Terkait Gizi Buruk dan Stunting, Epy Sebut Pemerintah Harus Berani Ambil Risiko
Kasus tunting adalah bawaan sejak lahir dari genetik orangtua yang menghasilkan generasi stunting
Penulis: Yeni Rachmawati | Editor: Kanis Jehola

POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Kasus tunting adalah bawaan sejak lahir dari genetik orangtua yang menghasilkan generasi stunting. Stunting tidak hanya dimensi tubuh tapi berpengaruh pada kognitivitas yang rendah dan membuat tidak bisa berpacu mengelola alam pikirannya menuju ke normal.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Kupang, Epy Seran, menyampaikan hal ini kepada POS-KUPANG.COM, Kamis (24/9/2020).
Kemudian, kata Epy, terkait gizi buruk berdasarkan fakta data-data yang ada, pemerintah bisa mengalokasikan sejunlah dana untuk menyelesaikan persoalan ini.
• DPRD Sebut Pemerintah Lalai Atasi Gizi Buruk dan Stunting di Kota Kupang
Menurutnya dalam menyelesaikan persoalan ini tidak bisa secara parsial melainkan harus komprehensif. Selain menyelesaikan persoalan inti gizi buruk, tapi juga harus memerhatikan stuasi kehidupan keluarga tersebut.
"Darimana mereka berasal, tempat tinggalnya, bagaimana lingkungannya, ketersediaan air bersih, baru kita berbicara tentang kondisi atau strata ekonomi keluarga. Jika persoalan ekonomi, maka pemerintah juga lewat OPD yang lain membuat bantalan ekonomi untuk membuat orang-orang bisa bertahan dengan kehidupan ekonomi rumah tangganya. Kalau tidak stunting hanya bisa diselesaikan secara parsial," ujarnya.
• Bawaslu Sumba Barat Imbau 4 Paslon Harus Jadi Teladan Tegakan Aturan Dan Protokol Kesehatan
Dari segi anggatan, Epy mendukung bila ada kenaikan tapi harus adanya basis data yang cukup kuat. Jadi tidak sekedar menyebut angka, tapi sejauhmana kategorisasi gizi buruk dari tingkat pertama hingga lanjutan.
Untuk itu perlu ada konsep penanganan yang jelas, kecepatan dan ketepatan, distribusi dan stabilisasi harus terus dijaga.
Kata Epy, Pemerintah pun harus berani dengan mengambil risiko dengan tanda petik mengeluarkan sejumlah uang yang cukup besar untuk menyelesaikan masalah ini dan pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, harus bergandeng tangan dengan swasta dan lainnya.
Menurutnya dengan CSR-CSR yang ada harus menyentuh hal-hal ini. Karena masa depan bangsa ada pada generasi penerus yaitu anak-anak. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yeni Rachmawati)