Opini Pos Kupang

"Belajar dari Finlandia" (Catatan Pendidikan di NTT pada Masa Pandemi Corona)

"Belajar dari Finlandia" (Catatan Pendidikan di NTT pada Masa Pandemi Corona)

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto
Dok
Logo Pos Kupang

"Belajar dari Finlandia" (Catatan Pendidikan di NTT pada Masa Pandemi Corona)

Oleh : Daniel Ropa Djawa, Spd, Guru SMA Katolik Anda Luri Waingapu

POS-KUPANG.COM - Siang itu matahari pas berada di titik zenit, saya dan saudara saya menuju pasar tradisional di Kota Waingapu untuk mencari kebutuhan sehari-hari kami di kos.

Setelah melewati kerumunan orang banyak di tengah-tengah pasar, mata saya tertuju pada seorang anak perempuan yang bermandikan keringat sambil kedua tangannya menggenggam erat sayur untuk dijual. "Om beli sayur" katanya.

Tanpa berpikir panjang ditambah rasa iba yang mendalam saya membeli dua ikat sayur sawi dan satu plastik tomat besar. Sambil merogoh uang pecahan lima ribu rupiah di dalam saku celana levis, saya menyapanya lagi: "kelas berapa ade''?.

Orang Tua Siswa di Waingapu Senang Dana BOS untuk Beli HP dan Pulsa

"Saya kelas dua SMP" sambil menyeka keringat yang mengalir di keningnya, ya memang kota Waingapu termasuk panas juga.

Anak ini berkisah kalau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya dia dan saudara kandungnya harus membantu kedua orangtuanya untuk mencari uang dengan cara berjualan sayur di pasar kota.

Sebagai seorang guru saya merasa terharu, dua menit berselang saya lagi-lagi bertanya pada anak tersebut: "Bagaimana tugas-tugas di sekolah?" "Kebetulan tugas-tugas di sekolah dikerjakan menggunakan HP om.

SMA Negeri 1 Bajawa Evaluasi KBM yang Sedang Berjalan

Saya selalu meminta bantuan tetangga saya untuk mengirim tugas-tugas dari sekolah. Kebetulan saya dan bapa mama saya tidak punya HP om, jadi pinjam saja di tetangga. Intinya saya bisa mengerjakan semua tugas-tugas yang diberikan oleh bapak ibu guru saya di sekolah".

Singkat cerita saya pamit dan kembali ke kos yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pasar kota.

Obrolan kecil saya dan seorang anak SMP di pasar menjadi awal atau menjadi pengantar dalam melihat pendidikan di Flobamora tercinta ini. Sebagai seorang guru saya merasa sedih dan prihatin melihat kenyataan pahit yang harus dilalui oleh generasi-generasi yang akan menjadi harapan kita dalam berperan aktif membangun Flobamora tercinta.

Pendidikan menjadi sesuatu yang sangat menakutkan bagi anak-anak yang datang dari keluarga yang hidupnya susah, nyatanya sebagian anak-anak kita di Nusa Tenggara Timur berada dalam situasi pelik ini dan itu fakta yang tidak bisa dipungkiri.

Bersamaan dengan itu kita sekarang dihadapkan dengan sebuah situasi yang sangat sulit untuk mewujudkan keinginan kita masing-masing. Pandemi Covid 19 yang melanda seluruh wilayah di dunia membuat kita takut untuk bekerja. Semua aspek kehidupan menjadi tak beraturan dan berjalan normal. Seperti semuanya kocar kacir tak karuan.

"Halo apa kabar pendidikan kita di Nusa Tenggara Timur?" Pendidikan semakin hari semakin mahal, pendidikan semakin membuat jarak yang jauh antara yang kaya dengan yang miskin.

Ketertinggalan menjadi semakin menjulang nyata dalam angka-angka yang akan diuraikan oleh para penemu angka atau persentase yang bisa membuat kita semakin jauh dari kata " bisa".

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved