Berita Heboh
Astaga, Gara-gara Kalah Main Game dan Bunuh Tikus Putih Miliknya, Bocah SD Habisi Teman Perempuannya
Seorang bocah laki-laki lain mengaku melihat pelaku dengan noda darah di tangan dan pakaiannya.
Bocah kecil yang membunuh teman bermainnya memberikan pengakuan kepada polisi.
"Bocah laki-laki itu mengaku pada polisi bahwa korban adalah temannya, tetapi sering membuatnya marah. Korban mengalahkannya bermain game di ponsel mereka dan permainan lainnya. Beberapa hari yang lalu, korban membunuh tikus putih peliharaan pelaku. Ini membuatnya marah dan dia membunuh gadis itu untuk membalas dendam padanya, " tambah Mishra.
Keluarga Tak Percaya
Kakak perempuan korban mengaku tak percaya jika bocah kecil itu membunuh adiknya seorang diri.
Pihak keluarga menduga ada orang dewasa yang membantu bocah kecil itu untuk membunuh korban.
Kami tidak percaya bahwa bocah laki-laki itu membunuh adik perempuan saya karena masalah sepele seperti kekalahan dalam permainan dan pembunuhan tikus peliharaan. Polisi harus menyelidiki pembunuhan itu dengan serius karena mungkin ada keterlibatan orang dewasa juga dalam kejahatan itu," kata kakak korban.
Respon Psikolog
Dr Vinay Mishra, seorang psikolog yang tinggal di Bhopal, mengatakan kekalahan dalam permainan atau pembunuhan tikus peliharaan mungkin bukan alasan yang signifikan untuk memprovokasi anak itu.
Menurutnya, sang anak tersbeut seperti itu menderita kelainan perilaku.
Diantaranya perilaku aneh pada usia dini sambil memperoleh kesenangan dari menyakiti hewan dan membakar berbagai hal.
"Mereka memiliki keinginan kuat untuk menghancurkan banyak hal.
Biasanya, mereka miskin dalam studi dan itu bukan karena kecerdasan kecerdasan (IQ) mereka yang rendah.
Mereka tidak suka disiplin di sekolah," tuturnya.
Dia menambahkan, hati nurani yang memberi tahu kita apa yang benar dan salah, tidak sepenuhnya berkembang pada anak-anak seperti itu.
Bahkan setelah menghancurkan benda-benda, menyakiti hewan, dan melakukan kegiatan yang melanggar hukum, mereka tidak menyesalinya.
"Mereka tidak merasa bahwa mereka telah melakukan kesalahan," tutupnya. *