Opini Pos Kupang
Uang Milliar Beredar Musim Pilkada
Sekarang musim Pilkada. Uang milliar beredar. Wajar. Masyarakat di sembilan kabupaten senang. Ini di NTT
Sumber bahaya itu ada dalam Nafsu yang ingin berlebihan dari yang seharusnya. Korupsi berawal dari Nafsu ini yang mau makan lebih dari porsi yang ada. Korupsi juga berasal dari Nalar yang suka beri pertimbangan yang tidak masuk akal, putar-balik. Dana untuk pembangunan dipreteli untuk perongrongan. Merongrong pertumbuhan dan menghambat pengembangan.
Sumber bahaya yang lain ada dalam Naluri. Kejadian yang namanya kolusi itu muncul dari Naluri untuk lebih pentingkan hubungan darah, hubungan daerah dan hubungan dana. Dia ini keluarga saya, dia utama biar kurang pantas (fit) dan kurang layak (proper).
Hasil `fit and proper test' tinggal di laci untuk laporan dan arsip. Naluri yang tidak seimbang ini muncul karena sang calon yang terpilih sudah terbelit oleh keluarga, oleh sesama sedaerah dan oleh rekan-rekan pemberi dana waktu pilkada dan memilih waktu pilkada.
Hitung menghitung tanpa kalkulator dipakai untuk menodong sang terpilih dengan hanya dua pilihan, atau-atau, mau tidak mau.
Bahaya paling besar berasal dari Nurani semua pihak, yang terpilih dan yang memilih. Nurani menjadi tumpul, membenarkan yang salah, menyalahkan yang benar, yang baik dikatakan buruk, yang buruk dikatakan baik.
Nurani menjadi redup, tempat ibadat menjadi pengap, singgah beribadat sekedar ikut adat, Tuhan disapa dalam doa siang malam, mohon diluputkan dari pencobaan terbongkarnya kasus demi kasus.
Dua kata: bahagia dan bahaya itu ada berdampingan. Dana miliaran rupiah yang sedang beredar selama proses pilkada membuka peluang untuk dua hal ini, atau bahagia atau bahaya. Kalau nafsu, nalar, naluri dan nurani berfungsi dengan baik, maka apa pun yang terjadi, terpilih atau tersisih, tetap bahagia. Susah karena tersisih, itu alamiah. Senang karena terpilih, itu juga alamiah.
Rohaniah itu, dua posisi itu bawa bahagia. Tegur sapa biasa, saling senyum biasa, saling salam biasa. Jaga jarak, boleh. Buat jarak, jangan. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/ketimpangan-pendapatan-patologi-inheren-perekonomian.jpg)