G30S PKI
DARAH MUNCRAT Membasahi Tubuh & Wajah Saya: Simak Kisah Bapa Tengkorak, Pembantai Anggota PKI
Hal ini pun meninggalkan luka yang mendalam bagi para pelaku maupun korban karena berdampak juga bagi keluarga.
POS KUPANG, COM- Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) meninggalkan catatan kelam bagi sejarah bangsa.
Ada begitu banyak orang yang terlibat dan merasakan kelamnya peristiwa tersebut.
Hal ini pun meninggalkan luka yang mendalam bagi para pelaku maupun korban karena berdampak juga bagi keluarga.
Kebijakan pemberantasan terhadap orang-orang dari Partai Komunis Indonesia (PKI) dan para simpatisannya menyulut pembunuhan di Jawa dan Bali hingga menyebar ke daerah-daerah di seluruh Indonesia.
Seusai kejadian tersebut, pembunuhan terjadi di daerah-daerah di seluruh Indonesia.
Para algojo atau penjagal muncul sebagai eksekutor untuk membunuh orang-orang dari Partai Komunis Indonesia (PKI) atau mereka yang dicap sebagai PKI.
Salah satunya adalah di daerah Maumere, Nusa Tenggara Timur dengan salah satu saksi yang dipanggil penduduk sekitar dengan nama 'Bapa Tengkorak'.
Seseorang mengisahkan kesaksiannya sebagai algojo pembunuh orang-orang PKI di Maumere, Nusa Tenggara Timur.
Saksi laki-laki ini mempunyai nama panggilan di daerahnya dengan nama 'Bapa Tengkorak'.
Ia telah bekerja sebagai buruh di Pelabuhan Maumere, Nusa Tenggara Timur (kini benama Pelabuhan Lorens Say).
Pekerjaan yang ia lakukan telah puluhan tahun ia jalani.
Ia mengaku pernah dipenjara karena membunuh pamannya pada 18 Maret 1963.
Alasan ia membunuh karena dirinya tak mau membagi uang hasil penjualan ikan.
Bapa Tengkorak kemudian menebas pamannya dengan kelewang saat sedang berdua di warung.
Karena pembunuhan tersebut, ia dihukum penjara 12 tahun.