 3 juta wisatawan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/ngobrol-asyik-bersama-pos-kupang-dengan-tema-recovery-pariwisata-nusa-tenggara-timur.jpg)