Seluruh Dunia Menunggu Suara Paus Fransiskus Bicara Tentang Pembantaian Muslim Uighur di China
Kini, semua pemmimpin agama dunia tengah menyoroti pemerintahan di Beijing untuk menghentikan tindakan keras kepada bangsa Uighur
Yaitu langkah membuat perbandingan antara Holocaust dan kejahatan yang dilakukan terhadap Uighur.
Sejumlah tokoh agama menyuarakan pendapat, memberikan dukungan terhadap Muslim Uighur, dan mengecam apa yang dilakukan China terhadap mereka.
Rabbi Lord Sacks menulis utas Twitter yang mengatakan: “Sebagai seorang Yahudi, mengetahui sejarah kami, pemandangan orang-orang yang berkepala gundul, berbaris, naik kereta dan dikirim ke kamp konsentrasi sangat mengerikan. Bahwa orang-orang di abad ke-21 sedang dibunuh, diteror, menjadi korban, diintimidasi, dan dirampok kebebasannya karena cara mereka menyembah Tuhan adalah kemarahan moral, skandal politik, dan penodaan iman itu sendiri."
Maajid Nawaz, seorang aktivis kontra-ekstremisme Muslim terkemuka di Inggris, melakukan mogok makan bulan lalu untuk memobilisasi dukungan bagi petisi untuk mengamankan debat di parlemen Inggris tentang krisis Uighur dan seruan untuk penerapan sanksi Magnitsky yang ditargetkan pada pelaku kekejaman.
Pada akhir Juli, Uskup Anglikan James Langstaff dari Rochester mengajukan banding di House of Lords untuk sanksi terhadap China sebagai tanggapan atas 'pelanggaran HAM berat.'
Sementara Kardinal Bo menulis dalam pernyataannya baru-baru ini tentang kebebasan beragama atau berkeyakinan untuk semua dalam konteks kontroversi atas Hagia Sophia di Turki: "Di Cina, Muslim Uighur sedang menghadapi sejumlah kekejaman massal terburuk di dunia saat ini dan saya mendesak komunitas internasional untuk menyelidiki. "
Namun, di tengah ramainya dukungan seperti tu, ada dua pemimpin dunia utama yang berpengaruh justru belum berbicara menyuarakan pendapat mereka.
Mereka adalah Paus Francis dan Uskup Agung Canterbury Justin Welby.

Mungkin mereka punya alasan untuk mengulur waktu sampai sekarang.
Namun begitu, suara mereka begitu dinantikan dunia, terlebih ketika banyak pemimpin agama dunia telah menyerukan dukungan mereka.
Dalam hal genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan dan kekejaman massal, dunia mengharapkan para pemimpin agama untuk mengambil sikap.
Seperti yang dikatakan Dietrich Bonhoeffer: “Berdiam diri di hadapan kejahatan itu sendiri adalah kejahatan. Tidak berbicara berarti berbicara. Untuk tidak bertindak adalah untuk bertindak."*
Sebagian Artikel ini sudah tayang di Intisari.Grid.ID dengan judul: 'Diam Menghadapi Kejahatan Itu adalah Kejahatan!', Saat Dunia Menunggu Paus Fransiskus Berani Bicara tentang Pembantaian Muslim Uighur https://intisari.grid.id/read/032290072/diam-menghadapi-kejahatan-itu-adalah-kejahatan-saat-dunia-menunggu-paus-fransiskus-berani-bicara-tentang-pembantaian-muslim-uighur?page=all