Opini Pos Kupang
Ihwal Kemerdekaan
Negara kita akan merayakan HUT Kemerdekaan yang ke-75. Perayaan kemerdekaan tahun ini akan sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya
Oleh: Kris Ibu, Tinggal di SeminariHokeng
POS-KUPANG.COM - Negara kita akan merayakan HUT Kemerdekaan yang ke-75. Perayaan kemerdekaan tahun ini akan sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena kita masih dilanda pandemi Covid-19. Tentu, segala persiapan untuk menyongsong kemerdekaan mesti memenuhi protokol kesehatan.
Meski demikian, satu hal yang pasti, kita patut bersyukur kepada Tuhan karena berkat bantuan-Nya, kita dapat memperoleh kemerdekaan lewat perjuangan founding fathers yang melawan dan membumi hanguskan penjajahan di atas negeri ini. Ini merupakan sebuah anugerah yang patut disyukuri bersama.
• Tentang Program Kartu Prakerja
Bukti nyata dari ucapan syukur ini, kita bisa temukan di setiap daerah mulai dari tingkat provinsi sampai desa sedang menyiapkan diri untuk meriahrayakan perayaan kemerdekaan negeri kita: entah latihan upacara bendera, rancangan perlombaan yang memenuhi protokol kesehatan, maupun aneka kegiatan kreatif lainnya yang berterima di tengah pandemi Covid-19.
Namun, pertanyaan yang masih kita geluti hingga hari ini adalah, apakah negeri kita, yang digaungkan Koes Plus berlimpah susu dan madu ini, sudah merdeka secara utuh dan penuh?
Kita bisa melihat di layar televisi hari ini bahwa meski kita tengah berada dalam pusaran Covid-19, para elite politik mulai menyiapkan trik 5 tahunan untuk bertarung dalam pilkada yang rencananya akan dilaksanakan pada akhir tahun ini, para pejabat di tingkatan provinsi dan kabupaten tertangkap basah menghidupkan praktik korupsi, suburnya politisasi agama dan agamaisasi politik, dan masih banyak kasus lagi.
• Peduli Pengembangan Kelor, PLN bantu Kelompok Tani Kelor Desa Oematnunu
Sampai titik ini kita mesti curiga, elite politik kita mulai mengabaikan rakyat dan mulai memikirkan strategi untuk "mengenyangkan perutnya sendiri".
Adagium paling populer dari Lord Acton: "power tends to corrupt-kekuasaan cenderung korup" mesti menjadi pegangan setiap manusia Indonesia agar terus mengontrol kekuasaan yang sedang berjalan.
Dalam tulisan ini, penulis ingin menyoroti apa yang akan terjadi dengan negara Indonesia pada tahun 2045, ketika Indonesia berusia 100 tahun dalam konteks perpolitikan kita?
Demokrasi Maksimalis: Terkuburnya Esensi Politik
Salah satu konsep yang masih relevan untuk konteks diskursus politik hingga kini adalah demokrasi maksimalis menurut RobertusRobet. Sosiolog Indonesia, Robertus Robet, dalam sebuah sesi wawancara dengan Majalah Hidup tahun 2007 pernah menegaskan bahwa negeri kita pasca otoritarianisme menggunakan konsepsi demokrasi maksimalis.
Konsekuensi lanjutnya adalah munculnya politisasi agama dan agamaisasi politik, peraturan daerah yang mengancam kebebasan dan hak asasi manusia. Padahal, politik adalah `ibu' dari demokrasi.
Demokrasi yang telah mengalahkan dan mengubur politik ini mengakibatkan para elite kita hanya memahami politik secara prosedural yakni sebatas jabatan publik seperti legislatif, presiden, kabinet, dan partai-partai.
Akibatnya, makna sejati dari politik yakni untuk kesejahteraan dan kebaikan bersama dikubur dalam dalam dan diabaikan oleh elite politik kita.
Selain itu, lanjut Robet, politik hanya didominasi transaksi pasar (oligarki menguasai sistem politik). Ujungnya adalah perselingkuhan yang jamak terjadi antara oligarki dan pemerintahan. Padahal, politik adalah sebuah ranah untuk membicarakan hal baik bagi rakyat.