Berita Mbay Terkini
Tidak Ada Jaringan Internet, Siswa di Keotengah Susah Belajar Via Daring
kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara online atau Daring sulit diterapkan di daerah terpencil yang tidak miliki jaringan internet.
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Ferry Ndoen
POS-KUPANG.COM | MBAY -- Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara online atau Daring sulit diterapkan di daerah terpencil yang tidak miliki jaringan internet.
Untuk mendapatkan jaringan internet mereka harus rela berjalan kaki dari kampung hingga perbukitan.
Masyarakat di kampung-kampung tentu tidak mudah mendapat jaringan internet sebagus di kota-kota besar di Indonesia.
Penerapan belajar online rupanya sangat sulit diterapkan karena fasilitas dan infrstrukturnya sangat tidak mendukung.
Sejumlah pelajar memang sangat membutuhkan akses internet murah di masa kebiasaan baru untuk KBM online, karena KBM tatap muka rupanya belum bisa dilaksanakan lantaran pandemi Covid-19 belum berakhir.
Memasuki era kehidupan new normal saat ini, semua anak mesti belajar dari rumah, namun kondisi internet di pedesaan belum tentu sama kualitasnya dengan di perkotaan.
Di Kampung Mbaenuamuri Kecamatan Keotengah Kabupaten Nagekeo Provinsi NTT misalnya, pelajar kewalahan terkait akses jaringan internet yang sangat sulit.
Hal itu dialami oleh Natalia, siswi salah satu SMA di Keotengah. Natalia sangat susah mencari jaringan internet untuk mengerjakan tugas sekolah.
Natalia mengaku sering kewalahan mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui aplikasi WA maupun ruang guru akibat ketiadaan jaringan internet.
Natalia mengaku terkadang kuota internet yang ia beli habis percuma dan biasa membeli kuota seharga 75 ribu rupiah, namun kuota tentu ada batasnya.
Natalia mengaku pasrah karena memang kondisinya demikian. Meskipun tidak bisa akses jaringan internet, dirinya tetap semangat belajar pada buku yang ada.
"Apalagi kalau kuota kan ada batasnya. Ketika habis, ya tidak bisa akses internet," ujar Natalia kepada POS-KUPANG.COM Selasa (15/9/2020).
Ia mengatakan masalah itu bukan menjadi hal baru karena sejak adanya jaringan internet, sebagian wilayah Keotengah belum menikmati jaringan telepon seluler dan internet.
Warga Mbarnuamuri, Viktor, mengatakan, di desa Mbaenuamuri dan beberapa desa sekitar, warga selalu mengeluhkan jaringan internet. Kondisi itu tentu sangat sulit ditengah majunya dunia teknologi.
"Di sini jaringan internet susah. Warga selalu mengeluh jaringan internet," ujarnya.