Berita Sumba Timur
Kekerasan Seksual Pada Anak Dominan di Sumba Timur - NTT
Kasus kekerasan pada anak di Kabupaten Sumba Timur dominan adalah kasus kekerasan seksual. Kasus-kasus tersebut kebanyakan dilakukan o
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/WAINGAPU - Kasus kekerasan pada anak di Kabupaten Sumba Timur dominan adalah kasus kekerasan seksual. Kasus-kasus tersebut kebanyakan dilakukan oleh keluarga dekat korban.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Sumba Timur, Umbu Ngadu Ndamu, S.H, M.Si yang dikonfirmasi melalui Kabid
Perlindungan Hak Perempuan dan Perlindungan Khusus Anak, Drs Wanja Wairundi, Kamis (27/8/2020).
Menurut Wanja, data terakhir yang dihimpun, kasus kekerasan pada anak di Sumba Timur dominan kekerasan seksual.
"Data terakhir ada sekitar 35 kasus dan dominan kasus kekerasan seksual terhadap anak. Dari jumlah itu, kekerasan seksual terhadap anak sebanyak 18 kasus, sisanya adalah kasus KDRT dan kasus hak asuh anak," kata Wanja.
Ditanyai soal pemicu kasus kekerasan seksual terhadap anak, Wanja mengatakan, jika dilihat dari kondisi sebelumnya, kasus tersebut adalah dipicu oleh adanya Pandemi Covid-19.
"Tapi kalau kita lihat trend kasus di tahun sebelumnya, maka kasus kekerasan seksual ini dipicu oleh handphone (hp). Anak menonton video berbau pornografi dan akhirnya muncul kasus," katanya.
Karena itu lanjutnya, di tahun 2017 lalu, pihaknya melakukan sosialisasi tentang UU penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, termasuk kekerasan terhadap anak.
"Kami terus lakukan sosialisasi, tapi setelah kami sosialisasi, kasusnya bukan berkurang tetap makin bertambah. Bahkan, ketika kami gencar sosialisasi,maka banyak juga orang yang melaporkan kasus," katanya.
Dikatakan, sewaktu dulu, masyarakat belum mengetahui pasti jika ada kasus, maka ke mana mereka harus melapor atau mengadu. Tetapi saat ini, semuanya telah sadar akan perlindungan anak sehingga ada banyak laporan ketika ada kasus
Dia mengakui, untuk mencegah kasus kekerasan seksual terhadap anak,bukan saja menjadi tanggung jawab pihak pemerintah, melainkan semua elemen masyarakat.
Sedangkan soal penanganan terhadap anak kasus atau korban kekerasan seksual, ia mengatakan pihaknya bekerja sama dengan pemerhati untuk membangun rumah tampung.
"Kalau anak -anak kami siap, tapi kali yang sudah di atas umur atau ibu-ibu, kami tidak tampung. Karena itu dengan adanya rumah tampung, bisa menampung mereka," katanya.
Sedangkan soal pelaku, Wanja mengatakan, selama ini kasus kekerasan seksual terhadap anak, pelakunya adalah keluarga dekat sehingga pemerintah terus meminta masyarakat waspada.
Dia mengimbau agar semua pihak turut bertanggung jawab.
"Pemerintah berharap kepada seluruh masyarakat Sumba Timur, agar turut bertanggung jawab menyelamatkan generasi muda penerus bangsa, terutama bagi kaum anak," ujarnya.
• “Menanam Literasi, Menuai Prestasi dan Pesan dari Pantai Selatan” Diluncurkan Gurudan SiswaAlvares
